32 - Kisah Cinta Terlarang

332 60 14
                                    

Sudah tiga hari ini Rayhan mengurus umminya yang sedang terbaring lemah di atas ranjang. Sudah tiga hari ini pula adik perempuannya tidak keluar kamar selain memasak selepas subuh.

Keduanya tidak berinteraksi secara langsung sama sekali.

Rayhan datang ke kamar umminya, membawa bubur hangat yang Khadijah buat pagi tadi dan baru ia panaskan.

"Ummi, makan dulu." Rayhan membantu umminya untuk bersender di tumpukan bantal.

"Neng Dijah sudah makan?" tanya ummi dengan suara parau.

Pertanyaan yang sama seperti yang ditanyakan Khadijah barusan.

"Sudah, Mi," jawab Rayhan sebagai perantara diantara keduanya.

Rayhan ingin sekali keadaan menjadi lebih baik secepatnya, ia tengah berusaha untuk meyakinkan masing-masing dari keduanya.

Namun, baik ummi maupun adiknya menghindari untuk membahas permasalahan itu.

"Mi," panggil Rayhan sambil menyuapi umminya. "Kira-kira jika abah masih ada, abah bakal lakuin apa ya, Mi?"

Umminya menatap bingkai foto yang terpajang di dinding kamarnya.

"Rayhan ingat, abah selalu bilang ke Neng Dijah kalo abah selalu berdoa supaya Neng Dijah jadi wanita hebat seperti Ummi."

Lantas air mata umminya mengalir deras. Sosok yang ia rindukan itu terbayang di pikirannya, bahkan senyum almarhum suaminya masih tergambar jelas di kepalanya.

Kemudian ia menyeka air matanya. "Neng gak boleh jadi seperti Ummi."

Neng gak boleh kehilangan orang yang ia cintai juga ...

"Kenapa, Mi? Kayaknya doa abah sudah terkabul."

Ummi menatap Rayhan.

"Khadijah sudah tumbuh jadi wanita sehebat Ummi, Khadijah pantang nyerah sama kayak Ummi."

"Ummi ingat gak? Dulu abah cerita. Abah bilang Ummi sampai kabur dari rumah gara-gara mempertahankan hubungan sama abah."

Bagaimana bisa ia lupa. Kisah itu terlalu menyedihkan untuk diingat kembali.

"Rayhan mau ngomong apa sama Ummi?" Sepertinya ummi paham bahwa Rayhan ingin menyampaikan sesuatu.

"Seperti yang Rayhan bilang, Mi. Sepertinya doa abah terkabul. Neng Dijah sama seperti Ummi. Ummi juga meng-islamkan abah, lalu kenapa tidak beri kesempatan buat Neng?"

Sakit sekali. Seharusnya itu tidak ia lakukan dulu. Jika ia tidak melakukan itu, maka ia tidak kehilangan orang yang ia cintai.

Rayhan tau kisah percintaan umminya yang berhasil meng-islamkan abahnya. Tapi Khadijah tidak.

"Han, kisah itu gak boleh terulang," kata ummi. "Itu terlalu menyakitkan."

Dan Rayhan tahu, apa penyebab abahnya meninggal dunia.

Saat itu cuaca sangat dingin dan hujan, ia, adiknya dan abah pergi ke swalayan sebab ummi sakit saat itu.

Mobil yang dikendarai abah ditabrak dengan sengaja oleh seorang di lampu merah yang sepi. Khadijah yang berumur 5 tahun dan Rayhan yang berumur 7 tahun diselamatkan oleh orang yang kebetulan lewat tepat sebelum mobil mereka meledak.

Keduanya berbaring di rumah sakit, sedang abahnya sudah dibawa ke pemakaman. Saat itu adalah kali terakhir mereka bertemu abah mereka.

Ummi sibuk untuk mengurus pemakaman abah, sedang Khadijah dan Rayhan harus di rumah sakit sebab terluka.

Saat itu, hanya ada mereka berdua. Rayhan sadar lebih awal, tapi belum sepenuhnya sadar. Saat ia sadar ia langsung berteriak saat melihat nenek dari pihak abahnya mencekik adiknya yang penuh selang.

Untung saja dokter segera datang. Saat itu Rayhan sangat takut, jika ia mengadu maka neneknya akan ditangkap. Jadi, ia memilih diam dan menangis.

Neneknya ingin membunuh adiknya dan kemungkinan dirinya juga. Setelah diselidiki pula, orang yang menabrak abahnya tak lain adalah kakeknya yakni ayah dari abahnya.

Umminya tidak menuntut, sebab mereka masih keluarga. Ummi tau, abah pasti juga sudah memaafkan keluarganya.

Sejak awal, hubungan mereka memang dilarang dari kedua pihak. Tapi mereka bersikeras, hingga akhirnya kejadian buruk menimpa mereka.

Itu adalah luka paling menyakitkan seumur hidup. Umminya harus membesarkannya dan adiknya seorang diri.

"Jadi Ummi khawatir bahwa keluarga Lee Jeno mungkin menolak jika Jeno pindah agama?"

Nampaknya apa yang ada dipikiran Rayhan benar melihat umminya hanya diam.

"Jika begitu, kenapa tidak tanyakan? Kita tidak tahu jawabannya jika tidak bertanya, Mi?"

"Han, cukup."

"Ummi menyesal melakukan hal itu dulu?"

"Jika ummi menyesal berarti ummi memang dari awal tidak bisa menerima kami?"

"Han ..." peringat umminya dengan nada yang ia sabarkan.

"Jika Ummi diberi kesempatan mengulang, maka Ummi gak bakal berjuang? Dan kami gak akan lahir? Ummi--"

"Rayhan!!"

Bibir Rayhan terkatup sempurna. Ia tahu tidak hanya dirinya yang pusing, tapi ummi juga.

"Khadijah gak pernah bilang Ummi jahat," ucap Rayhan. "Tapi rasanya Rayhan munafik, Mi."

Air mata ummi kembali mengalir saat putranya mengucap salam dan keluar dari kamarnya.

Cobaan ini terlalu berat, Mas.
Aku takut jika Khadijah mengulang kisah kita

.
.
.
.
.

Sudah mau ending😭😭
Gimana dong?
Mau sopiler? Wkwk

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang