Annyeong~~
Supaya ceritanya nyambung, kalian bisa baca part sebelumnya ya, siapa tau kalian lupa alur heheHappy reading, jadilah readers yang beratittude ❤️
.
.
.
.Gelap malam menyambut Khadijah yang baru turun dari bus. Halte terakhir, dan bisa ia lewati dengan berjalan kaki sekitar 10 menit hingga sampai di rumahnya.
Sepertinya Khadijah sendiri sudah terbiasa dengan tatapan aneh orang-orang sekitarnya. Dan mungkin pula orang-orang sudah terbiasa karena sering melihat Khadijah.
Sengaja Zayla perintahkan Khadijah untuk mempersiapkan party kecil-kecilam untuk Husnah, sedang Zayla mengalihkan perhatian Husnah sebentar, jadi tadi Khadijah sempat singgah ke toko untuk membeli kue dan sedikit hiasan.
"Astagfirullah ... dimana ya?" Khadijah merogoh ke totebag-nya. Sesuatu yang seharusnya ada disana, tapi tidak ia temukan.
"Biar aku bantu membawa barangmu."
Khadijah bersyukur dengan kebaikan hati orang ini. Tapi ... tunggu!
Suara yang tidak asing sekali. Suara bariton ini milik ...
"Jeno-ssi?" Khadijah menatap kearah samping kanan. Dan benar, lelaki dengan pakaian yang terbilang sama seperti yang dikenakan olehnya pagi tadi. Beberapa waktu Khadijah melihat kekanan, kekiri, kebelakang, serta jauh kedepan, seperti mencari sesuatu.
"Aku sendirian," sahut Lee Jeno, seolah ia bisa membaca apa yang sedang Khadijah tanyakan jauh di dalam hatinya.
"Ahh ... maksudku, sedang apa kau disini?"
Kenapa selalu datang kepadaku? Kenapa selalu datang saat aku butuh bantuan? Kenapa selalu membuat aku khilaf, kau Lee Jeno ...
"Ahh itu!" Jeno berusaha mencari alasan yang tepat. "Ehh itu aku ... mau pulang!" sahutnya cepat, membungkus kebohongan itu dengan manis.
Khadijah tak bergeming beberapa waktu. Lalu mengangguk. "Ahh baiklah, boleh tolong pegang ini?" pinta Khadijah.
"Tentu." Lee Jeno mengambil kotak kue dari tangan Khadijah, tentu saja dengan hati-hati karena ia paling tahu apa yang tidak boleh dilakukan oleh seorang wanita seperti Khadijah.
Bersentuhan.
"Tapi, apa yang sedang kau cari?"
"Ketemu!!"
Belum sempat pertanyaan Lee Jeno dijawabnya, ia berderap cepat. Meletakkan sepotong roti isi daging di pinggir area jalan kaki.
Lee Jeno masih memperhatikan dari kejauhan, kemudian baru bisa bertanya setelah Khadijah selesai dengan kegiatannya. "Apa yang kau lakukan?"
"Berikan padaku kotak kuenya," pintanya kembali.
Alih-alih memberikan, Jeno malah menyembunyikan kotak itu dibelakang badannya membuat wajah Khadijah yang tertutup separuh menjadi bingung.
"Kau selalu membuat orang penasaran, kau mau tanggung jawab kalau aku tidak bisa tidur malam ini karena terus memikirkan dirimu?"
Ya allah, maafkan Dijah, tapi Dijah gak bisa mengalihkan pandangan yang haram ini ...
Lee Jeno, matanya sangat indah ...
Tatapannya sangat teduh ...
Senyumnya sangat dapat dipercaya ..."Astagfirullah!!" Khadijah tiba-tiba memekik, Jeno pun terkejut dibuatnya. Sudah 2 kali ia mendengar suara lantang Khadijah hari ini.
"Apa .. itu artinya aigo kamjagiya? Sesuatu yang diucapkan ketika terkejut?" heran Lee Jeno.
Khadijah mengalihkan pandangannya dengan cepat. Apa yang sedang kau lalukan Khadijah?!
"I-iya, semacam itu. Berikan padaku," pintanya lagi kali ini kembali dengan suara aslinya yang lemah dan lembut, bahkan hampir tak terdengar.
Lagi-lagi Lee Jeno menipunya. Lee Jeno tidak memberi kembali kotak kue itu dan malah berjalan mendului Khadijah dengan langkah pelan.
"Jeno-ssi!" panggil Khadijah.
Jeno berbalik. Kali ini ia berjalan mundur sambil terus memandang Khadijah. "Apa sebutannya? Balasan ketika berbuat baik? Pahala? Benar bukan? Pahala."
Lalu Lee Jeno tersenyum. "Aku ingin mendapat pahala banyak! Jadi biar aku dapatkan hari ini, Dijah-ssi!"
Kenapa harus dirimu, Lee Jeno ...
Dari banyak hati, kenapa aku menjatuhkan jangkar dipelabuhanmu, sungguh tak akan sanggup kapalku ini untuk melewati arus besar pembeda diantara laut kita ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅
Romance(TAMAT) ~Part masih lengkap~ Lee Jeno, mencintaimu adalah larangan bagiku, dan aku sudah melanggar larangan itu, patut semesta menghukumku ... Diantara banyak hati yang ia ciptakan kenapa ada namamu diantara butiran tasbihku, dirimu yang tak seiman...