Chapter 11 - 02

2K 194 7
                                    

"Airi dah punya pacar?", kata Adesta memberanikan diri melontarkan pertanyaan itu di sela-sela pekerjaan mereka.

"Aku? Sapa yang mau?"

"Halah jangan gitu."

"Serius. Ades kayak nggak paham aja yang orang bilang."

"Orang bilang apa? Kamu anak pelakor? Biarin aja kan orang ngomong. Maaf, mungkin orang tuamu salah, tapi itu tidak ada hubungannya denganmu sama sekali!"

Airi terkejut mendengar perkataan Ades yang sangat tegas. Ada kesan tidak nyaman darinya dengan pembahasan itu. Namun dia hanya terdiam.

"Terus bilang apa lagi? Kalau kamu anak pelakor, jatuhnya nggak jauh dari pelakor juga? Itu?"

Airi tak segera menjawab.

"Kamu pernah dengar cerita dari Rani kan? Aku bikin teman sebangkunya putus. Itu bener koq. "

"Eh?"

"Iya, aku suka dengan pacar temannya si Rani. Emang akunya yang nggak tahu diri."

Adesta terdiam serius menghentikan aktivitasnya.

"Itu gara-gara aku ngasih kado ulang tahun untuk pacarnya. Aku suka. Tapi yang suka dia nggak cuma aku aja. Banyak yang ngasih kado juga. Entah kenapa aku aja yang dijadikan alasan untuk bertengkar. Mungkin karena aku anak wanita yang merebut suami orang, jadi mereka pikir aku suka merebut pacar orang juga."

"Kamu niatin itu?"

"Nggak lah!", jawab Airi sewot, "Suka sama orang kan hak setiap manusia kan? Harusnya itu jadi hakku juga untuk suka sama siapa. Tapi, aku tahu diri koq untuk tidak pernah mengejar kekasih orang. Aku belajar koq dari kisahku."

"Sekarang ada yang disuka?"

"Ada."

Untuk sejenak hati Adesta bergetar kecewa.

"Tapi aku cukup tahu diri untuk tidak mendekatinya."

"Kenapa?"

"Karena dia udah punya kekasih, Ades. Aku goblok ya, entah kenapa orang yang aku sukai selalu yang udah punya pacar."

"Artinya seleramu bagus." Kata Adesta mencoba untuk mencairkan hatinya yang sempat dirundung kecewa.

"Ih apaan!"

"Iya, kalo suka sama orang yang jarang disukai kan artinya cowok itu letoy."

"Mending suka sama orang yang banyak disuka kali buat aku. Jadi, nggak menimbulkan konfik."

"Hmm...yah....mungkin aja ya Ai," jawab Adesta lirih, "Siapa sih?"

"Ada lah."

"Ih Airi! Aku penasaran nih, kali aja aku kenal bisa bantuin."

"Bantuin apaan?"

"Ngerebut dia!"

"Dih Ades sialan! Bikin hidup makin susah kalo gitu sih!"

Adesta terkekeh senang, "Ayolah, mumpung lagi nggak ada siapa-siapa ini."

Airi nampak berfikir sejenak.

"Deva!"

"Deva?"

"Deva Mahendra!!!"

"Ah gembel! Kirain beneran! Itu orang penyanyi baru kan?"

Airi tertawa menang.

"Loh, bukannya kamu suka Sultan Syah Damara ya? Kayaknya pas OSPEK suka humming-humming lagunya Sultan."

Roman Tiga PuluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang