20 - Bersabarlah, Kau Tidak Sendiri

325 60 11
                                    

"Jika cinta itu mengingatkanmu pada Allah, maka semua kesulitan yang dialami hanya ujian dari Allah."
.
.
.

Guys mohon maaf ya, aku emang gak pandai buat sad part, tapi percayalah kalian aku sudah berusaha sekuat tenaga🤧🤧

Oke, next langsung baca aja betapa buruknya part sad buatan aku, tapi aku berharap untuk tetap di suppoert meski masih penuh kekurangan🥺

****

Hari-hari selanjutnya masih sama. Matahari masih terbit dari timur, hujan masih jatuh ke tanah, angin masih setia bertiup dan Khadijah juga masih sendirian berjalan di gemerlapnya lampu yang belum mati pagi ini.

Seberapa banyak pun ia memaksa dirinya untuk baik-baik saja, sebanyak itu pula luka-luka baru bermunculan.

Jangan berbohong, katakan kau sedang tidak baik-baik saja jika memang tidak.

Tapi, nyatanya Khadijah telah ratusan ribu kali berbohong pada dirinya sendiri.

Kakinya berhenti di depan gerbang besar universitas yang sebentar lagi akan meninggalkan kenangan berbekas. Matanya menatap penuh ke dalam sana, rasanya saat dari rumah tadi niatnya sudah tangguh, tapi saat melihat ras berkulit putih dan mata sipit, Khadijah sedikit ragu lagi.

Meski begitu, Khadijah tidak pernah mundur. Meski mereka melakukan hal-hal keji, Khadijah tetap tabah dan sabar. Sebagaimana Rasul-Nya.

Ketika hari itu, Khadijah sedang berjalan, di depannya dilemparkan tempat sampah hingga berserakan sampah di depannya, Khadijah tidak membalas dan malah membereskan sampah berserakan di depannya.

Pernah kala Khadijah sedang menikmati hidangan sendirian di meja kecil dekat sudut kantin, makanannya ditumpahkan air cuka. Meski begitu Khadijah tidak menyiakan rezeki itu, haram baginya untuk membuang makanan. Jadi ia habiskan saja makanan yang berkuah cuka itu.

Tak jarang juga kadang dari lantai atas seorang sengaja menjatuhkan barang-barang saat Khadijah berjalan, tapi tetap wanita syurga ini tersenyum tanpa mengeluh, bahkan ia mengembalikan barang itu kepada pemiliknya.

Bahan candaan baru? Ya mereka anggap Khadijah sebagai bahan candaan untuk menghapus kebosanan mereka dalam belajar. Mendengar hal itu, Khadijah tidak pernah mengatakan suatu hal buruk, ia malah bersyukur bisa membantu merileks beban pikiran mereka yang bosan belajar.

Khadijah tidak bodoh.

Tentu saja ia tahu siapa dia dimata mereka.

Wanita buruk yang berselubung di balik kain menjuntai.

Ya, faktanya memang itulah dia. Manusia penuh dosa.

Sekali lagi pagi ini Khadijah ingin menangis. Setiap kali matanya menatap loker dan meja selalu saja hatinya merasa sakit.

Saat ini Khadijah tidak boleh lemah. Tidak ada kuda hitam, tidak ada malaikat pelindung. Tapi, Khadijah yakin Allah selalu bersamanya.

"Aku bukan teroris," ungkapnya memberanikan diri saat mendapati sebuah tulisan di atas mejanya.

Tapi, tak ada satupun yang merespon. Termasuk Zayla dan Husnah yang hanya pura-pura buta dan tuli.

Kembali lima orang yang sangat dikenal Khadijah akhir-akhir ini datang ke mejanya.

Saat datang, salah satu dari mereka langsung mendobrak meja Khadijah.

"Lepas saja pakaianmu! Lebih baik berpakaian normal daripada bersembunyi di balik pakaian itu! Kau yang terburuk dari semua orang!!"

Kalimat itu. Tidak bisakah Khadijah tuli barang sebentar? Sangat menyakitkan untuk di dengar, sungguh.

Masih berharap. Khadijah menatap Zayla dan Husnah di depan sana yang tidak menoleh sama sekali. Sahabatnya, ia yakin sahabatnya sangat kecewa padanya.

Tapi pertanyaannya, apa dia salah? Jika iya, apa salah Khadijah? Setidaknya mereka harus memberitahukan Khadijah tentang itu.

Jika memang karena cinta, maka kalian semua bersalah karena mencintai Lee Jeno juga.

Jika memang benar yang Lee Jeno bilang, bahwa wanita yang disebutnya itu Khadijah maka itu pilihan, bukan sebuah kesalahan.

Cinta ...
Sejak awal Khadijah tidak suka kata itu.

"Bawa dia!"

Lagi-lagi semua orang sangat senang melihat tubuh Khadijah yang diseret-seret oleh manusia tidak dikenal ini. Sedang Khadijah hanya pasrah, ia ragu akan menang jika melawan. 1 lawan 5, itu cukup berlebihan untuk dikatakan kekalahan.

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang