BAB 10 : KEMBARAN

708 68 3
                                    

RAYNZAL masuk ke kediaman Batubara. Napasnya ia hembuskan ke udara, lalu detik setelahnya ia memberanikan diri untuk menuju ruang makan, tempat dimana keluarganya tengah berkumpul bersama.

Kedatangannya yang tiba-tiba membuat penghuni rumah terkejut. Terutama Bunda Raynzal yang langsung berdiri menghampiri anak tersebut. Apalagi Reffa, kakak pertama dari keluarga Batubara itu hampir saja berteriak karena kehadiran Raynzal.

Raynzal mencium punggung tangan Bundanya, Sasa. "Assalamualaikum, Bun,"

"Wa'alaikumsalam," Sasa memandangi anaknya lama.

Tiba-tiba dari belakang Reffa menepuk pundak Raynzal hingga membuat anak itu menoleh. "Ape si ah," ucap Raynzal.

Reffa melipat kedua tangannya di depan dada. "Lo kemana aja sih? Bunda stress nyariin lo tau gak,"

"Sssh, Reffa," tatap Bunda penuh peringatan, "Ayu, Rayn. Kita makan," Bunda tersenyum menatap Raynzal. Yang ditatap pun membalas senyumannya.

Mereka duduk di kursi. Raynzal duduk diantara Bunda dan Reffa. Lalu, ia menyendok nasi beserta lauk yang sudah tersedia diatas meja.

Regal, menatap Raynzal jengkel. Seketika selera makannya hilang begitu saja. Lelaki tampan kembaran Raynzal itu bersandar pada kursi sembari menggigit gorengannya. Dan entah kenapa, mulutnya terasa sangat hambar.

"Kamu sehat, A?" Tanya Bunda pada Raynzal. "Sehat, Bun," sahutnya disela-sela makannya.

"Kamu malam ini nginap?" Bunda menatap Raynzal penuh harap. "Enggak," singkat Raynzal kemudian meneguk minumnya.

"Yaah, masa enggak nginep sih," sahut Reffa memandang Raynzal kecewa.

"Besok gue harus sekolah," alasannya.

Tiba-tiba, Regal berdiri dari tempat duduknya. Tanpa berkata apapun ia pergi meninggalkan mereka bertiga.

Raynzal menatap kepergian sang kembaran dalam diam. Nampak tidak peduli.

"Tuh, 'kan ngambek," Reffa memainkan garpunya. "Baru juga berapa menit Bunda ngomong sama Raynzal," lanjutnya. "Dasar tukang ngambek!" Reffa menjulurkan lidahnya ke arah punggung Regal yang perlahan menghilang dari pandangannya.

"Biarin aja," ucap Bunda. "Dia, 'kan emang sensitif banget kalau ada Raynzal," lanjutnya.

"Memangnya Raynzal salah apa coba," ucap Raynzal acuh. Dirinya kemudian mengambil alih buah apel lalu menggigitnya.

Bunda melirik piring Raynzal yang belum bersih. "Kok makanannya enggak dihabisin? Enggak enak ya?"

"Enggak, Bun. Makanan Bunda enak kok. Cuma Raynzal lagi enggak nafsu makan aja,"

"Serius makanan Bunda enak, 'kan?" Raynzal mengangguk, lalu menatap Bunda. "Serius, Bunda,"

Bunda tersenyum. "Nanti Bunda sisain buat kamu makan di Apartemen ya,"

Raynzal mengangguk.

Sasa bangkit dari tempat duduknya dan mengambil piring milik Raynzal. "Bunda mau cuci piring," Bunda kemudian mengambil alih piring makan bekas yang lain. "Regal kebiasaan deh kalau makan enggak pernah habis," ucapnya, mengeluh. Makanan sisa Regal masih sangat banyak. Dan itu sering sekali terjadi.

RAYNZAL ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang