BAB 18 : BOLOS

469 48 1
                                    

SAAT ini Raynzal sedang memainkan ponselnya sembari menghisap sepuntung rokok di tangannya. Ia duduk bersandar pada kursi dengan kedua kaki diatas meja.

Farhan yang baru saja datang bersama Leo melempar tiga lembar kertas hasil ulangan mereka di hadapan Raynzal.

Raynzal mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Lu liat dah, Zal. Hasil ulangan kita di bawah KKM," Leo berdecak frustasi.

Raynzal lantas mengambil kertas miliknya. Ia dapat melihat angka 40 di sana. "Kok bisa ya?"

Farhan menyahut, "si Rita ngasih kunci jawabannya asal. Kayaknya dia nggak rela kita dapet nilai bagus,"

Raynzal mengangguk setuju, "kurang ajar banget tuh orang,"

Leo mengambil sepuntung rokok milik Raynzal. "Udah lah, biarin. Lupain,"

"Tau, enggak penting," ucap Raynzal tak acuh sembari merobek kertas miliknya dan membuangnya di tempat sampah.

Melihat itu, Leo dan Farhan ikut-ikutan merobek kertasnya.

"Zal, laper," Farhan berucap dengan nada mengeluh. Raynzal sendiri tau maksudnya apa.

"Ambil, sepuas lu," balas Raynzal to the point.

Perkataan itu langsung di sambut meriah oleh Leo dan Farhan. Kedua anak tersebut langsung mengambil beberapa jajanan di warung ini.

******

RACHEL terus-terusan memandangi ponsel pemberian Raynzal dengan perasaan tidak enak.

Rachel sendiri sebetulnya sedikit merasa senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rachel sendiri sebetulnya sedikit merasa senang. Akan tetapi, apakah ia pantas menerima barang ini?

"Hel, guru BK nyariin Raynzal. Lo tau dia di mana?" Seorang murid, yang Rachel yakini itu adalah kakak kelas—menghampiri Rachel. Alhasil gadis itu langsung menyimpan ponsel barunya.

Rachel menggelengkan kepalanya. "Enggak. Emang kenapa, Kak?"

"Dia bolos lagi," ujar gadis itu. "Padahal hari ini banyak ulangan harian, tapi dia sama dua teman lainnya malah nggak masuk,"

"Tapi tadi pagi aku berangkat bareng dia kok," ucap Rachel.

"Iya gue tau. Dia bolos pas jam istirahat pertama,"

“Kalo bisa lo telfonin dia ya, Hel. Soalnya pas gue nelfon dia, nomor gue malah di blokir,”

Rachel mengerutkan keningnya, lalu mengangguk pelan.

“Makasih ya, Hel. Gue balik ke kelas dulu ya,” ucap siswi itu kemudian pergi meninggalkan kelas.

Rachel memikirkan perkataan kakak kelasnya tadi. Raynzal bolos? Kenapa anak itu begitu berani?

Gadis itu menelan salivanya susah payah, kemudian membuka ponselnya untuk menghubungi nomor Raynzal.

Tak lama kemudian, panggilan telepon tersambung. "Kamu di mana?" Tanya Rachel to the point.

"Kenapa?" Bukannya menjawab pertanyaan Rachel, Raynzal justru balik bertanya.

"Balik ke sekolah sekarang,"

"Ngapain?"

"Temen kamu nyariin kamu tadi. Kamu di panggil guru BK," ucap Rachel. "Katanya kamu kebanyakan bolos,"

"Emang,"

Rachel berdecak, "yaudah balik ke sekolah sekarang. Jangan kebanyakan bolos, ada banyak ulangan,"

"Aku udah terlanjur pergi, Chel," alasan Raynzal.

"Balik lagi apa susahnya," ucap Rachel.

"Enggak mau," singkat Raynzal sehingga membuat Rachel harus menarik napas dalam-dalam. Saat hendak berbicara, sambungan telepon diputuskan secara sepihak.

Tentu saja Raynzal yang memutuskannya.

Sial.

Rachel berdecak saat itu juga.

******

DINA Putri. Gadis cantik dengan segudang masalah dihidupnya.

Nama Dina sudah di cap buruk oleh sebagian orang. Bagaimana tidak? Setiap hari kerjaannya hanya mabuk-mabukan dan club malam saja. Wajar bila ia dipandang jelek oleh orang-orang.

Kini posisi gadis cantik itu tengah berada di belakang sekolah. Bersama dengan Raynzal. Dengan tatapan angkuh ia menatap lelaki dihadapannya.

Sedangkan Raynzal hanya duduk diatas badan pohon yang sudah tumbang diatas tanah—sembari nunggu apa yang akan Dina ucapkan setelah ini.

"Gue balik ke Jakarta untuk memenuhi janji gue, Raynzal Angkasa," Dina masih menatap Raynzal. "Tentu aja dengan alasan yang udah gue kasih tau lo sebelumnya,"

"Gue tau," singkat Raynzal.

Dina tersenyum miring. "Baguslah, gue jadi enggak perlu capek-capek ngejelasin lagi,"

Ragil melempar tatapan tajam. “Kalo lo kesini cuma untuk balas dendam, mending pergi sekarang,” ucapnya tegas. “Gue enggak ada waktu ngeladenin lo,”

Dina tertawa mendengar perkataan Raynzal. “Gue belum puas sampai lo ngerasain apa yang gue rasain dulu,”

Raynzal menggelengkan kepalanya tidak percaya. “Terserah,”

Raynzal kemudian bangun dari duduknya dan menatap Dina tajam. “Jadi tujuan lo ngajak gue ke sini cuma buat gini doang? Enggak penting,”

“Siapa suruh mau gue ajak ke sini,” ucap Dina enteng.

“Bangsat. Lo buang-buang waktu gue,” Raynzal mendengkus kasar. Kemudian ia berjalan meninggalkan Dina sendirian di tempatnya.

RAYNZAL ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang