12 - Rindu, Itu Cukup Sakit

484 69 24
                                    

Sudah Khadijah tebak hari ini akan turun salju. Ia tersenyum setelah tebakannya benar.

"Husnah," panggilnya lembut. "Sesuai janji, ayoo!!"

Selalu sama. Setiap harinya. Pakaian yang membalut diri dengan indah sesuai syariat serta wajah yang tertutup setengah, hanya ada tambahan jaket tebal untuk menghalau udara dingin menembus tulang.

Seperti janji mereka, saat salju turun mereka akan berkeliling di Itaewon. Sebuah kota kecil yang lumayan ramai dengan para turis, juga pemandangan yang cukup ramai dan indah di malam hari.

Terlebih hari ini salju pertama turun.

"Okeoke, aku panggil Zayla dulu."

Sambil menunggu Zayla juga Husnah siap. Khadijah berniat mengistirahatkan dirinya barang sebentar.

"Lailahaillah," gemingnya bahkan ketika duduk. Selalu ada Allah disetiap apapun yang ia lakukan. Ridhollah. Hanya itu yang ia harapkan.

Sekedar melepaskan kesepiannya. Ia iseng-iseng saja membuka social medianya.

Feed inst*gram yang kebanyakan berisi ceramah-ceramah atau motivasi islami. Tapi, satu hal membuat jarinya terhenti. Lama ia menatap kedalam ponselnya.

Ia tebak. Pastilah kerjaan Husnah yang memfollow akun ini.

Memang pernah seingat Khadijah Husnah meminta ijin untuk memfollow akun seseorang demi followers orang itu bertambah, dan Khadijah ijinkan itu.

Namun, ia tidak tau bahwa seorang yang dimaksud adalah lelaki dengan senyum indah ini.

Otomatis Khadijah ikut tersenyum seketika. Mata yang berbentuk bulan sabit, sama dengan miliknya.

"Masyaallah!!"

Khadijah segera mematikan layar ponselnya dan beristighfar dengan cepat. Apa yang sudah kau lakukan Dijah?!

----------

Ketiga wanita dengan penampilan berbeda itu berjalan bersisian. Saling tertawa sambil menikmati indahnya lampu di malam ini.

Salju turun dengan sangat indah. Khadijah menyukai ciptaan Allah ini.

"Husnah!!" Zayla menarik tangan Husnah dengan bersemangat, lalu ia menunjuk sebuah gedung yang lumayan ramai malam ini.

"Omaygattt!! Ini tempat Jeno waktu di acara itu, kan??!!" pekik Husnah bersemangat.

Keduanya terlihat girang. Khadijah hanya memandang keduanya dalam diam. "Apa, Mba? Acara apa?" tanyanya tak mengerti.

"Neng, ayo!"

Tanpa basa-basi Zayla menarik tangan Khadijah untuk masuk ke dalam. Baiklah, tidak ada yang bisa Khadijah tolak dari permintaan orang-orang tersayangnya, jika itu masih berpelurus dengan ajaran Rasul.

Zayla dan Husnah sangat heboh setelah sampai di dalam. Mereka selalu memekik dan menunjuk sesuatu, Khadijah sendiri, ia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan mereka.

"Mba?"

"Apa, Neng? Kamu boleh keliling-keliling deh, Neng."

Saking semangatnya, dua orang itu langsung berlalu meninggalkan Khadijah seorang diri.

"Ya, sepertinya berkeliling gak terlalu buruk."

Tangan Khadijah menyentuh apapun yang menarik perhatiannya dengan lembut. Beberapa kali ia puji juga barang-barang yang ia jumpai.

"Oh ya, Husnah lagi bentar ulang tahun, apa sekalian beli hadiah disini aja?" Ia menimbang sendiri perkataannya. Kemudian memutuskan.

-------------
Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Ia mengintipnya sebentar.

Alisnya berkerut kemudian.

"Cantik."

Tak berniat membalas, Khadijah kembali mencoba topi-topi yang berjajar di depan. "Husnah cocok pakai warna putih deh kayaknya."

Lagi-lagi ponselnya menyala.

"Lebih bagus yang warna hitam. Warna kesukaanku hitam."

Khadijah menimbang-nimbang kembali dua topi ya berada di tangannya.

"Eh tapi?"

Khadijah mulai menyadari sesuatu, dan ia otomatis menoleh ke segala arah, mencari sosok yang mengiriminya pesan yang ia kira awalnya pesan salah kirim.

"Searah jarum jam 2."

Segera Khadijah menoleh sesuai intruksi yang ia terima dari pesan itu. Seolah orang itu tau apa yang Khadijah lakukan.

Sungguh. Ia ingin mengutuk dirinya saat itu juga. Jika jantung itu buatan manusia, mungkin sudah hancur karena bekerja lebih keras dari biasanya.

Lelaki dengan topi hitam dan masker yang membungkus wajahnya itu tidak  mendekat. Alih-alih mendekat ia malah mengetik sesuatu di ponselnya.

Sedetik kemudian ponsel Khadijah menyala.

"Jadi, apa pilihanmu? Hitan atau putih?"

Setelah membaca pesan itu, Khadijah mengalihkan pandangan kearah lelaki itu kembali. Ia tidak ingin melakukan apapun selain ... menatap wajah itu.

Sesakit inikah rasanya merindu? Pantas Rasul menangis saat merindukan kami

.
.
.
.
.

Happy reading~~~
Please be smart readers guys🌼
Sayang kalian banyak-banyak❤️

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang