13 - Situasi Yang Aneh

452 66 15
                                    

22 November.

Dering alarm berbunyi. Suara berisik dari alarm membangunkan Khadijah.

Gadis yang sekamar degannya itu adalah tersangka utama pemilik ponsel ber-alarm ini.

Khadijah meraih ponsel yang bisa dijangkaunya itu, mematikannya kemudian membangunkan pemilik ponsel.

"Husnah ..." Khadijah menggoyangkan pelan tubuh Husnah yang terbalut selimut. "Nah? Bangun, Nah. Alarm kamu udah bunyi."

Tak akan berhasil. Khadijah tau itu. Husnah yang tertidur bukanlah lawan yang imbang.

Jam di dinding menunjukkan pukul 00.00, Khadijah mengernyitkan kening.

"Husnah mau apa jam segini," gemingnya. Ia berniat pergi ke kamar Zayla untuk meminta bantuan membangunkan Husnah.

Jika Husnah membunyikan alarm itu artinya ada sesuatu yang harus ia lakukan dan artinya ia harus bangun. Mana mungkin Khadijah menutup mata akan hal ini.

Segera ia keluar setelah membenahi kerudung instan tidurnya.

Bukan terpaksa. Hanya hawa malam dan mengantuk membuat ia berjalan sedikit menyeret tubuhnya.

Saat ia lewat, tak sengaja matanya melirik kearah kalender yang tergantung di tembok dekat ruang tamu.

"Masyaallah," gemingnya tersenyum kemudian. "Rupanya ini kode, bukan Husnah yang mau bangun tapi emang mau bangunin kita."

Tersenyum manis Khadijah Amayyah Al-Arsyid itu. Sangat indah. Wajah tanpa cadar yang bersinar lebih indah terlihat dengan lengkungan senyum itu.

---------------
"Kalian beneran gak denger alarm?"

Sepagi ini Husnah sudah mengoceh di meja makan. Sengaja Zayla jauhkan Khadijah dari Husnah karena ia sudah tau Khadijah tak akan bisa berbohong.

"Alarm apa sih, Nah? Gak ada alarm, jangan ngada-ngada, deh." Zayla berlagak tidak mempedulikan gadis yang tidak tau harus mengkode dengan cara apalagi agar sahabatnya ingat hari lahirnya.

"Ntar Dijah pulang dari minimarket aku tanyak! Kamu mah gak peka, Zay!"

Seperti dugaan. Husnah kesal setengah mati. Ia bertekad untuk menunggu Khadijah di depan pintu.

Sementara itu, Khadijah baru saja menerima pesan mengatakan kepada dirinya untuk membungkus kebenaran dengan samar. Seperti yang sering ia lakukan.

"Dijah!!!" Husnah berteriak pada gadis yang belum masuk ke gerbang itu.

"Assalamualaikum." Khadijah memberi salam kemudian mendatangi Husnah. "Ada apa, Nah?"

"Dijah kamu denger alarm gak tadi malem?"

"Oh iya, aku denger, Nah, itu dari ponsel kamu kan tadi malem?"

Bukan seperti ini yang diharapkan Husnah. "I-iya itu dari ponsel aku." Husnah langsung berbalik badan tidak bersemangat lagi.

Bagaimana mungkin mereka lupa dengan hari spesial ini. Padahal selama ini Husnah selalu mengatakan tanggal lahirnya di setiap kesempatan.

"Memang benar kata Dijah, tak ada untungnya mengharap pada seorang hamba, seharusnya aku mengharap sama Allah aja."

---------------------
"Annyeong!"

Dua wanita dengan balutan pakaian kasual ditambah jaket panjang dan tebal penghalau dingin, seperti biasa salah tingkah akibat sapaan ringan dari lelaki bermata indah itu.

"Annyeong!!" sapa mereka bersamaan.

"Oh ya kau suka hadiahnya Husnah?" tanya Lee Jeno tiba-tiba.

Mata Zayla juga Khadijah membulat ketika mendengar itu.

"Hm?"

Untungnya Husnah tidak fokus pada suara Lee Jeno, melainkan masih memfokuskan diri untuk sadar dari sihir senyum Lee Jeno pagi ini.

"Bukankah Dijah sudah--"

"Jeno-ssi!!"

Kalimat Jeno terpotong. Semua orang terkejut dengan suara Khadijah yang lantang. Meski tidak terlalu lantang, tapi ini adalah suara terlantang yang Khadijah keluarkan selama hidupnya.

"Neng??"

"Ahh Jeno-ssi, ini!" Ia memberikan sebuah buku yang tidak asing kepada Lee Jeno. "Terima kasih catatannya, aku sudah mempelajari semuanya."

"Oh? I-iya baiklah tidak masalah." Lee Jeno masih belum sadar, ia masih fokus membaca raut wajah Khadijah sampai namanya dipanggil dengan keras.

"Aaaissh!! Chinguya, aku pergi dulu!! Cuaca sedang dingin jangan lupa memakai pakaian tebal!!" Terbirit ia melarikan diri setelah berpamit.

Tiga lelaki dengan pakaian serupa melewati mereka. Topi hitam serta masker juga pakaian oblong.

"Tapi ..." Sepertinya Zayla memikirkan sesuatu sampai matanya semakin melebar ketika menyadari sesuatu. "Nah!!!" Ia menepuk bahu Husnah dengan keras. "Renjun!! Jaemin!! Haechan!!!" pekiknya.

Husnah melihat kearah lelaki yang saling berkejaran dijalanan itu. Kemudian ia menyadarinya juga ketika melihat punggung yang sangat mereka kenal.

"Kyaaa!!!!!!!!!!" pekik Husnah dengan suara yang sangat lantang.

Apa hanya Khadijah yang tidak paham dengan situasi saat ini?

Tapi yang menjadi inti pikirannya saat ini, kenapa Jeno bisa ada didepan rumah mereka? Sepagi ini?

.
.
.
.
.
.
.

Assalamualaikum!!!
Annyeong readers-nim yang Kak Er sayangi, mohon maaf atas keterlambatan update ini, soalnya lagi agak sibuk jadi lupa hehe :)

Oke baiklah tidak usah berbasa-basi lagi, happy reading, jangan lupa menjadi pembaca yang bijak ❤️❤️

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang