BAB 14 : RACHEL RAYNZAL

601 59 0
                                    

RAYNZAL merupakan sosok yang kejam.

Ya, perlu diketahui bahwa Raynzal adalah pribadi yang sangat kejam. Dirinya tidak suka di usik. Apalagi di remehi kemampuannya. Jika masih sekali dua kali dan masih di batas wajar, ia bisa menahan emosinya. Namun bila berkali-kali, tentu saja ia akan marah.

Berbeda apabila jika hanya di gosipin. Kalau itu Raynzal cuek, enggak peduli. Cuma ya kalau di gosipinnya setiap hari, mana bisa dia menahan emosinya?

Apalagi kalau di gosipinnya sampai bawa-bawa orang tua. Mana bisa dia?

Ya, itulah yang saat ini terjadi.

"Iya ego. Buktinya aja Bundanya Raynzal sampai di selingkuhin. Nih, buah itu jatuh enggak jauh dari pohonnya. Sifat Raynzal enggak jauh beda dari Bapaknya,"

"Gue heran hal apa yang ngebuat cewek-cewek demen sama cowok macam dia. Beruntung enggak, rusak iya," siswi yang memiliki ciri khas hidung mancung dan wajah seperti orang Arab tidak menyadari bahwa sudah ada kehadiran Raynzal di belakangnya.

Sebetulnya Raynzal sudah mendengarnya sedari tadi. Namun ia menyamar dan duduk di belakang gadis itu. Awalnya ucapan siswi itu terdengar biasa saja, namun lama kelamaan jadi kurang ajar. Segala nyebut orang tua. Apalagi segala menyamakan Raynzal dengan Ardi.

Perlu kalian ketahui bahwa Raynzal tidak suka disama-samakan dengan Ardi.

Preman itu kemudian bangkit dari tempat duduknya. Dirinya sudah tersulut emosi. Saat ingin mendekat, Leo menghampirinya. Dan pada saat itu juga, siswi yang sedang menggosipinya berbalik dan menyadari kehadiran Raynzal.

"Ayo, Zal. Yang lain udah pada nunggu nih," Leo menarik bahu Raynzal.

Raynzal berdecak. "Anjing, Yo. Dia gosipin gue tai,"

Alhasil, siswi itu dibuat khawatir karenanya. Leo melirik gadis tersebut seraya menghela napas panjang. "Gue enggak ikut campur,"

Raynzal berkacak pinggang. Wajahnya memerah. Ia menatap siswi itu dengan penuh kekesalan. "Gue enggak suka di samain sama Papa gue ngerti lo," cetus Raynzal langsung.

"Gue enggak takut walaupun posisi lo disini sebagai kakel," ucap Raynzal. "Kalo sekali lagi gue dengar lo gosipin gue, lo bakalan habis di tangan gue," Raynzal lalu mengambil jaket miliknya untuk kemudian pergi meninggalkan kantin.

Kemudian Leo menyusulnya dari belakang.

"Gue ke Rachel dulu dah. Lo duluan aja sama yang lain," ucap Raynzal kepada Leo.

"Enggak. Gue sama yang lain bareng sama lo," Leo menyahut.

Sebetulnya hari ini Raynzal ada niat untuk mengantar Rachel pulang. Tetapi dirinya ada urusan mendadak bersama teman-temannya.

"Yaudah, tunggu gue sebentar,"

******

"HARI ini aku enggak bisa antar kamu pulang," kini posisi Raynzal dan Rachel tengah berada di pinggir lapangan. Rachel sedang menunggu anak itu sedari tadi.

Raynzal tidak tau saja bahwa Rachel senang mendapat informasi itu.

Kini mereka pergi meninggalkan lapangan untuk menuju ke halte depan sekolah.

"Iya, enggak papa. Nanti Rachel pulang naik angkot aja," Jelas saja Raynzal langsung menggelengkan kepalanya. "Aku pesenin ojek aja,"

"Ih enggak usah," tolak Rachel namun Raynzal tidak menggubrisnya. Lelaki itu kemudian menyalakan ponselnya.

"Naik ojek aja. Biar Rachel aman. 'Kan nanti kalau Rachel kenapa-napa kasihan abang-abangnya aku pukulin,"

"Ihs," Rachel berdesis. Gadis itu meninju pelan lengan Raynzal.

Raynzal mematikan ponselnya. "Udah, tinggal tunggu drivernya kesini," keduanya baru sampai di halte.

"Makasih," singkat Rachel lalu duduk di kursi yang tersedia, diikuti dengan Raynzal.

"Kamu mau ke mana emang?" Rachel menatap Raynzal.

"Pergi jauh,"

Kening Rachel berkerut mendengarnya. "Ngapain?"

Raynzal menatap Rachel selama beberapa saat dan menghusap-husap puncak kepalanya. "Main sayang. Biasa lah anak muda,"

"Oh," Rachel mengangguk seraya meng-ohkan ucapan Raynzal.

Raynzal meraih tangan Rachel. Dan Rachel tidak menolak untuk itu. "Masih lama, Zal?"

Raynzal kemudian mengecek ponselnya. "Enggak kok sebentar lagi," ucapnya.

Selang beberapa menit, Raynzal mendapat notif bahwa sang driver telah sampai di titik pemberhentian. Ia kemudian menatap sekitar, mencari ojek pesanannya.

Hingga akhirnya Raynzal menemukan ojol pesanannya. Sang driver pun lantas mendekati mereka.

Raynzal berdiri, diikuti dengan Rachel. Lelaki itu merogoh saku celananya dan mengambil selembar uang dua puluh ribuan untuk diberikan kepada sang ojol.

Dan Rachel hanya diam melihat itu.

"Enggak ada uang pas, Mas?"

"Ambil aja kembaliannya, Pak."

Orang itu mengangguk. "Makasih ya, Mas."

"Hati-hati, Pak," ucap Raynzal memberi perintah.

Pengemudi itu memberikan helm untuk Rachel. "Iya, Mas,"

Rachel naik ke motor. Raynzal tersenyum sembari melambaikan tangannya. Tanpa di sangka, Rachel membalas senyuman itu dengan senyuman yang cukup manis.

Dalam hitungan detik jantung Raynzal mendadak berdegup kencang. Gadisnya terlihat sangat cantik dengan senyumnya.

RAYNZAL ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang