RACHEL terus meringis saat dirinya tengah diobati Oma. Perban di dahinya kini sedang dilepas.
Raynzal menyuruhnya untuk melepas perban tersebut karena katanya kalau lukanya terus ketutup, akan lama sembuhnya.
Dan sekarang, entah di sengaja atau tidak—Oma memperlakukan Rachel dengan kasar. Seharusnya perban yang akan dilepas itu di buka secara perlahan. Tetapi perempuan paruh baya itu malah melepasnya dengan gerakan yang cukup kasar.
Kejadian ini begitu cepat. Bahkan, kini Rachel menangis karena dahinya terasa perih bahkan mengeluarkan darah lagi.
Tak berhenti sampai disitu, saat lukanya tengah diolesi obat tetes pun Oma melakukannya dengan cara tidak baik.
"Jangan nangis. Siapa suruh nakal," Oma melirik Rachel sekilas. Dan yang dilirik memajukan bibirnya satu senti.
"Enggak mungkin ini gara-gara kejedot, Nak," Rachel kembali meneteskan air matanya. "Kamu sebenarnya jatuh dari motor, 'kan? Ngaku aja,"
"Enggak lah. Kalau jatuh dari motor tubuh Rachel juga pasti lecet," Dan kali ini Rachel berusaha menyembunyikan bekas luka di telapak tangannya.
"Heleh! Alasan,"
"Orang bener kok!" Ucap Rachel meyakinkan.
"Bohong,"
"Bener,"
"Gak,"
"Iih Oma!" Rachel kembali menangis karena kesal. "Yaudah, kalau enggak percaya!" Ia membuang muka.
Oma berusaha meraih wajah cucunya yang terus menjauh. "Sini Oma obatin lagi,"
"Gamauk," Rachel duduk membelakangi Oma. "Oma galak,"
"Rachel..."
"Gak,"
"Biar saya yang ngobatin," suara tersebut berhasil membuat keduanya menoleh.
Raynzal tengah berdiri di depan pintu. Lelaki itu menunjukkan senyumnya kepada Oma.
Ia masuk walaupun belum mendapat perintah, namun Oma tidak melarang dan malah melempar sebuah senyuman. Lelaki tampan yang kini mengenakan t-shirt berwarna hijau army itu mendekat lalu duduk disamping Rachel.
"Aku bawa makanan kesukaan kalian," ucapnya ramah seraya menaruh beberapa kantung belanjaan diatas meja berbahan bambu itu.
"Makasih, Nduk,"
"Jangan panggil, Nduk atuh Oma,"
"Terus?"
"Aa," Oma terkekeh. Perempuan paruh baya itu kemudian membuka bungkusan yang Raynzal beri. "Raynzal tau Oma suka soto dari Rachel, ya?"
"Menurut Oma siapa lagi yang kasih tau selain dia?"
"Biasanya Nak Akbar yang suka kasih Oma soto. Tapi sekarang dia udah jarang ke sini,"
Raynzal mengangkat sebelah alisnya. "Raynzal bisa gantiin dia kok, Oma,"
Oma mengangguk. Lalu merubah posisinya menjadi berdiri. "Nak Raynzal, omelin Rachel ya kalau dia enggak mau makan," Raynzal mengangguk. Oma pun berjalan menuju dapur, tak lupa membawa soto pemberian Raynzal.
Dan kini tatapan Raynzal tertuju pada gadisnya.
"Kenapa nangis?"
"Sakit..." ucap Rachel dengan nada manja.
"Sini aku obatin," Raynzal mengambil alih pekerjaan Oma yang sempat tertunda. Ia mengambil kapas kemudian menetesi obat merah.
Rachel sudah tidak ragu lagi dengan Raynzal. Gadis itu kini memposisikan tubuhnya tepat dihadapan si tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYNZAL ANGKASA
Teen Fiction(COMPLETED) - Sequel [ Temperature Of Love ] Raynzal Angkasa Batubara adalah siswa yang memiliki pengaruh besar di SMA Cendrawasih. Memiliki sifat badboy dengan musuh dimana-mana membuatnya menjadi sosok yang sangat disegani orang-orang. Sosok Rayn...