Chapter 5 - 03

3K 236 3
                                    

Peringatan: Mengandung adegan dewasa. Dimohon untuk tidak membaca apabila masih berusia kurang dari 20 tahun.


"Makasih ya buat hari ini....", kata Sultan setelah mereka tiba di penginapan, di depan kamar Airi.

Tangannya menyibak rambut depan Airi. Kali ini mereka lebih tenang dari sebelumnya. Airi menikmati belaian tangan Sultan di rambutnya kali ini. 

Keduanya sudah tak dapat menahan perasaan. Seketika saja mereka kembali berciuman. 

Airi berhenti seketika mendengar langkah kaki di tangga. Dua orang turis Korea berjalan melewatinya. Airi dan Sultan saling berpandang dan tertawa. 

"Mau masuk aja?"

"Boleh, biar nggak diganggu", kata Sultan menggoda, membuat Airi tertawa keras. 

Airi menyalakan lampu kamar dan penghangat ruangan. Lalu melepas jaket luarnya dan digantungkan. Kemudian membantu Sultan melepaskan jaketnya. 

"Kamu beneran sambil kerja?", kata Sultan sambil melirik ke arah laptop Airi yang masih tergeletak di meja dalam keadaan sleep.

"Yah, mencoba mendistraksi diri dari peristiwa semalam."

"Hmmm..emang ada peristiwa apa semalam?", kata Sultan sembari menggoda Airi dan menariknya menuju ke pelukan.

"Ada yang main cium-cium sih.."

"Mau lagi?"

Airi hanya tertawa mendengar godaan Sultan, namun tak juga menampik. Keduanya berciuman kembali. Kali ini Sultan betul-betul melumat habis bibir Airi. Kedua tangan Airi memegang erat wajah Sultan yang duduk di ranjang Airi. Sedangkan tangan Sultan memeluk erat pinggang Airi.

Sultan menghentikan ciumannya. Memandangi wajah Airi lekat.

"Aku nggak nyangka bisa sedekat ini sekarang. Kamu nggak tahu rasanya jatuh cinta pada orang asing, Airi..."

"Kamu salah. Nyatanya aku tahu. Aku merasakannya..."

"Kamu cantik."

"Ini pertama kalinya kamu bilang begitu. Rayuan?"

Sultan menggeleng.

"Pujian. Aku ingin bilang ini sejak pertama kita bertemu di kereta."

"Kenapa tidak bilang saja?"

"Takut ditampar..."

Airi tertawa, "Lalu dicap memanfaatkan status keartisan untuk mendapatkan perempuan dalam perjalanan?"

"Iya...begitu.."

"Tapi bener kan?"

"Apanya?"

"Dapat korban.."

"Eh enggak lho. Aku nggak bermaksud main-main." Sultan melepaskan pelukannya, meletakkan tangannya ke kedua sisi tubuhnya. Suaranya berubah serius, "Kamu nggak tahu gejolak apa yang kurasakan setelah perbincangan kita di kereta. Aku bahkan mengharapkan kita untuk bertemu lagi. Dan ternyata kita dipertemukan kembali. Kedua, ketiga. Dan saat itu aku yakin bahwa kita memang ditakdirkan untuk punya cerita, atau menjalani sebuah cerita perjalanan baru."

Airi tersenyum, "I know...", lalu kemudian melumat bibir Sultan. Melunakkan emosi Sultan dari prasangkanya yang salah. 

Sultan kembali melepaskan bibirnya, "Airi, aku nggak main-main..".

"Aku tahu, maaf, aku hanya bercanda...."

"Bercandaanmu bikin aku tidak enak hati. Disangkanya....."

Roman Tiga PuluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang