15 - Aku Tidak Mengerti

432 77 8
                                    

Hello readers-nim yang Kak Er sayangi banyak-banyak~~
Jumpe lagi kita~~

Langsung aja, happy reading yahh ❤️
.
.
.
.

"Caraku mencintaimu cukup sederhana, hanya diam, dan dengan doa aku merayu Rabb-ku"

.
.
.

Dua pasang sepatu saling mengadu langkah dalam jarak yang cukup jauh.

Tak sedikit kali mereka saling mencuri pandang masing-masing saat tidak menyadari, sekedar mengecek keberadaan.

"Apa kalian akan mengadakan party malam ini?" Lee Jeno membuka ruang obrolan.

Tanpa suara, Khadijah hanya mengangguk. "Tapi, rumahmu benar-benar lewat kesini?" tanya Khadijah.

Dengan lugas Jeno mengangguk. "Aku melewati ini, jadi biar sekalian aku bawakan kue ini."

Suasana kembali hening. Tidak ada yang bisa dibicarakan lagi diantara mereka, dinding yang terpasang terlalu tinggi dan tebal, susah untuk dipanjat.

"Dijah," panggil Jeno, maka otomatis Khadijah akan menengok, barang sedetik kemudian kembali lagi menatap langkah kakinya yang bergantian.

"Saat kita pertama kali bertemu, kau sepertinya tidak mengenal aku, benar? Kau terlihat tidak tertarik sama sekali pada seorang Lee Jeno ini," ucap Lee Jeno agak kecewa.

"Apa kau benar-benar tidak tau padaku? Kau tidak tau Lee Jeno?"

Mungkin sedikit lucu ditelinga Khadijah, sampai ia tersenyum geli. "Aku sangat mengenal dirimu, Jeno-ssi," ucapnya, berusaha agar Lee Jeno tidak kecewa.

"Benarkah? Tapi kau terlihat acuh padaku. Saat semua orang jatuh cinta padaku dan menggilaiku, tapi ... kau sedikit aneh."

"Aku aneh?" tanya Khadijah tak terima.

Seharusnya yang dibilang aneh adalah mereka, bukan aku ...

Walau Khadijah ngedumel, ia tetap tidak menampakkan wajah kesal sedikitpun, itulah akhlak yang diajarkan Umminya.

"Ya, semua orang menyukaiku, dimana pun aku berada semua orang mengenalku dengan baik, tapi kau tidak."

"Siapa bilang aku tidak mengenalmu? Aku tau semua tentangmu. Kapan kau lahir, apa makanan kesukaanmu, apa hewan yang kau pelihara, apa hobimu, aku tau semua itu."

"Kau lahir tanggal 23 April 2000, kau suka jelly, kau memelihara 3 kucing, aku tak begitu hapal tapi yang kutahu ada satu boongshik diantara mereka."

Lee Jeno salut, sepertinya ini adalah hari bersejarah baginya. Hampir saja rahangnya jatuh, bukan karena Khadijah tau semua tentang dirinya, tapi Khadijah yang mengucap kalimat sangat panjang, tidak seperti biasanya.

"Wahh Khadijah, kau pandai berbicara rupanya," salut Lee Jeno sambil bertepuk tangan pelan, masih tak percaya dengan kejadian bersejarah barusan.

Bukan hanya Lee Jeno yang terkejut, Khadijah sendiri baru menyadari bahwa ia berbicara sepanjang itu. Memang apa pentingnya menjelaskan semua ini?

"Ahhh itu ... aku ..." ucapnya menyesal.

"Tidak masalah, aku tahu semua orang memang sangat peduli pada diriku. Tapi aku tidak tau bahwa kau juga peduli padaku, Dijah."

"Aku hanya mendengarkan Husnah mengoceh tentang dirimu setiap harinya."

"Ahhh begitukah? Maka aku harus berterima kasih pada Husnah nanti."

"Ya!" sahutnya lugas. "Ya?" Lalu ia terkejut. "Tidak jangan berterima kasih padanya," larang Khadijah cepat.

Lee Jeno tersenyum, melihat mata bulan sabit itu membulat. "Maka ini jadi rahasia kita berdua."

Senyum itu, bagaimana Khadijah tidak meleleh dengan senyum seindah itu.

"Oh ya, apalagi yang kau tahu tentang aku?"

"Hmmm?"

Anehnya, Khadijah terus ingin menyahut. Ia merasa bangga saat ini.

"Mungkin aku hafal warna rambutmu setiap tahunnya," sahut Khadijah.

Jeno terkekeh. "Maksudmu setiap comeback?"

"Ya begitulah, aku tak terlalu paham juga."

"Maka harus aku buktikan. Saat comeback My First And Last, apa warna rambutku?"

Khadijah tak mengerti kenapa otaknya berusaha keras untuk menjawab pertanyaan ini.

"Aku tak tau judulnya, tapi jika kau sebutkan tahunnya aku rasa aku akan tahu."

Jeno memutar bola matanya. "Sekitar tahun 2017?"

"Ohh kupikir itu berwarna hitam dan beberapa helainya kau warnai hijau, kan?"

"Ohh kupikir itu berwarna hitam dan beberapa helainya kau warnai hijau, kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno tersenyum sumringah. Senyum Jeno membuat Khadijah juga tersenyum, karena hal itu mengartikan jawabannya benar.

"Saat itu kau sekecil ini, Lee Jeno!" Ia terkekeh sambil membentuk tinggi badan Jeno kala itu dengan tangannya.

"Sepertinya tinggiku 160 saat itu, maka seharusnya aku setinggi dirimu saat ini."

"Ahh benarkah? Tapi kau terlihat kecil dan lucu saat itu."

Lee Jeno terdiam. Ia merasakan dahsyatnya jantungnya bekerja saat ini. "Lu ... cu?" tanyanya tak percaya. "Tapi kenapa kau tidak suka padaku?"

Khadijah terdiam.

Ya, benar sekali. Aku tidak menyukaimu dulu, tapi saat ini, aku tidak tau bagaimana harus menjelaskannya, Lee Jeno ...

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang