36 - 40 Hari

354 60 12
                                    

Semasa hidupnya, ummi memang wanita yang baik. Meski kini Khadijah dan Rayhan yatim piatu tapi mereka tak kesulitan untuk melakukan pemakaman untuk ummi mereka.

Bahkan sudah 40 hari sejak ummi tidak tersenyum menyambut mereka datang di rumah ini. Setiap kali pulang, hati mereka selalu sakit melihat rumah kosong.

Tak ada ummi yang tersenyum menyapa mereka, tak ada ummi yang melambaikan tangan setiap paginya, tak ada ummi yang mengomel ketika mereka terlambat pualang, tak ada ummi yang mengetuk pintu mereka saat subuh.

Semuanya terasa kosong.

"Dijah? Rayhan sudah mengundang tetangga?" tanya salah satu tetangga mereka.

Hari ini adalah hari ke-40 ummi. Jadi di rumah mereka sedang diadakan selamatan kecil-kecilan sekedar mengirim ya-sin dan fatihah untuk orang tersayang mereka.

"Sepertinya belum, Mbok, coba Neng tanya dulu ya?"

Khadijah berderap masuk ke dalam rumah mencari Kakaknya. "Husnah, Mas Rayhan mana?"

"Katanya mau ngundang tadi sama Pak Husnen," jawab Husnah yang sudah berstatus sebagai istri sah dari Kakaknya itu.

"Oh ya sudah kalau begitu."

Khadijah lelah sekali. Ia menggunakan kesempatan luang ini untuk sholat dzuhur, sekalian membaca Qur'an, ia rindu muroja'ah. Sepertinya 15 menit akan cukup.

"Nah, aku ijin sholat dulu, ya? Nanti kalo ada apa-apa bilang aku lagi sholat."

Husnah nenaikkan jempolnya sebagai tanda persetujuan.

Khadijah masuk ke dalam kamarnya. Ia menatap lekat kearah tiga amplop yang berjajar dengan buku-buku catatan kecil. Kuning, merah dan biru.

Lee Jeno, aku harap kau menjalani kehidupanmu dengan baik

Khadijah sudah memutuskan untuk tidak lagi berharap pada seorang hamba. Ia akan menjalani kehidupannya seperti dulu lagi. Ia berharap seorang datang melamarnya, tidak peduli apapun asal bisa menuntunnya ke surga allah, Khadijah akan menerimanya dengan ikhlas.

Lantunan surah kesukaannya yakni surah Al-Mulk mengisi penuh kamarnya ini.

"Shodaqallahul'azim..."

Setelah mengenakan kerudung dan cadarnya, ia keluar lagi. Sepertinya para undangan yang baik hati untuk ikut mendoakan ummi sudah hadir.

Banyak orang yang datang, tenda yang dipasang di halaman rumah mereka itu penuh. Hal itu membuat Khadijah lega, artinya allah tidak membiarkan mereka sendirian setelah kehilangan sosok malaikat tanpa sayap mereka.

"Alhamdulillah banyak yang ikut mendoakan ummi." Husnah menepuk bahu Khadijah yang tengah memantau dari dalam rumah.

"Alhamdulillah, Nah. Ummi wanita yang baik, allah sayang ummi pastinya."

Husnah mengangguk.

***
"Nah?" Rayhan mengguncangkan sedikit tubuh istrinya yang sepertinya kelelahan itu.

Entah sejak kapan, Husnah si kebo itu sudah hilang. Husnah yang sekarang bahkan bangun ketika mendengar suara sendok jatuh di dapur.

"Kenapa, Mas?"

"Mau antar Neng Dijah isi kajian di pesantren nurul huda," ijinnya.

Memang masih kewajiban Rayhan menjaga adiknya itu hingga adiknya menikah nanti barulah lepas tanggung jawabnya. Syukurlah alhamdulillah istrinya tak pernah keberatan meski begitu.

Husnah tahu, bentuk tanggung jawab itu penting bagi suaminya. Lebih lagi Khadijah hanya bisa bergantung pada Rayhan.

"Hati-hati, Mas."

Rayhan pergi dan Khadijah juga pergi, setelah mengantar kepergian keduanya dan menutup gerbang Husnah kembali masuk ke dalam kamar, ia berniat melanjukan tidurnya. Ia lelah sekali seharian mengerjakan banyak hal untuk acara 40 harian almarhum ummi.

Baru saja ia merebahkan kepalanya di bantal, bel rumah kembali berbunyi.

"Astagfirullah ..." Secara terpaksa ia bangun sebab ia mengunci gerbang. Pesan Rayhan untuk selalu mengunci gerbang ketika sendirian di rumah.

"Dijah pasti ketinggalan sesuatu lagi ni, ya allah dasar anak ini kapan gedenya sih," keluhnya sembari berjalan cepat ke gerbang.

Tapi, bukan mobil suaminya. Melainkan mobil hitam legam yang terparkir di deoan gerbangnya.

Ia sipitkan matanya dari pintu masuk, ia belum berani untuk membuka gerbang itu.

"Siapa yang da--"

"Ya allah!!!"

Cepat-cepat ia menekan tombol panggilam ke nomor suaminya. Jarinya panik hingga salah beberapa kali dalam menulis nama suaminya di kontak ponsel.

"Mas!! Pulang sekarang!!"

.
.
.
.

Apa lagi ini? 🤧🤧🤧
Sejauh ini kesan kalian gimana terhadap cerita ini? Karena Khadijah udah mau pamit silahkan beri kesan dan pesan kalian ya, yeorebeun❤️❤️

Kalian mau endingnya gmn ni? Wkwk :v

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang