Sejak itu. Ummi melarang Khadijah untuk pergi selain bekerja, ikut kajian pun dilarang. Dan juga, ummi selalu beralasan untuk tidak menerima panggilan dari Lee Jeno.
Tapi ummi masih punya janji, yakni Lee Jeno bebas datang ke rumahnya untuk makan. Itu ummi katakan saat Lee Jeno memberi bantuan saat dirinya terluka dan dibawa ke puskesmas tempo hari oleh lelaki itu. Dan tentu saja saat ummi belum tahu fakta itu.
Ummi memijit keningnya setelah menerima pesan hari ini Lee Jeno akan datang untuk makan malam sebab air di apartemennya mati. Memang sedang ada perbaikan di apartemen dekat rumah mereka itu.
Untuk menolak, ummi tak bisa berbohong. Lagipula janji harus ditepati, jika tidak tergolong orang munafiklah dirinya.
"Han," panggil ummi kepada putra sulungnya. "Neng mana?"
"Diakamar, Mi."
"Katakan ada kajian di rumah Bu Lina, Khadijah mengisi ceramah disana malam ini."
"Bukan Ummi yang ngisi, Mi?"
Seharusnya begitu, tapi tidak ada pilihan lain. Putrinya dan Jeno tidak boleh bertemu.
"Ummi sedang tidak enak badan," kata Ummi. Bukan sebuah kebohongan, ia memang merasa badannya agak lemah.
"Inshaaallah, Mi. Nanti Rayhan sampaikan."
Sepertinya malam ini akan ummi akhiri segalanya. Ummi harus mendengarkan penjelasan, dan ummi harus jujur mengapa mereka tidak bisa bersama meskipun ingin.
Khadijah tak paham lagi kenapa ummi menyuruhnya keluar rumah, sedang selama ini ia dikurung habis-habisan.
Mobil Rayhan sudah terparkir di pekarangan. Rayhan memang bertugas menjaga adiknya itu sampai saat statusnya lajangnya hilang.
"Neng? Jika sudah selesai telpon, ya?"
Khadijah mengangguk lesu, dan setelah Rayhan menjawan salamnya Khadijah masuk ke dalam. Sedang Rayhan ia memutar kemudian kembali ke rumah.
"Assalamu ... alaikum," ucap Rayhan. Dan hanya ummi yang menjawab salamnya. Jelas terlihat lelaki yang duduk dengan sopan itu ingin menjawab namun tak berhak.
"Jeno kau datang, lama sekali tak kesini," saa Rayhan ramah. Rayhan memang tak menyetujui juga jika Khadijah dan Jeno bersama, sebab mereka memiliki kepercayaan berbeda.
Namun, tidak menghapus kemungkinan jika Allah menghendaki untuk adiknya menjadi fisabil yang mengislamkan orang.
Ia hanya berdoa yang terbaik, membantu adiknya.
"Iya, Han. Sepertinya kita sibuk, jadi baru sempat."
Rayhan mengangguk saja meskinia tahu umminya yang selalu menolak Lee Jeno untuk bersilaturahmi ke rumah. "Oh ya, listrik disana mati juga aku dengar tidak hanya air?"
Jeno mengangguk sedih. "Ya sepertinya begitu, baru hidup lagi jam 10 pagi besok katanya."
Ada rasa tak tega juga di hati ummi yang mendengar percakapan mereka dari dapur. Bagaimana bisa tinggal di rumah tanpa lampu.
"Astagfirullah! Enggak! Aku punya anak gadis." Ummi menggosok segera pikirannya yang hampir saja meminta Jeno menginap di rumahnya.
Makanan sudah tersaji. Rayhan dan umminya masih diam, menatap Lee Jeno yang mengeratkan tanganya dan menutup mata berdoa.
Memang anak yang baik, hanya saja cara berdoa mereka tak sama. Itu yang membuatku tak rela.
Setelah berdoa ketiganya makan tanpa suara. Jeno juga tak bersuara, ia makan dengan lahap tapi pelan, menghabiskan seluruh butir nasi di piring tak tersisa.
Saat Rayhan menyisakan beberapa wortel di piring Lee Jeni menegurnya, dia bilang bukankah rasul kalian men-sunnahkan untuk tidak menyisakan makanan?
Mereka cukup merinding saat itu, melihat Lee Jeno yang tahu betul dengan ajaran islam. Itu juga menjadi alasan ummi tak sadar bahwa Jeno berbeda kepercayaan dengan mereka.
"Ahh ini, aku memang tak suka wortel. Biasanya Khadijah yang akan memakannya."
Lee Jeno tersenyum. "Boleh aku yang menggantikan dia?" tawar Lee Jeno.
"Kau tak apa makan bekasku?"
Lee Jeno melahap tiga buah potongan wortel dari piring Rayhan.
Hanya satu darimu yang tak dapat ummi terima, maafkan ummi ..
***
Sehabis makan, Lee Jeno tak langsung pamit. Sepertinya Rayhan menyukai Jeno, mereka berdua menghabiskan waktu untuk mengobrol di ruang tamu. Meski ummi sudah mengkode kepada Rayhan lelaki itu masih bersikeras, lagi pula Khadijah belum menelpon artinya dia belum selesai."Saya tidak tahu bahwa Husnah akan menjadi pasangan kamu."
Lee Jeno tidak percaya dengan kabar bahagia yang baru diterimanya ini.
"Husnah yang saya tahu--"
"Assalamu--"
Kalimat keduanya sama-sama terpotong. Le Jeno maupun Khadijah membeku satu sama lain.
Seketika ummi keluar dari kamar dan menarik paksa tangan Khadijah untuk masuk.
"Ummi!! Neng mau bicara sebentar saja sama--"
Plakkk!!
Tangis Khadijah berhenti seketika, tapi air matanya malah mengalir deras tanpa suara. Ia memegangi pipinya yang baru pertama kali mendapat pukulan dari ummi.
Wajah ummi samar sebab air mata Khadijah terlalu banyak mengisi ruang retinanya.
"Ummi ..."
"Kamu jahat. Abahmu tersiksa jika kamu lakukan itu."
Pintu ditutup dengan keras dan dikunci dari luar. Saat ummi keluar dari kamar Khadijah, kedua lelaki itu berdiri takut.
"Pergi!!" Pertama kali bagi ummi mengusir tamu. Ia sudah terlanjur berdosa.
"Ummi saya--"
"PERGII!!!!"
"Ummiii!!!" Bentakan ummi disahut oleh tangisan Khadijah dari dalam. Ia ingin bertemu Jeno setidaknya ia ingin menghapus rindu yang menggunung selama empat tahun ini.
"Ummi ... Ijinin Neng keluar sebentar aja!!" Khadijah memohon dengan suara keras dari balik pintu yang tak memiliki celah untuk kabur.
Rayhan tak dapat membendung air matanya. Amarah ummi sudah berada di puncak.
"Ummi, Rayhan saya pamit." Sepertinya Lee Jeno sadar akan kesalahannya.
Ia berbalik dengan lesu. Baru beberapa langkah, ia berhenti sejenak dan berbalik.
"Dijah-ssi!! Jangan menangis, berdoalah! Aku yakin tuhanmu sangat baik, berdoalah!!"
Tangis Khadijah semakin keras saat hanya dia yang mengerti apa yang diucapkan Lee Jeno sebab bahasa itu hanya dia yang paham di rumah ini.
"Ummi!!!" mohonnya belum juga putus asa. Langkah Lee Jeno semakin berat mendengar tangisan itu, tapi tak ada yang bisa ia lakukan.
"Jeno-ssi!!"
"Ummi!!"
Tak ada yang peduli pada gadis malang itu. Khadijah hancur. Ia tak mengerti mengapa Allah datangkan Lee Jeno tapi tak diijinkan untuk bertemu.
Ya allah, jika ini sebuah kesalahan, maka berikan pembenaran atas semua ini. Jangan biarkan salah terlalu lama. Jika kesalahan dibiarkan terlalu lama, maka aku pastilah menganggap ini sebagai sesuatu yang benar.
.
.
.
.Tidak ada bawang berlebih, mohon bersabar author tidak pandai membuat adegan bawang :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅
Romance(TAMAT) ~Part masih lengkap~ Lee Jeno, mencintaimu adalah larangan bagiku, dan aku sudah melanggar larangan itu, patut semesta menghukumku ... Diantara banyak hati yang ia ciptakan kenapa ada namamu diantara butiran tasbihku, dirimu yang tak seiman...