Bahkan langit pun mengutuk pagi ini. Matahari yang biasanya membawa kehangatan perlahan pergi, menyisakan gelap awan di langit hitam.
Sudah berapa bus Khadijah lewatkan, ia masih duduk termenung di halte, tak ingin atau berniat untuk masuk ke bus, ia terlalu kalut di dalam pemikirannya sendiri.
"Agassi! Ini bus terakhir rute ke kampusmu!"
"Ahh maaf, Paman."
Khadijah berderap masuk ke dalam bus karena ini bus terakhir, jika ia lewatkan bus ini maka terpaksa ia harus berjalan kaki atau naik taksi ke kampus.
"Hari ini kalian berangkat terpisah?"
"Hm?"
"Kau dan wanita galak itu, kalian berangkat terpisah, lalu mana wanita kurus yang satu lagi?"
Mungkin wanita galak itu adalah Zayla, dan wanita kurus itu Husnah. Memang paman ini cukup mengenal mereka bertiga sebab mereka bertiga paling unik dari kebanyakan orang.
"Kami berangkat terpisah, Paman."
Khadijah segera mengambil tempat duduk di pinggir kaca, kenapa ia merasa lelah sekali padahal ia tak berbuat apa-apa?
Ia menyenderkan kepalanya ke kaca sambil berusaha menikmati jalanan yang cukup ramai.
Sampai matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya.
"Paman!!"
***
Khadijah yakin sekali matanya bertatapan dengan Lee Jeno tadi. Nafasnya masih berderu setelah ia buru-buru turun dari bus.Namun, sayang sekali tidak ada Lee Jeno dan dia sudah ditinggalkan oleh bus.
Seberapa banyak pun matanya berkeliling, Lee Jeno tidak ada disini. Ya, mana mungkin Lee Jeno ada disini pada saat seperti ini.
Kembali lagi Khadijah terduduk di halte bus. Ia menetralkan jantungnya yang berdegup karena lelah. Sampai ia tersadar 10 menit lagi ia akan terlambat.
"Astagfirullah!!"
Barulah ia buru-buru mencari taksi, melambai kesana-kemari untuk memberhentikan taksi sebab berjalan kaki tak akan membantu kali ini. Jika ia berlari memungkinkan akan memakan waktu sekitar 20 menit.
"Ya allah ..." rintihnya. Khadijah yakin Allah akan membantunya.
Berapa banyak taksi yang lewat tak satupun dengan kosong penumpang, Khadijah mulai khawatir jika ia tak segera mendapat taksi ia akan terlambat. Tapi ...
"Inshaaallah Allah selalu bersamaku," ucapnya mantap. Khadijah akan mulai berlari tapi klakson mobil menggema tiba-tiba.
Taksi.
"Agassi!! Cepat masuk!"
Bagaimana paman itu tau Khadijah sedang butuh bantuan darinya. Itu tidak penting sekarang. Tentu saja semua ini atas pertolongan dari Allah.
"Terima kasih, Paman." Khadijah membungkuk sedikit untuk memberi hormat kepada sopir di depan.
Selembar uang ia berikan dengan kedua tangan kepada sopir itu.
"Tidak, Agassi, lelaki tadi sudah membayarku," tolak sopir ini.
Tentu saja Khadijah bingung hingga mengerutkan alis.
Mungkin rautnya yang nampak separuh itu bisa dibaca oleh sopir ini hingga sopir ini menjelaskan tanpa diminta.
"Lelaki hoodie hitam dan bermasker hitam tadi, tubuhnya agak tinggi dan matanya sama sepertimu, dia saudaramu?"
Khadijah berjalan linglung.
Ia tidak salah.
Lee Jeno.
Benar dirimu rupanya."Allah selalu membantu hambanya, tapi kali ini Lee Jeno membantuku, apa Rabb-ku sudah terhubung dengan Lee Jeno?"
"Astagfirullah!! Dijah!!" Lagi-lagi Khadijah berpikiran konyol. Tidak sekali atau dua kali ia selalu menghubungkan hal yang tidak mungkin itu. Semua ini murni pertolongan Allah, Dijah.
"Mba Zayla?"
Satu lagi yang membuat Khadijah memutar pikiran.
Ketiganya terlalu mengusik pikirannya hari ini. Lee Jeno. Husnah. Zayla.
.
.
.
.Haiii~~~
Gimana-gimana? Satu kata buat Dijah apa? "Fighting"? Ehhm no, no. Nampaknya lebih cocok, "Kerja bagus, Dijah" wkwk :vSemoga kalian suka ya, jangan lupa jadilah pembaca yang cerdas yang menikmati karya dengan atitude yang benar 💮
Saranghae buat chingudeul banyak-banyak ❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅
Romance(TAMAT) ~Part masih lengkap~ Lee Jeno, mencintaimu adalah larangan bagiku, dan aku sudah melanggar larangan itu, patut semesta menghukumku ... Diantara banyak hati yang ia ciptakan kenapa ada namamu diantara butiran tasbihku, dirimu yang tak seiman...