BAB 16 : ALAY! LEBAY!

506 47 0
                                    

ARDI mengetuk pintu rumah kediaman Batubara dengan helaan napas panjang. Kedua matanya menatap sekitar. Ternyata, keadaan rumah tidak berubah. Semuanya masih cantik seperti dulu.

Beberapa detik setelahnya, pintu terbuka dan menampilkan sosok yang enggan untuk ia cari. Sasa—sang istri yang tidak pernah dianggap kehadirannya—menatap Ardi dengan kedua mata melebar. Tanda terkejut.

“Mas... Ardi?” Sasa hendak mencium punggung tangan sang suami, namun pria itu menolaknya.

“Enggak perlu,” singkatnya.

Sasa diam seraya mempersilahkan Ardi masuk. Dengan wajah datar, sang suami masuk tanpa suara.

Reffa yang berdiri di penghujung tangga menyaksikan itu semua. Lagi dan lagi hatinya dibuat sakit oleh perlakuan Ardi terhadap Bundanya. Menurutnya Pria itu terlalu dingin.

Ardi duduk di sofa seraya memijat keningnya. Dengan ragu Sasa mendekati pria itu.

“Mas... M—mau aku bikinin kopi?” Dan Ardi menggelengkan kepalanya. Ia mengambil remote lalu menyalakan televisi.

“Kamu nginap, Mas?”

“Gak,”

“Kamu betah di Apartemen baru kamu?”

Ardi hanya diam, berusaha memfokuskan diri pada televisi yang baru saja menyala.

Bersamaan dengan itu, Reffa nekat turun dari tangga. Ia mendekati Bunda lalu langsung menggandeng tangan perempuan itu dengan memasang senyum fake.

“Bunda! Reffa udah selesai masak buat Bunda. Kita ke meja makan yuk?”

Mendengar itu, Sasa tersenyum. Pada detik berikutnya, tatapannya kembali tertuju pada sang suami. “Mas, makan bareng sama aku, Reffa, Regal yuk?”

Tak ada jawaban.

Dan Reffa sangat benci dengan situasi ini. Gadis itu menatap Ardi sembari berusaha menahan emosinya.

“Yaudah, kita aja yang makan ya, Bun?” Ucap Reffa setelah hening beberapa saat. Gadis itu menarik lengan Bunda dengan sedikit paksaan. Pasalnya Sasa sempat menolak ajakan tersebut.

Terus terang Reffa tidak sanggup melihat Bunda yang terus di abaikan. Ia merasa sakit hati.

Reffa tidak tahu sebanyak apa kesalahan yang Sasa lakukan sehingga Ardi berubah menjadi cuek dan tidak peduli padanya.

Bahkan, Ardi hanya peduli dengan Raynzal dan Regal—anak kebanggaan di keluarga bermarga Batubara ini.

Reffa? Tentu saja gadis itu senasib dengan Sasa. Selalu diabaikan. Bahkan, sejak kecil ia tidak pernah merasakan kasih sayang dari Ardi. Entah karena apa. Ia sendiri bingung. Dirinya tidak tau di mana letak kesalahannya. 

“Reffa, panggil Regal. Saya mau ngomong sama dia,” Reffa menatap Ardi tidak suka.

By the way kamu sudah saya transfer. 20 juta. Lebih dari yang saya kasih untuk Raynzal,”

Reffa dapat melihat jelas tatapan dingin yang Ardi tunjukkan padanya.

“Iya, makasih,” hanya itu yang keluar dari mulut Reffa. Kemudian ia berjalan menuju ruang makan sembari menggandeng tangan Bunda.

Bahkan dirinya sama sekali tidak ada niat untuk memanggil Regal—sesuai apa yang diperintahkan Ardi barusan.

Perlu di ingat, bahwasanya Reffa sangat tidak suka dengan tingkah laku Ardi.

******

RAYNZAL mengetuk pintu rumah Rachel. Beberapa menit setelahnya, gadis yang ia tunggu-tunggu keluar.

RAYNZAL ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang