BAB 06 : SALAH KOSTUM

842 79 3
                                    

SEJAK awal melihat Rachel, Raynzal langsung memiliki ketertarikan tersendiri. Melihat wajahnya yang sempurna bak seorang puteri—membuat lelaki itu mempunyai hasrat untuk memilikinya. 

Dari awal Raynzal melihat Rachel, nafsu yang ada di dirinya bergejolak hebat, pikiran Raynzal menjadi tidak waras begitu melihat postur tubuh indah milik Rachel. 

Tinggi Rachel hampir sama dengannya, badannya sangat bagus. Tidak terlalu kurus, dan tidak terlalu gemuk. Hanya saja berisi. 

Lehernya panjang dan mulus. Akan sangat indah apabila sedang berkeringat. 

Belum lagi, hidungnya yang mancung serta alisnya yang tebal membuat struktur wajahnya terlihat sempurna. 

Raynzal pikir Rachel merupakan sosok paling sempurna yang pernah ia temui. Ada banyak ratusan perempuan yang ia kenal, tapi semenarik seperti Rachel. 

Lelaki itu merupakan sosok yang sangat pemilih, dalam kata lain seleranya terlalu tinggi. Makanya, dia sendiri pun heran kenapa hanya dengan melihat Rachel dari kejauhan, ia bisa langsung jatuh cinta. 

Pelet apa yang gadis itu berikan hingga Raynzal menjadi seperti ini?

"Zal, kita mau kemana?" Pertanyaan bernada rendah yang diajukan oleh Rachel. 

"Lihat aja nanti," 

Keduanya sedang dalam perjalanan. Dan sampai detik ini Rachel masih saja takut dengan Raynzal. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 8 malam, ia berharap Raynzal tidak mengajaknya ke tempat yang menakutkan. 

"Aku enggak di apa-apain, 'kan?" 

Tadinya mau gitu. 

"Enggak, Chel," ada jeda yang cukup singkat sebelum Raynzal menjawab. 

"Aku ngantuk, Zal," 

"Peluk aja. Gapapa," 

Rachel menggeleng. "Enggak, ah,"

"Katanya ngantuk," 

"Ya tapi aku enggak mau lah meluk kamu. Ya kali," 

Raynzal terkekeh. "Yaudah, terserah,"

Perkataan itu tidak mendapat respons apapun dari si cantik. 

******

AKBAR mengetuk pintu rumah Rachel. "Assalamualaikum," 

Ceklek! 

"Wa'alaikumsalam," 

Akbar tersenyum. Ia salim pada perempuan paruh baya itu. 

"Rachel ada, Oma?" 

"Rachel pergi sama Raynzal, Bar," ucap Oma. Dan itu cukup mengejutkan Akbar. 

Kedua matanya melebar secara spontan. "Kok bisa?" 

"Iya, tadi Rachel diajak ke tempat makan katanya,"

"Oma tahu alamatnya?" 

"Enggak," 

Akbar menghela napasnya, lalu menghusap wajahnya berkali-kali. Ia memberi sebungkus makanan yang niatnya untuk diberikan Rachel. "Oma, makan ini ya. Akbar bawain nasi goreng kesukaan kalian,"

"Makasih ya, Bar," raut wajah sumringah terlihat jelas pada wajah Oma. 

"Iya, Oma. Akbar pulang dulu ya," 

"Lho, enggak mau masuk dulu?" Tanya Oma, bingung.

Akbar menggelengkan kepalanya. "Enggak. Akbar ada urusan," 

RAYNZAL ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang