BAB 40 : BENERAN SUKA

332 39 0
                                    

AKBAR bersandar pada kursi. Kali ini posisinya tengah berada di ruang OSIS. Tidak ada satupun orang disini, terkecuali dirinya. Yah, bisa dikatakan bahwasanya tempat ini adalah tempat yang pas untuk ia memenangkan diri.

Kedua mata Akbar terpejam, bahkan kepala dan tubuhnya pun sengaja ia sandarkan ke kursi.

"Bar..." Panggilan itu lantas membuatnya menoleh. Ada Nila yang kini tengah berdiri di depan ruangan seraya memegang gagang pintu.

Kehadiran gadis itu membuat Akbar berdecak tidak suka.

"Eum... Aku-"

"Berani lo ngomong aku-kamu ke gue?!"

"Ihs!" Nila melotot. "Ada anak OSIS bodoh, kita harus sopan!"

Dalam hitungan detik, Akbar gelagapan sendiri. "O-oooh," ia menegakkan tubuhnya. "Yaudah, masuk,"

"Yeh, makanya dengerin dulu sebelum berkomentar,"

"Cepet,"

Nila mengajak anak OSIS itu masuk ke dalam ruangan. Keduanya duduk berhadapan dengan Akbar.

"Kenapa?" Akbar tersenyum pada sang sekretariat OSIS, sedangkan yang ditatap malah menatapnya canggung.

"Ada sedikit masalah buat acara Milad, Bar," ucap siswa yang memiliki nama Bintang itu. Akbar mengangkat sebelah alisnya dengan satu tangan bertumpu pada dagu.

Bintang menghela napas. "Tiga mic error. Kata Deni gue harus konfirmasi hal ini ke lo,"

"Gue?"

Bintang mengangguk. "Nanti lo pinta ke kepala sekolah. Kalau bisa kualitas mic nya bagus. Jangan kayak yang sebelumnya,"

"Kenapa harus gue terus anjir? Gue capek," Akbar berdecak.

Nila, gadis cantik yang juga selaku anak OSIS itu sedari tadi menyimak obrolan mereka. Ia sesekali melirik wajah tampan Akbar.

"Udah, Bar. Cuma itu aja yang mau gue sampein. Makasih, ya," Bintang menundukkan kepalanya. Ia bangkit dari duduk dan hendak pergi dari ruangan.

Sedangkan Nila tidak bergerak sedikitpun. Bintang sempat memberi kode padanya, namun gadis itu malah menggelengkan kepala. Mengerti, lelaki itu pun langsung keluar ruangan.

Lagi dan lagi, Nila menyiapkan mentalnya untuk menghadapi lelaki keras kepala dihadapannya ini. Keduanya saling tatap, namun tak ada satu katapun yang keluar dari mulut mereka-sebelum akhirnya keheningan itu berakhir dengan perkataan Akbar.

"Apa lagi?" Nila menghela napas, berbeda dengan Akbar yang berdecak kesal. Ia sudah sangat hapal dengan sifat Nila yang tidak tau malu dan tidak mudah menyerah itu.

"Gue cuma mau kasih pemberian dari Ibu. Enggak lebih," Nila memberi sekotak bekal untuk Akbar.

"Lo makan sendiri deh," balas Akbar tanpa menatap Nila sedikitpun.

"Enggak mau. Please, Bar. Cuma kali ini doang. Jangan bikin Ibu gue kecewa,"

"Enggak usah sok akrab. Kemarin-kemarin aja sok lugu sama gue," Akbar memutar kedua bola matanya malas.

"Itu karena kemarin gue kecewa banget sama lo," Nila sedikit senang dengan situasi ini. Meskipun Akbar terlihat cuek, setidaknya hari ini ia dapat berbicara dengannya.

"Dan sekarang lo gue larang buat sok lugu lagi. Apalagi ngomong aku-kamu ke gue,"

"Kalau sampai lo berani ngelakuin itu, gue bener-bener bakal ngeblokir semua sosial media lo,"

RAYNZAL ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang