Suara bus dan kendaraan lain yang sedang sibuk melaju di kota Seoul. Angin yang berdesir lembut serta cuaca yang sangat benar - benar mendukung hari pertama mereka.
Ketiganya naik keatas bus dengan kartu yang sejam lalu mereka buat. Khadijah dengan gamis biru muda yang cukup panjang dengan kerudung serta cadar berwarna sama dengan gamisnya terlihat agak tak nyaman.
Pandangan orang - orang disekitar membuat hatinya berkecil. Takut salah jika ia bisa menganggu kenyamanan orang yang berada di satu kendaraan dengannya."Permisi," kata salah seorang penumpang yang duduk dibelakang mereka.
Zayla membalikan badan akibat suara itu. Gadis yang membiarkan rambut panjang sepinggulnya itu terurai menanggapi panggilan seorang yang asing di bangku belakang.
"Kemana kalian akan pergi?"
Dengan bahasa korea yang sopan dan fasih Zayla menjawab serta berbincang sedikit dengan akhwat yang terlihat lebih tua daripada mereka.
"Temanmu, teroris?"
Tersemat wajah khawatir dari lawan bicaranya itu. Terbukti dari suaranya yang tiba - tiba berbisik kepada Zayla. Meski begitu Khadijah tetap bisa mendengar apa yang batu saja mendesir di telinganya. Seakan menusuk gendang telinganya dan tembus hingga ke hatinya. Sangat sakit.
Bicara pun tidak, Khadijah hanya tersenyum ketika ia membalikan badannya, membantu Zayla yang sungguh terlihat tak bisa bicara karena kalut dalam kemarahan.
"Annyeonghaseyo," sapanya dengan sopan bahkan menundukan kepalanya selama lima detik ketika menyapa seorang yang menuduh dirinya sebagai teroris hanya karena pakaiannya yang terlihat tak lazim di kalangan mereka.
"Namaku Khadijah Amayyah Al- Arsyid. Aku mahasiswa jurusan bahasa dari Indonesia, niatku kesini adalah untuk menyempurnakan ilmuku, aku bukan teroris."
Senyum simpel yang bahkan tak bisa dilihat oleh orang itu namun secara batiniyah ia sudah merasa cukup tenang karena sahabatnya ada bersamanya. Tak apa kata orang ini salah, asal Allah menganggap benar.
Bus melaju dengan kecepatan sedang, sudah berada hampir di tempat yang mereka tuju setelah sekalu turun dan berganti bus.
Mata khadijah memandang dalam pada sebuah bangku yang pertama kali membuat hatinya bergetar tak keruan bukan karena allah melainkan kepada makhluk allah, getaran yang ia semogakan untuk tidak memiliki kisah lanjutan. Pertama kali dalam hidupnya matanya menatap sepasang mata yang mirip seperti miliknya. Mata bulan sabit yang membuat siapapun jatuh cinta.
Otaknya kembali diingatkan oleh kenangan lalu yang tak sengaja ia putar balikan hingga senyum itu kembali muncul di balik cadarnya. Mata yang berbentuk bulan sabit tak bisa disembunyikan. Hingga sahabatnya penasaran apa yang membuat Khadijah Amayyah terus tersenyum tanpa henti.
"Astagfirullah, maaf mba, Husnah. Sepertinya aku sedang khilaf," katanya menutup matanya kemudian beristigfar dengan cepat.
Kedua sahabatnya dengan santai menanggapi. "Manusia adalah sumber kesalahan, jangan khawatir. Lagi pula nggak ada salahnya kita tersenyum bahagia, kan dapat pahala," kata Husnah seperti biasa acuh dan tak perduli setelahnya.
Lagi pula Khadijah merasakan ada perasaan aneh yang muncul saat itu. Seperti sebuah angin yang bertiup di hatinya, sangat nyaman, geli dan ia menikmatinya. Seperti sebuah candu, ia ingin terus memikirkan kejadian serta senyum manis dari lelaki itu. Kim Jeno.
"Jika nanti tuhan takdirkan aku dan Lee Jeno untuk hidup bersama, bagaimana ni, Zay?!"
Tiba - tiba saja Husnah bersuara setelah ia melihat postingan terbaru Kim Jeno di instagram.Kalimat - kalimat harapan yang sudah biasa di dengar oleh Khadijah pada saat ini aneh sekali sepertinya ia merasa seperti ada yang salah pada hatinya. Hatinya ingin menolak pernyataan yang seharusnya tidak terjadi. Tapi dia sendiri juga tak mengerti bagaimana cara mengatasi hatinya saat ini.
"Jangan seperti itu, Husnah. Nanti kau bisa dilaknat Allah, jika berharap terlalu besar pada hambanya."
Nasihat tadi, sepertinya ia ucapkan untuk ia telan sendiri. Kalimat yang sepantasnya diucapkan untuk ia koreksi sendiri. Bagaimana mungkin dia menasihati orang seperti itu, jika saat ini hatinya sedang berharap yang sama?
"Yuk turun!"
Setelah senyap hening dan hampir tertidur. Akhirnya bus berhenti di pemberhentian yang mereka tuju.
Dengan ucapan basmalah ketiganya sungguh sudah memulai kehidupan selama enam bulan, entah suka atau duka yang akan terjadi mereka sudah berjanji tidak akan menyerah dan menjalani semuanya hingga berakhir enam bulan dan sukses pendidikannya.
"Neng." Zayla menggenggam jemari Khadijah yang terlihat sedikit ragu melihat keadaan dan suasana yang ada di dalam sana. "Nggak papa. Mba dikananmu, dan Husnah dikirimi, serta ada Allah yang melindungi kita di manapun."
Ucapan mantap dan yakin dari Zayla berhasil membuat hati Khadijah sedikit menghapus keraguan yang sempat digambarnya itu. Dengan tangan yang bergandengan mereka bertiga mulai memasuki gerbang. Menyapa sedikit demi sedikit mata - mata yang menatap mereka dengan aneh.
Bisik - bisik mulai terdengar tak nyaman di telinga Khadijah. Karena dirinya kedua sahabatnya itu jadi sorotan publik sepanjang perjalanan menuju ke kampus. Jika tak ada dirinya makan sahabatnya akan cepat berbaur dengan semua orang yang ada disini. Tapi dirinya yang terlalu menonjol diantara ketiganya.
Zayla dan Husnah bisa membaca dari raut wajah Khadijah yang terlihat khawatir dan tak nyaman. Lalu Husnah dengan sigap memasangkan headphone miliknya di telinga Khadijah. Mengepung dan melarang masuk suara - suara yang tak perlu di dengar oleh sahabatnya itu.
Gadis dengan bulu mata yang lentik dan panjang itu tersenyum di balik cadarnya. Merasa aman dan nyaman, kembali sekali lagi dirinya diingatkan bahwa disisi kanan dan kirinya ada dua sosok yang akan selalu mengamankam dirinya dan imannya. Serta satu lagi yang akan selalu bersama dirinya dalam keadaan apapun. Allah bersamanya. Itu yang membuatnya berani mengambil jalan yang sedikit berbahaya ini.
"Bismillahirrohmanirrohim."
--------------
Kalian bisa kunjungi Instagram aku untuk melihat karyaku yang lain :)Follow : @its_erluthh
Terima kasih ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅
Romance(TAMAT) ~Part masih lengkap~ Lee Jeno, mencintaimu adalah larangan bagiku, dan aku sudah melanggar larangan itu, patut semesta menghukumku ... Diantara banyak hati yang ia ciptakan kenapa ada namamu diantara butiran tasbihku, dirimu yang tak seiman...