22 - Khadijah Pergi

323 52 11
                                    

Annyeong! Dijah-ssi? Jika kau membaca ini itu artinya Na Jaemin sudah berkunjung ke tempat yang indah itu.

Cukup sulit juga merayu Na Jaemin untuk datang ke sana hehe :)

Dijah-ssi, aku tidak akan meminta maaf lagi kali ini sebab aku tau kau tak suka jika orang terus minta maaf padamu, kan?

Oh ya, kau makan dengan baik?

Otomatis saja Khadijah mengangguk seolah memang Lee Jeno ada disini untuk berbicara dengannya.

Makanlah dengan baik, Dijah-ssi.

Ahh iya, aku ingat kau pernah bilang padaku semua akan baik-baik saja jika kita mampu untuk bertahan hingga ujian berakhir. Ya, aku percaya itu, aku akan bertahan sebentar lagi, jadi kau juga harus bertahan.

Aku tau sulit bagimu, tapi tolong bertahanlah sebentar saja.

Khadijah melewati bagian ketika matanya menangkap tulisan maaf. Ia tak suka Lee Jeno meminta maaf padahal itu bukan hal yang harus dimintai maaf.

Dan juga, aku minta maaf sebab belum bisa menghubungimu ataupun bertemu denganmu untuk menjelaskan ini.

Hehe, tapi aku pikir ini tidak perlu dijelaskan lagi. Aku membuatmu merasa sulit bukan? Tenang saja, setelah selesai dihukum aku akan mengembalikan kehidupan tenangmu.

Oh ya, aku saat ini sedang dihukum :D Lucu bukan? Manajer hyung bilang padaku untuk merenungkan kesalahanku ini dan segera mengakhiri semuanya :)

Tapi, aku tak yakin bisa mengakhiri ini :)

Sebab aku juga sangat ingin jatuh cinta dengan kekasihmu, Muhammad. Dan aku sangat ingin kenal dengan Tuhanmu yang kau bilang sungguh romantis.

Dada Khadijah sakit, ia tak sanggup menahan air matanya untuk tetap di tempat. Otomatis air matanya mengalir deras, tanpa suara ia menghabiskan malam yang dingin sendirian bersama amplop kuning dan selembar kertas dipelukannya.

Satu kalimat terakhir yang ada di bagian bawah surat yang membuat Khadijah tetap bertahan.

Aku percaya Tuhanmu akan menjagamu dengan baik, jadi aku juga akan baik-baik saja disini, Dijah-ssi :)

***
Salju turun pagi ini. Hawa dingin kemudian saja menyapa bilik Khadijah yang terbuka jendelanya.

Dari luar sana, suara Husnah dan Zayla yang sedang bercanda ria sambil sarapan pagi mengharuskan Khadijah untuk menunda keluar kamar.

Padahal perutnya juga lapar, ia tadinya berniat untuk memasak untuk kedua sahabatnya sebelum pergi, tapi sayangnya mereka berdua juga bangun pagi hari ini.

Khadijah duduk di sisi ranjangnya, menatap keluar jendela yang sengaja ia biarkan terbuka.

"Aku harap kau tidak kedinginan, Jeno-ssi," gemingnya secara tidak sengaja.

Hati, pikiran, dan tubuhnya telah hilang dari pengawasannya. Selalu Lee Jeno yang ia pikirkan. Selalu Lee Jeno yang ia khawatirkan.

"Tapi aku yakin kau akan baik-baik saja, sebab aku sudah meminta tolong pada Allah untuk menjagamu juga, Jeno-ssi."

Sepertinya Husnah dan Zayla sudah pergi. Diluar sudah cukup sepi. Tak ingin membuang waktu lagi, akhirnya Khadijah keluar dari kamar dengan tas gendongnya.

Tapi, tepat saat ia membuka pintu, Husnah berdiri di depan pintu. Membuat keduanya berdiri saling berhadapan dan mematung canggung.

"Husnah, apa kau butuh sesuatu?"

"Mengambil bajuku." Jawaban Husnah cuek, tapi Khadijah cukup bersyukur sebab ini adalah kalimat pertama Husnah kepadanya sejak kejadian itu.

"Kau akan pergi kuliah?" tanya Khadijah mengikuti arah gerak langkah Husnah.

Diam. Husnah tidak menjawab. "Nah, salam sama Mba Zayla ya, aku akan pergi ke masjid pusat di Itaewon."

Setelah berpamit yang tidak dijawab, Khadijah berderap keluar dari rumah.

Sedang Husnah, ia sangat ingin mengikuti langkah kaki itu, tapi keegoisan memaksanya untuk tetap diam.

Ya allah, kapan ini berakhir ...

"Nah, Neng Dijah mau kemana?" tanya Zayla.

Dibalik sikap cuek mereka selama ini, tidaklah mereka benar-benar tidak mempedulikan sahabatnya itu. Hati mereka juga sakit tiap kalinya melihat Khadijah yang disakiti.

Tapi, tubuh dan hati mereka tidak mau bekerja dengan sinkron. Kali ini, tubuh mereka menang melawan hati tulus mereka.

Entah kapan ini akan berakhir.

"Ke masjid di Itaewon, Zay. Yakin mau biarin dia sendirian aja?" Raut Husnah nampak khawatir.

Zayla berpikir sebentar. "Biarkan saja. Mungkin akan lebih aneh kalo kita membuntuti dia."

Mereka harap, mereka tidak akan menyesali pilihan mereka itu. Semoga saja semua baik-baik saja.

.
.
.
.
.

Hari ini aku double update :')
Untuk para pembaca kesayangan, sebenarnya ini cerita udah rampung, cuman emang diatus biar publishnya teratur.

Tapi emang kayaknya bab nya pendek dan updatenya lama ya?

Makasih atas masukannya chingudeul, kedepannya bakal fast update deh :)

Saranghae kalian banyak-banyak ❤️❤️

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang