"Eh, Sultan? Kesini nggak ngabarin dulu? Masuk."
Kata Bobby di depan pintu masuk rumahnya.
"Nggak, Bob. Gue mau cepet aja. Gue mau semua kontrak kerja untuk sebulan kedepan dibatalin mulai kerja besok."
Mata Bobby terbelalak mendengar perkataan Sultan yang tiba-tiba.
"Lho, koq main batalin aja? Kan kontrak udah jalan Sul, ga bisa batal gitu aja donk."
"Gue nggak peduli. Gue minta dibatalin, ya batalin. Itu urusan loe kan? Bukan urusan gue."
"Nggak bisa gitu donk. Gimana sama DP yang udah masuk?"
"Balikin aja semua."
"Iya balikin DP nggak segampang itu.."
"Kenapa? uangnya dah loe pake foya-foya?", tandas Sultan membuat Bobby salah tingkah.
"Ya oke lah, uangnya bisa dibalikin, tapi ini kan nyangkut nama loe nanti jadi buruk!"
"Gue nggak peduli citra gue buruk. Gue mau, batalin kontrak kerja sebulan ke depan mulai besok!"
"Eh Sul, nggak bisa gitu donk! Jelasin alasannya ke gue loe mau ngapain?"
"Ini urusan gue, loe nggak perlu tau!"
"Gue manajer loe, gue berhak tau loe mau ngapain!"
"Oh! Loe manajer gue? Mentang-mentang manajer gue, loe pikir loe bisa bebas ngatur hidup gue?"
"Ya tugas gue gitu, loe harusnya sadar donk kerjaan loe yang ngelobiin siapa?Loe jangan egois kayak gitu!!!"
"Tugas loe, selain ngelobiin kerjaan, juga misahin gue sama anak-anak kandung gue ya? Tanpa gue tahu, lo nyembunyiin ini. Bangsat lo emang Bob!!"
Bobby terkejut mendengar hal ini. Seketika dia sadar kemana arah pembicaraannya. Pria gempal itu tidak bisa berkata-kata lagi.
"Gue....."
"Nggak usah banyak omong, gue udah tau. Lo emang bangsat! Lo suka ngambil duit DP buat dipake maen gue diem, nggak permasalahin! Terserah soal duit! Tapi masalah ini gue nggak bisa terima Bob! Anjing emang loe! Tega!"
"Sultan, gue minta maaf banget, gue tau ini salah besar. Tapi loe harus tau ini semua gue lakuin buat jaga citra loe..."
"Bangsat! Gue ga butuh citra! Yang gue butuhin itu keluarga gue!!! Dia hamil anak gue dan loe pisahin gitu aja!!! Anjing lo! Bangsat!!"
Sultan memukulkan tangannya ke tembok di sebelah pintu. Bobby terpejam. Menahan rasa sesak akibat malu atas rasa bersalahnya. Sultan terduduk di teras. menahan emosinya sendiri. Keduanya terdiam lama. Tak saling bicara.
Sultan menarik nafasnya panjang, "Gue paham kalo loe ngelakuin itu semua dengan alasan buat jaga nama gue. Tapi gue pengen loe paham kalo sekarang yang gue pengen cuma ketemu sama dia, sama keluarganya, minta maaf, jelasin semuanya, dan gue tanggung jawab."
Bobby terdiam lama. Dia sudah tidak punya keberanian untuk menjawabnya. Meski begitu, diberanikannya juga.
"Gue minta maaf banget, Sul, gue paham ini salah gue besar banget dan nggak seharusnya gue ngelakuin itu. Gue nggak tahu harus gimana lagi buat nebus ini semua....."
Sultan memandang Bobby yang semakin menunduk. Matanya merah menahan amarah dan emosi yang bercampur.
" Cuma satu yang bisa loe lakukan, Bob. Loe ikut gue temui keluarganya, temui dia. Loe minta maaf, bareng gue."
Bobby yang masih tak berani menatap Sultan hanya bisa mengangguk menyanggupi permintaan Sultan.
"Tapi, Sul, kalau boleh, jangan dari besok, please, besok acara penting banget sama pejabat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Tiga Puluh
RomanceSultan Syah Damara, 31, seorang pekerja di bidang entertainment. Memutuskan untuk berhenti sejenak dari dunia yang membesarkan namanya. Melarikan diri ke Jepang untuk melupakan sejenak penat kehidupan glamor yang dijalaninya. Pertemuannya dengan Air...