25 - Tugas Terakhir

333 58 12
                                    

"Jika memang takdir kita, maka tidaklah bisa siapapun membantah"

.
.
.

Pagi-pagi sekali sekali lagi seluruh dunia sudah digemparkan oleh berita tentang remaja yang tengah di gandrungi oleh semua orang di hamparan dunia.

Wajah tampan Lee Jeno sudah memenuhi layar televisi pagi ini, bukan lagi berita dari sumber ketiga tapi berita yang dikatakan oleh dirinya sendiri lewat konferensi pers.

"Artikel yang memuat tentang gadis dari universitas Indonesia itu tidak benar, kami hanya kebetulan mendapat proyek dari kampus."

"Jikalaupun benar, tidak mungkin perusahaan akan diam saja."

"Satu hal lagi, mungkin kalian lupa tentang apa yang selalu aku katakan. Wanita idaman Lee Jeno selain mata yang indah adalah berambut panjang dan berwarna-warni."

Bukan hanya dunia yang terkejut, tapi tuga wanita yang baru saja memulai hari juga terkejut.

Khadijah menunduk setelah melihat ponsel Zayla. Entah kenapa hatinya terasa sakit, lebih sakit daripada perlakuan semua orang selama ini padanya.

Sedang Zayla dan Husnah, ia tahu semua ini sandiwara. Mereka tahu bahwa Lee Jeno menaruh hati untuk sahabat mereka. Tapi, mungkin ini cara yang benar untuk mengakhiri segala bencana bagi mereka.

Lagi pula, tidak lama lagi mereka akan menyelesaikan perjalanan singkat ini.

"Neng?" Zayla mengelus bahu Khadijah yang lusuh.

"Gak papa, Mba. Kalian duluan aja. Neng mau beres-beres dulu."

Mendengar Khadijah yang lebih lesu dan tidak bersemangat hari ini, Zayla dan Husnah tak bisa memaksa.

"Kalo gak mau pergi, nanti Mba ijinin ke dosen."

"Makasih, Mba."

Khadijah memutuskan untuk tidak pergi, hatinya sedang tidak baik-baik saja. Ia ingin menghabiskan banyak waktunya untuk bertemu sang kekasih hatinya.

Setelah berwudhu, Khadijah memakai mukenahnya, sholat dhuha yang ia lakukan. Setelahnya ia membuka mushaf di ponselnya dan membaca beberapa surah untuk menenangkan hatinya.

Belum habis satu ayat dari surah Al-Baqarah ia baca, air mata lolos jatuh ke pipinya tanpa cadar itu. Rasa sakit seperti beribu ton batu menekan jantungnya.

Ia berusaha menghabiskan satu ayat itu, tapi suaranya terhenti, yang tersisa hanya isak tangis.

Sejak awal, cinta ini memang tak seharusnya ada.
Sejak awal, semua ini salah.
Sejak awal, benteng ini memang tak bisa digapai.
Sejak awal, kita memang berbeda.
Sejak awal, tuhan tak ijinkan kita bersama.
Tuhanmu, dan tuhanku memanglah satu, tapi caramu dan caraku tak mengijinkan cinta ini menjadi satu

Isak tangis Khadijah terdengar dari luar ruangan kecil tempat menunaikan ibadah mereka ini.

Tak sengaja Husnah yang kembali sebab ketinggalan sesuatu mendengar isak tangis itu. Air matanya juga mengalir deras, ia tak tega melihat sahabatnya.

Cintamu, mengapa harus dia?
Dari banyak lelaki yang beriman sama, kenapa Allah ciptakan dia di dalam kisah takdirmu jika memang sejak awal tak diijinkan bersama?

***
"Lee Jeno!" Jaemin. Lelaki yang menjadi perantara kisah cinta Khadijah dan dirinya beberapa waktu ini datang menghampiri lelaki yang tidak bisa disebut manusia lagi.

Semua yang nampak pada diri Jeno terlalu hancur.

Keringat masih membulir di pelipis Lee Jeno. Mungkin ia menghukum dirinya sendiri di ruang latihan ini dengan menari selama tiga jam tak henti.

"Cukup, semua udah berakhir. Bukannya itu pilihan kamu sendiri?"

Jeno meringis. Bodoh sekali dirinya. Ia menatap dirinya di pantulan kaca dari ruangan ini.

"Bodoh!" ungkapnya menatap mantap pada kaca yang menampilkan dirinya.

"Jaemin-ah, tugas terakhir untukmu." Lee Jeno menyodorkan sebuah amplop merah pada lelaki berparas tampan itu.

Na Jaemin menangkap benda yang ada ditanganya itu. "Maka semua benar-benar akan berakhir setelah ini," gemingnya. Jaemin sendiri sedikit kecewa.

Pasalnya Jaemin yang paling tahu ketertarikam Jeno pada islam sangat tinggi sejak awal. Khadijah secara kebetulan menjadi perantara baginya untuk menyalurkan keinginannya, yakni Islam.

Tapi semua berakhir. Sangat disayangkan. Mengapa cinta beda agama sangat sulit?

.
.
.
.

Gimana-gimana? Apakah ada firasat sad ending? Wkwk :)

Terima kasih kepada pembaca yang udah antusias buat baca cerita ini, dan toling dukung terus ya :)

Saranghae kalian banyak-banyak❤️❤️

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang