BAB 27 : CABUT

360 42 0
                                    

AKBAR menatap Dina cukup lama. Kebetulan mereka sudah berada di ruang OSIS. Dan Nila pun ikut serta.

Dina sudah ganti baju. Ia memakai baju olahraga milik Nila. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai, karena tadi habis di basuh.

“Gue mau nanya. Apa hal yang ngebuat lo ngelakuin itu?” Tanya Akbar. Sedangkan Dina hanya menatapnya datar.

“Kenapa gue enggak sekalian di bawa ke ruang BP aja?” Ia mengangkat sebelah alisnya.

Raut wajah Akbar sedikit berubah. “Lo jawab dulu pertanyaan gue,”

“Lo duluan yang harusnya jawab pertanyaan gue,” sahut Dina tak mau kalah.

Nila yang berada di antara mereka menyahut. “Kakak kalau diapa-apain sama Raynzal, ngadu aja ke Akbar. Biar dia yang urus,”

Perkataan bodoh itu justru membuat Dina tertawa hambar. Hal itu lantas membuat Nila mengangkat sebelah alisnya, heran.

Akbar menghela napasnya. “Maksud dia, kalau lo digangguin sama Raynzal aduin aja ke anggota OSIS. Biar kita panggil kepala sekolah,”

Dina melipat tangannya, lalu bersandar pada kursi. “Gue enggak mau masalah ini sampe ke telinga guru,”

“Kenapa?”

“Ini urusan gue sama Raynzal. Orang lain enggak boleh ikut campur, termasuk lo,”

“Lagipun gue enggak butuh bantuan kalian,” ucap Dina angkuh. “Atau siapapun yang ada di sekolah ini,”

“Yakin?” Tanya Akbar.

“Gue enggak takut sama dia, dan lo harus tau itu,”

Nila mengangkat sebelah alisnya. Semua orang sudah tau Raynzal seperti apa. Kenapa anak ini tidak takut? “Enggak segampang yang kakak kira tau,” ceplosnya.

“Udahlah, gue lebih tau daripada kalian,” Dina berdecak. “Sekarang tujuan lo bawa gue kesini ngapain?”

Akbar bangun dari duduknya, kemudian mengambil sapu yang tergeletak di pojok dinding. “Lo sapu koridor lantai 1,”

“Dih, kalau gue enggak mau?!”

“Ya lo bakal dapet point,”

“Gapapa. Mending dapet point daripada nyapu,”

Akbar mendekati Dina sembari menatapnya.

“Batas point pelanggaran disekolah ini cuma sampai 100. Tadi lo bully Rachel, dan lo dapet 75 point. Mau gue tambahin 25 lagi karena enggak mau nurut sama perintah ketua OSIS, hm?” Ucap Akbar, mengancam.

“Gak jelas! Mungkin kalau gue berhadapan sama guru BP, hukumannya enggak akan sebanyak ini!” Protes Dina.

“Justru itu. Ini hukumannya gue kurangin malah,”

“Guru BP mana sekarang gue tanya?!”
Akbar menarik napas dalam-dalam. Berusaha menetralistir emosinya. “Guru BP sibuk. Kemarin juga ada kasus yang nggak kalah penting dari ini. Gue udah nemuin dia tadi, dan dia nyuruh gue buat nyelesain kasus ini. Hukuman yang dia suruh sesuai dengan apa yang gue bilang tadi. Jadi, nggak usah banyak protes,”

Dina seketika bungkam. Ia pun bangkit dari tempat duduknya dan mengambil sapu yang berada di tangan Akbar.

Nila ikutan berdiri. Gadis itu menatap Dina. “Mau aku temenin, Kak?”

Dan Dina malah melempar tatapan sinis untuknya. “Lo temenin aja deh mending cowok lo. Muak gue ngeliat dia,”

Dina langsung pergi seusai mengucapkan kalimat tersebut. Dan kalimat terakhir yang gadis itu ucapkan berhasil membuat Nila tersenyum cengengesan.

RAYNZAL ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang