Adesta memarkir motornya dengan agak kasar di depan warnet tempat kerja Airi malam itu, lalu segera memasuki warnet. Adesta duduk tanpa basa basi di samping kursi Airi. Gadis itu dikejutkan dengan kedatangan pria muda itu.
"Ades?" Sapanya singkat sambil masih menyisakan rasa terkejutnya.
"Hmmm, lagi nggak ada temen aja. Tumben jaga malam sabtu, biasanya malam minggu."
"Iya nih, mumpung lagi kosong aja."
"Aisha ke mana?"
"Jalan sama pacarnya nonton konser."
"Mas Beni?"
"Nonton konser."
"Putut?"
"Nonton konser."
"Nina? Indah?"
"Nonton konser, Ades..."
"Mas Dani juga?"
"Iya."
"Oh..."
"Kenapa?"
"Nggak, pantesan jaga, semua pada nonton konser. Kamu nggak?"
Airi tertawa mendengarnya. "Sejak kapan aku suka nonton konser?".
"Ya, kali aja, kan ada Deva."
Airi hanya mengangguk-angguk sembari masih sibuk dengan data di layar komputernya.
"Kamu nggak kerja di Bhaning Net aja? Tuh kan anak-anak Agronomi pada di sana. Mukti, Yoga, Ai Diana, Nopek, Arif, Agung."
"Hmm..aku dah kerja duluan di sini kan, udah setahunan baru Bhaning buka. nggak enak kalo aku berhenti dari sini terus kerja di Bhaning."
"Iya sih...."
Airi masih terus dengan datanya, dan hanya sesekali melirik ke arah Adesta. Membuat pria itu tak sabar ingin mengatakan sesuatu.
"Kemarin sama siapa?" Tanya Ades tanpa memperpanjang basa basinya.
Airi mengernyitkan dahinya.
"Yang kemaren di warung Jepang."
"Oh!!" Sahut Airi pendek, lalu tersenyum lebar, "Kamu nggak akan percaya kalau aku cerita juga ah."
Berganti Adesta yang mengernyitkan dahi.
"Mau tahu siapa?"
"Iya lah!" Kata Adesta tidak sabar.
"Tebak dulu..."
"Pacarmu?"
Airi menoleh cepat ke arah Adesta dengan raut muka jutek, "Dibilang orang kayak aku nggak ada yang mau macarin koq!"
"Terus siapa?"
Airi cuma tersenyum-senyum sembari menatap ke layar komputernya. Membuat Adesta merasakan debaran jantung yang tak menentu.
"Airi...." Desaknya tak sabar.
"Jangan bilang siapa-siapa tapi ya..." Kata Airi dengan nada manja, lalu menutup wajahnya yang tersenyum-senyum bahagia. Membuat Adesta hampir menitikkan air mata tiap kali memandang berbuat seperti itu. Adalah tanda bahwa dia sedang benar-benar bahagia. Sekaligus hal yang dia jarang dapati itu selama beberapa tahun ini.
"Iya....siapa sih??"
Airi tersenyum lebar, "Mmm...itu artis, Ades..."
"Hah??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Tiga Puluh
RomanceSultan Syah Damara, 31, seorang pekerja di bidang entertainment. Memutuskan untuk berhenti sejenak dari dunia yang membesarkan namanya. Melarikan diri ke Jepang untuk melupakan sejenak penat kehidupan glamor yang dijalaninya. Pertemuannya dengan Air...