BAB 04 : ALL BRIGHT PLACES

1K 80 9
                                    

SELAIN cafe, warung Pak Tono adalah tempat Raynzal serta teman-temannya berkumpul untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat seperti merokok, ngopi, bolos, makan, atau bahkan tidur. 

Raynzal mempunyai banyak teman. Baik di sekolah maupun di luar sekolah. Beberapa teman seperjuangannya memiliki sifat yang kurang lebih sama sepertinya. Kasar dan pemberani. 

Raynzal yang tengah merokok sembari memainkan ponselnya tiba-tiba dikejutkan oleh Farhan dengan menggebrak meja depannya. 

"Anjing!" Bentak Raynzal disusul memukul pergelangan tangan Farhan, membuat anak tersebut meringis kesakitan. 

"Ssssh. Zal! Gue mau kasih tau sesuatu," ujar Farhan sembari duduk di samping Raynzal.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Ini adalah jam ke 7, pas banget pelajaran Matematika. Raynzal beserta temannya yang lain sudah merencanakan untuk bolos lantaran hari ini ada ulangan harian. 

Mereka lebih baik mengikuti ulangan susulan, karena mereka pasti akan mendapat kunci soal beserta jawaban dari salah satu murid suruhannya. 

Raynzal menatap Farhan sembari menghembuskan asap rokok ke udara.  "Apaan?"

"Cewek inceran lo dikerubungin kakel tadi," Farhan mengambil satu puntung rokok milik Raynzal. 

Lantas lelaki itu mengangkat sebelah alisnya. "Di mana?" 

"Di lapangan. Pas selesai jam olahraga kalo nggak salah," 

Raynzal memandang lurus ke depan. Nampak tak terkejut sama sekali. "Wajar sih. Orang cantik," 

"Banget anjir," tiba-tiba Al-Ghifari yang sedang bermain game di ponselnya menyahut. 

Membuat Raynzal dan Farhan menatapnya. 

Farhan mengangguk setuju. "Sejauh ini dia cewek tercantik yang pernah gue lihat," ucapnya. "Kalo enggak keduluan lu, udah gue gebet,"

Raynzal terkekeh. "Untung gue udah tau duluan ya,"

"Aduh, gimana nih gue diputusin Alma," suara Leo yang sedang duduk di pojokan bangku terdengar. Ia terlihat tidak bersemangat. Menghembuskan nafasnya ke udara dengan posisi bersandar pada tembok berbahan kayu. 

Membuat Farhan terkekeh. "Pantes aja daritadi diem," 

Leo berdecak, kemudian mengambil gorengan tahu di atas meja. "Gue berantem sama dia daritadi," Ia menggigit potongan pertama dengan sedikit frustasi. 

"Gara-gara kenapa emang?" Farhan bertanya lantaran kepo.

"Dia nyuruh gue buat berhenti main sama Raynzal," Leo berujar. Mukanya terlihat masam. 

"Yaudah lo turuti aja kata cewek lo," Raynzal menyahut, dan Leo menggelengkan kepalanya.

"Gamau, ntar gue main sama siapa," ucap Leo sembari memakai topi hitamnya. "Lagian gue juga udah nggak tahan sama sifat dia. Posesif banget. Mending putus,"

"Jangan gitu lah. Takutnya lo nyesel," Al-Ghifari menyahut. 

"Enggak bakal. Cewek gue masih banyak," 

"Deketin Rachel dah," celetuk Al-Ghifari, hingga membuat semua yang ada di sini menatapnya. Anak itu nampaknya ingin menggoda Raynzal.

"Nah iya tuh. Pasti Rachel juga mau sama lo. Lo  'kan ganteng—ah bukan gue muji nih ye. Buktinya aja banyak cewek yang mau sama lo," Farhan menahan tawanya, melihat ekspresi Raynzal yang tiba-tiba berubah beberapa derajat. 

"Sebenernya mau sih gue. Tapi enggak ah. Ntar diomelin Akbar lagi," Leo ikut melirik Raynzal sembari menahan tawa. 

"Tai," Raynzal berdecak.  "Yang ada gue yang omelin lu," 

RAYNZAL ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang