Didorongnya Sultan hingga terjatuh di sampingnya. Airi lantas menaiki tubuh Sultan. Memegang kendali permainan kali ini. Sultan kembali menegang melihat wajah Airi di atasnya dengan rambut panjang yang menjuntai ke badannya. Disibakkan rambut yang menutupi wajah Airi. Sultan merasa tak perlu lagi mengucapkan pujian atas kecantikan Airi yang sudah terpampang jelas.
Sultan memeluk pinggang Airi yang tengah menggerakkan pinggulnya maju mundur. menggoda Sultan yang kini terengah menahan sensasi yang luar biasa. Sesekali meminta ciuman panas dengan tatapan pasrahnya dan Airi tertawa dibuatnya. Lengungan Airi membuat Sultan tak kuasa lagi untuk tidak mempercepat gerakannya.
Tangan Airi menekan dada Sultan membari mengangkat pinggulnya lalu diturunkannya cepat. Gerakan itu membuat Sultan membelalakkan matanya dan menarik kepala Airi turun ke atas kepalanya. Diciuminya secara ganas wajah kesayangannya itu. Sultan semakin mempercepat gerakannya.
Airi terjatuh dalam pelukannya, namun masih berusaha untuk bergerak dengan nafasnya yang terengah-engah. Kesempatan ini diambilnya untuk mengunci tubuh Airi untuk tidak lagi bergerak. Sultan memeluk tubuh Airi, lalu membalikkan posisinya. Dia sudah tidak bisa menahan aliran yang ingin segera dimuntahkan kembali.
Tangan Airi ditahannya sedangkan bibirnya menjelajahi leher Airi. Gerakan pinggulnya semakin cepat. Lalu melenguh panjang. Dan terjatuh di pelukan Airi. Airi mencium keningnya dengan penuh perasaan lalu membelai rambut Sultan perlahan.
"Ah....your sex is great, Airi. I'm ...afraid ...I'll get ....addicted to you.", kata Sultan dalam nafasnya yang terputus-putus.
Sultan melepas dirinya secara perlahan dari Airi yang membiarkan carian Sultan mengalir deras dari dalam dirinya dan menetes pada handuk yang menjadi alas. Keduanya lantas terlelap untuk beberapa menit hingga Airi terbangun karena suara perutnya yang lapar.
"Mas, mau keluar makan?", tanya Airi membangunkan Sultan.
Namun Sultan sudah terlalu lemas untuk bangkit dan keluar.
"Nggak deh, aku makan roti yang tadi dibeli aja, kamu ni pinter banget menghisap energi orang."
Airi tertawa, "Yaudah aku pergi ke mini market beli onigiri ya kalo gitu.", kata Airi sembari bangkit dari tempat tidur untuk membersihkan tubuhnya yang kembali lengket oleh keringat dan sisa lendir Sultan.
Sultan menarik tangan kanan Airi, "Malam ini tidur disini ya...please.."
Airi menatap Sultan, lalu mengangguk. Sultan melepas tangan Airi lalu memandangi Airi yang mencuci tubuhnya, lalu memakai pakaian dan keluar dari kamarnya. Sultan kembali terlelap hingga Airi membangunkannya sekali lagi.
"Makan dulu, biar tenaganya pulih."
Bak seorang suami, Sultan menurut bangkit dan memakai celananya, lalu meraih onigiri yang diberikan Airi.
"Mau teh?", Sultan mengangguk sembari melahap Onigirinya sembari terus memandangi Airi yang menuangkan air panas pada gelasnya. Diliriknya jam digital yang tertanam pada ranjang hotel. Waktu sudah menunjuk pukul 10 malam. Artinya dia hanya punya waktu sedikit lagi untuk menumpahkan rasa sayangnya sebelum Airi pergi.
Sultan meminum tehnya. Merasakan hangat kembali menjalar di tubuh.
"Ah...."
Airi menengok ke arah Sultan, "Kenapa?"
"Enggak, tehnya enak..."
"Enak mana sama tadi?", goda Airi.
Sultan meletakkan gelasnya lalu memeluk Airi kembali, "Mau lagi..."
Keduanya tertawa lantas saling mendaratkan ciuman mesra.
Airi meraih kejantanan Sultan yang sudah menyusut. Mencoba mengelusnya perlahan. Sultan membawanya kembali ke ranjang. Dia sudah tidak sabar untuk memasuki Airi sekali lagi. Dibimbingnya Airi untuk menduduki dirinya. Airi bermain dengan tubuh Sultan sekali lagi. Sayangnya, Sultan sudah terlalu lelah untuk kembali bangkit.
Airi menertawakan Sultan dengan rasa puas, "Ini namanya nafsu besar tenaga kurang...", godanya. Membuat Sultan bersungut dan menciuminya dengan kasar. Airi tertawa dibuatnya.
"Tidur aja yuk mas, besok aku harus pulang pagi, belum beres-beres kamar juga."
"Beres-beresnya besok aja, aku mau peluk kamu semalaman ini."
"Iya..."
"Gimana cara aku ketemu kamu lagi?"
Airi menatap Sultan lama.
"Asalkan hatimu tertuju padaku, kamu akan mudah menemukanku."
"Kontak gitu?"
"Aku tulis nanti ya.."
Sultan mengangguk lalu dicium dan dipeluknya Airi erat. Sesaat kemudian, mereka terlelap hingga pagi.
Airi sudah tidak ada di sisinya ketika Sultan membuka mata. Wanita itu sudah pergi. Sultan mencari Airi di kamarnya, namun nihil. Lalu menuju ke lantai dua. Namun kamar Airi sudah terbuka dan petugas hotel sedang membersihkannya.
Sultan kembali ke kamarnya. Dilihat ponselnya yang habis baterai.
"Shit!", umpatnya.
Airi telah pergi. Sultan terduduk lemas di tepi ranjang. Tangannya bertopang pada paha sembari memegang kepalanya. Sesaat nampak dalam pandangan matanya, secarik notes di samping ranjang.
"Aku harus kembali. Jika memang takdir kita adalah bersama, kita akan bersama sekali lagi dan seterusnya. Asalkan hatimu ada aku, kamu akan selalu bisa menemukanku dengan mudah. Thanks for the great sex last night. With love, Airi."
Dada Sultan terasa sesak. Secepat inikah perjalanannya? Sultan merubah rencana perjalanannya. Kali ini, dia tahu kemana dia harus melakukan perjalanan. Yaitu kepada Airi yang telah mencuri hatinya. Rindu, itulah yang sedang dirasakan Sultan.
"Kamu membuatku rindu secepat ini, Airi.", gumam Sultan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Tiga Puluh
RomanceSultan Syah Damara, 31, seorang pekerja di bidang entertainment. Memutuskan untuk berhenti sejenak dari dunia yang membesarkan namanya. Melarikan diri ke Jepang untuk melupakan sejenak penat kehidupan glamor yang dijalaninya. Pertemuannya dengan Air...