Chapter 8 - 03

2.6K 215 9
                                    

Airi melempar sembarang tasnya ke lantai. Masih dengan bersungut karena tidak bisa melawan bujukan Sultan yang kini sedang terkekeh senang. 

"Kamu nyewa satu rumah ini sendirian? Gede lho, mas!"

"Habis lebih murah dari sewa di hotel. Makanya, biar nggak sepi, temenin...", pinta Sultan manja.

"Aaaah, kamu tuuu...kenapa pinter banget bikin aku nggak bisa nolak?", sungutnya sembari mendekat dan mengecup bibir Sultan lembut.

Dipeluknya manja tubuh ramping wanita itu. Namun Airi justru menahan dadanya dengan kedua tangannya.

"Eits, inget ya deal hari ini, jangan ganggu aku, aku ada rapat."

Sultan melepas pelukannya. Menghela nafas kecewa, "Haaah....iya...tuan putri..."

"Password wifinya apa mas?"

"Itu ada di depan TV. Nggak mau mandi dulu?"

"Ngg...nggg", kata Airi menggeleng, "Udah telat ini."

"Yaudah, aku bikinin kopi mau? Biar anget."

"Oke, makasih ya..."

"Ciumnya mana?"

Bukannya menuruti keinginan Sultan, Airi justru mencubitnya keras, "Ih receh!", katanya sambil tertawa dan meninggalkan Sultan untuk pergi ke meja di depan kamar dan mengeluarkan laptopnya.

"Hai semuaaa...maaf banget tadi keretanya macet, jadi aku baru sampai rumah.", kata Airi kepada teman-temannya dalam mode tidak dengan kamera. Sultan memandangi Airi dari dapur sembari menunggu air hangatnya mendidih. Dilemparkan senyum bahagia melihat wanita yang membuat hatinya berdebar kencang itu berada di dekatnya malam ini. Entah kenapa, hatinya kecilnya kali ini menginginkan untuk tinggal di tempat itu untuk seterusnya. 

Sultan mengaduk pelan pada dua gelas minuman yang sedang dibuatnya. Mengantarnya ke kamar dan meletakkan satu gelas di dekat Airi yang sedang asyik berbicara. Sedangkan gelas untuk dirinya, diletakkan pada meja kecil di samping ranjang. Diambilnya buku novel yang tengah dibaca selama perjalanan ini. Sesekali diliriknya Airi yang duduk di depan . Dia tak bisa menahan lebih lama menginginkan Airi yang sudah hampir satu jam berkutat dengan rapatnya.

Sultan mendekat, dipeluknya erat Airi dari belakang. Membuat Airi tercekat kaget.

"Kenapa Ai?", tanya April dari seberang.

"Ngg..nggak papa, ini mulut kegigit aja."

Sultan terkekeh tertahan. Sedangkan Airi memberikan kode agar Sultan menjauh. Namun dasar Sultan, gairahnya justru meningkat. Diciuminya leher Airi dengan penuh gairah. Membuat Airi tak bisa menahan terpaan itu. Konsentrasinya terpecah. Percakapan dengan temannya sudah tidak bisa lagi diikutinya. Dan Sultan terus menerus mencium dan membelai tubuhnya.

"Airi, masih di situ? Nggak ketiduran kan?", kata Luna menegur Airi yang lama mematikan mikrofon laptopnya.

"Mmmhhh....nggak mbak...ah.."

"Ai??"

"Mmmm...sorry..sorry, aku nggak tahan......ngantuk...capek banget...." Airi menahan erangan yang ingin melonjak keluar akibat gairah yang diciptakan oleh belaian Sultan yang tengah bermain dengannya.

"Aaaaa...yaudah kalo gitu kamu tidur aja dulu, nanti biar dirangkum April kebutuhan posternya apa aja, ya."

"Iya mbak...sorry ya teman-teman.."

"Iya nggak papa, Ai. Oyasumii...", kata April.

"Oyasumi...."

Airi mematikan Skype. Lalu menutup begitu saja layar laptopnya.

Roman Tiga PuluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang