35 - Senyum Indah Malaikat Kami

345 62 14
                                    

Khadijah sampai di rumah. Dan firasat buruknya benar.

"Ummi!!!" pekiknya dan segera lenggang masuk ke dalam rumahnya.

"Ummi!!"

"Mas! Ummi kenapa??!!""

"Kita ke rumah sakit dulu ya!!"

Keduanya ikut masuk ke dalam ambulan. Khadijah menggenggam erat tangan umminya yang sudah tak sadar.

Ya allah ... Tolong!!! Ya allah Khadijah bersalah! Ya allah ampuni Khadijah, ampuni Ummi Dijah!

Ya allah jangan secepat ini ya allah, Dijah tau Allah sayang ummi Dijah, tapi Dijah belum sempat minta maaf, ya allah tolong jangan sekarang ...

Khadijah memekik di dalam doanya. Ia yakin Allah akan mendengarnya. Selama ini belum pernah Allah tidak kabulkan doanya. Jadi, kali ini pasti akan Allah kabulkan.

Air mata yang terus mengalir tidak bisa menyamai banyaknya penyesalan Khadijah. Beberapa waktu lalu ia membentak umminya, astagfirullah ...

Sesampainya di rumah sakit, umminya langsung di periksa. Khadijah dan Rayhan, dua anak itu saling menggantungkan diri. Saling bergenggam erat, saling menyahuti di masing-masing doa tulus mereka.

Maha baik allah.

Kabar baik mereka terima.

"Ummi!!" Khadijah langsung menjatuhkan wajah ke kaki umminya. Memohon ampun atas perbuatannya.

Tangan lembut umminya menyentuh lembut jilbab panjangnya. "Angkat wajahmu, lihat Ummi."

Khadijah menggeleng. Ia tidak merasa bahwa dosanya hari ini mampu untuk diampuni sebanyak apapun ia menangis di bawah kaki umminya.

"Neng," panggil ummi lemah. "Maafin Ummi, ya?"

"Enggak, Mi. Neng yang minta maaf."

Ummi menangis. Ia memang jahat.

"Neng," panggil ummi lagi. "Peluk Ummi."

Perlahan Khadijah mengangkat wajahnya dari kaki ummi. Ia menatap wajah sendu yang tanpa disadari sudah semakin tua.

"Ummi ..."

Tangis yang tersisa dari semuanya. Rayhan juga menangis, melihat dua wanita tersayangnya sedang menangis.

"Neng, Rayhan," panggil ummi lagi dengan suara parau.

Rayhan pun kali ini ikut mendekatkan wajahnya. Tangan lembut ummi bergantian mengelus lembut pipi keduanya anaknya yang ia besarkan dengan sepenuh jiwa dan doa.

"Ya allah, sejak kapan anak-anak Ummi sudah sebesar ini. Pantas ummi sudah semakin tua." Senyum ummi menyakitkan untuk dilihat.

Air mata yang mengalir tanpa suara itu juga bak pisau yang menyayat habis kulit mereka. Perih.

"Rayhan, kamu jaga Neng ya? Ingat kata ummi, sampai Neng nikah, kamu masih bertanggung jawab atas adikmu."

Rayhan mengangguk. "Inshaaallah, Mi."

Ummi tersenyum.

"Neng, Ummi bahagia punya putri seperti Neng Dijah. Semoga Neng tetep ridha untuk jadi anak ummi di surga Allah nanti, ya?"

Khadijah mengangguk. Ia meremas tangan umminya. Ia tak ingin ummi pergi kemana pun.

"Rayhan, Neng Dijah. Terima kasih sudah jadi anak Ummi. Jadi Ummi dari kalian berdua merupakan sebuah anugrah terindah buat Ummi."

"Ummi ..."

"Semoga kita bisa berkumpul kembali di surga Allah, doakan ummi dan abah, mintakan ampunan untuk kami, ya, Nak?"

Keduanya mengangguk. Derai air mata sudah tumpah. Tak bisa dihentikan.

Ummi tersenyum.

"Ashadualla ilaha illallah .. wa ashaduanna ... muhammad rasulullah .."

Tak disangka, senyum ummi siang itu adalah senyum terakhir yang mereka lihat. Suara ummi yang parau itu adalah ucapan selamat tinggal untuk mereka.

Ummi, terima kasih sudah menjadikan Khadijah wanita seperti saat ini

Ummi, terima kasih sudah menjadi ummi bagi Khadijah

Ummi, Ummi adalah wanita Allah. Ummi adalah wanita surga, Dijah yakin ummi saat ini sudah berada di barisan bunda Sayyidatina Fatimatuzzahra.

Khadijah yakin, allah berbaik hati pada ummi.

Robbighfirli warhamni wajburni ...
Allahummagfirli dzunubi waliwalidayya ...

Ya allah, haramkan api neraka bagi orangtuaku ...
Sayangi mereka seperti mereka menyayangiku ...

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang