Seperti yang dibayangkan, Husnah menangis sejadi-jadinya karena hal sederhana ini.
Memang selalu menjadi kesukaannya ketika ulang tahunnya diperingati sederhana setiap tahunnya. Jadi, ia bisa menyimpan kenangan semua ulang tahunnya, dengan siapa dan melakukan apa.
Selama lebih dari 15 tahun Zayla ada di ingatan kenangan ulang tahunnya, dan 7 tahun ada Khadijah.
Satu lagi yang membuat Husnah tak bisa berkata. Setelah membuka kotak hadiah dari Khadijah. Betapa terkejutnya Husnah ketika mendapati hadiah dari Khadijah, padahal ia tak berharap lebih dari Khadijah.
"Kali ini bukan sebuah kitab, Dijah? Ini topi ... dan ... tanda tangan Lee Jeno?!!" pekiknya tergagap dicampur tidak percaya.
Khadijah bangga, segera rasanya ia ingin mengabarkan Lee Jeno bahwa hadiah yang dipilih oleh Lee Jeno sangat menyenangkan sahabatnya.
"Ini!!! Tanda tangan Lee Jeno asli!!!!" girang Husnah, ia dan juga Zayla melompat-lompat girang sebab tanda tangan itu. Khadijah sampai mengernyit, apa spesialnya tanda tangan bahkan pena yang digunakan Lee Jeno adalah pena biasa yang dibeli Khadijah di warung tepatnya saat ia pulang ke Bandung.
"Dijah!!" Setelah menetralkan rasa bahagianya, Husnah menyodorkan satu buah kertas, bukan kertas, tepatnya harta karun yang berisi tanda tangan Lee Jeno.
"Kenapa?" tanya Khadijah heran sembari mengambil kertas itu dengan dua tangan, sungguh indah akhlaknya.
Husnah menunjuk tulisan di atas kertas. "Ini namamu, jadi ini punyamu."
Khadijah masih heran, ia tidak paham kenapa ia juga dapat tanda tangan padahal ia sedang tidak ulang tahun. Namun, bukan hal spesial yang seperti ia kira sebab Zayla juga memegang kertas yang sama.
"Lee Jeno memberi tiga tanda tangan?"
Husnah dan Zayla mengangguk berbarang.
Sedang Khadijah, ia fokus pada coretan tinta hitam diatas kertas dan namanya serta nama Jeno Lee yang bersanding indah. Secara tak sengaja ia tersenyum.
Astagfirulahh!!!
*****
Khadijah terburu masuk ke dalam kamar. Ia melipat kertas yang ada ditangannya lalu memasukkan kedalam buku secara sembarang.
Setelahnya, Khadijah menenggelamkan wajahnya ditelapak tangan. Hatinya sangat sakit, hati dan pikirannya berjalan tidak selaras untuk pertama kali.
Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Seperti petunjuk dari Allah datang, saat ia kebingungan dengan hatinya, ponselnya berdering.
Panggilan dari Indonesia.
"Assalamualaikum, Mas Rayhan."
Rayhan yang ada diujung sana pun langsung heran dan mengernyitkan alis. Ia tahu ada yang aneh dari suara Khadijah, adiknya.
"Ada masalah apa?" tanyanya to the point.
Rayhan. Seorang lelaki yang sangat berharga bagi Khadijah. Khadijah mempercayai dan mengikuti semua saran dari Rayhan, sebab Rayhan berperan sebagai Abahnya yang sudah tiada.
Segala yang berhubungan tentang Khadijah, tiadalah orang yang lebih paham melainkan Rayhan, kakaknya.
"Mas ..." panggil Khadijah pelan. Ia khawatir untuk bercerita, tapi ia juga tidak bisa mengatasi perasaan aneh ini.
Lama tak bersuara. Bisu. Ponsel hening, tapi Rayhan masih setia menempelkan ponsel di telinganya.
Sepertinya Khadijah juga masih berpikir, ia sendiri bingung untuk memakna perasaan ini bagaimana bisa menceritakan kepada kakaknya.
"Jika itu cinta yang di ridhai oleh Allah, maka tidak akan cinta itu membawamu semakin jauh dari Allah."
Suara Rayhan membangunkan pikiran dan hati Khadijah. Nasihat Rayhan sangat menusuk relung hati Khadijah, ia terharu dengan Rayhan. Apa ini disebut hubungan saudara kandung? Atau memang Khadijah yang mudah dibaca?
Entahlah, itu tak penting sekarang.
"Mas ..."
"Siapa dia? Siapa yang telah berhasil memenangkan hati adikku ini?"
Khadijah ingin menangis sekencang-kencangnya. Ingin berlari ke pelukan Rayhan saat ini juga. Ia butuh itu. Sungguh.
Tanpa diperintah rintik air jatuh membasahi cadar birunya. Ia menangis dalam diam, sebab masih berada dalam panggilan.
"Mas ingin bilang aja, Allah selalu bersama hambanya, segala yang terjadi sama Neng, itu suratan dari Allah, ada jalan yang sudah Allah siapkan, jangan takut, Neng."
Tangis Dijah pecah setelahnya, ia tak dapat menahan lagi. Suara kakaknya, membuat hatinya semakin teriris, entah sebab rindu atau hal lain.
Sisa dari panggilan itu hanyalah isak tangis yang belum berakhir.
Cinta itu tidak salah.
Tapi, Khadijah merasa hal itu tidak benar. Cinta itu salah, sebab ia mencintai makhluk yang tidak se-amin dengannya.
.
.
.
.
.Assalamualaikum, Chinguya~~~
Gimana ceritanya?
Apakah kalian merasakan feelnya? Jujur pas nulis di bagian akhir aku mewek sendiri, gak paham kenapa tapi kek valid banget gitu huhuhuhu :')Semoga kalian suka, dan jangan lupa apresiasinya ya :)
Jadilah pembaca yang ber-attitude :)Saranghae buat kalian banyak-banyak❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅
Romance(TAMAT) ~Part masih lengkap~ Lee Jeno, mencintaimu adalah larangan bagiku, dan aku sudah melanggar larangan itu, patut semesta menghukumku ... Diantara banyak hati yang ia ciptakan kenapa ada namamu diantara butiran tasbihku, dirimu yang tak seiman...