23 -Berada di Jurang

323 58 18
                                    

Itaewon. Sedikit penduduk lokal yang ada disini, kebanyakan dari mereka juga turis pendatang seperti Khadijah, hal itu membuat Khadijah sedikit nyaman untuk berada disini.

Ya, memang niatnya datang kesini bukan untuk bermain melainkan mengisi kajian. Kebetulan kemarin seorang muslimah dari Itaewon dan Khadijah bertemu di masjid Seoul, dan muslimah itu meminta Khadijah untuk berbagi ilmu di sini sekarang.

Saat ia sampai, seorang muslimah itu menyambutnya dengan riang, begitu juga beberapa orang dibelakang mereka. Beginilah islam, semua bersaudara meski tak saling kenal nama.

"Seonsaeng-nim, Assalamualaikum," ucap gadis muda berkerudung biru yang memanggil dirinya Latifah.

"Waalaikumsalam," sahut Khadijah ramah. "Bagaimana kabarmu, Latifah?"

Setelah sesi perkenalan, mereka semua masuk ke dalam masjid. Dimana ada cukup banyak orang yang siap mendengarkan ilmu. Khadijah bangga, ternyata ada di sebuah sudut kota penganut agama yang sama seperti dirinya dan cukup untuk dikatakan banyak meski minoritas.

Kajian hari ini selesai setelah hawa dingin kembali menyapa. Khadijah dan Latifah sepertinya akan segera berpisah, dengan hantaran Latifah ke halte bus sepertinya ini akan menjadi sebuah perpisahan yang indah.

"Datanglah bermain ke Seoul lagi," ucap Khadijah setelah bus benar-benar datang.

Latifah yang menganggap Khadijah sebagai gurunya itu mengangguk dengan sopan kemudian melambaikan tangannya setelah membalas salam yang diucapkan Khadijah.

Malam akan segera berakhir ditemani hawa dingin dan lantunan surah Al-Mulk dari ponsel merah maroonnya Khadijah merasa lelah dan secara tak sadar ia tertidur.

Brakkkkk!!!!

Ponsel Khadijah terjatuh dari tangannya bersama hedset yang langsung terlepas dari telinganya. Suara apa itu?

Khadijah baru tersadar dari tidurnya setelah bunyi dentuman itu.

Sepertinya ia tidur lama sekali hingga bus ini entah kemana saat ini arahnya.

"Permisi, boleh aku tanya kemana arah tujuan bus ini?" tanyanya kepada penumpang yang tersisa beberapa setelah menyelamatkan ponselnya yang mati.

Innalillahi!!

Khadijah sungguh terkejut. Melihat orang-orang yang tidak asing ada disini sekarang. Bersamanya entah sejak kapan.

"A-apa lagi yang akan kalian lakukan? Kalian tidak cukup puas selama ini?" ucap Khadijah ragu dan ngeri.

Lima orang ini. Lagi-lagi mereka mendatangkan bala bagi diri Khadijah.

Kelimanya mendekat secara bersamaan bus juga berhenti. Khadijah tentu saja panik.

"Ahjeussi! Ke Seoul!" ucapnya seperti kode untuk meminta pertolongan.

"Mohon maaf, Nona. Tapi ini rute terakhir."

Astagfirullah ... dimana ini, Ya Allah ...

"Argghhh!!!!" Lelah sekali rasanya tubuh Khadijah menerima perlakuan ini. Kali ini bukan kamar mandi sempit atau tempat pembuangan sampah yang kotor, tapi kali ini Khadijah dibawa ke suatu tempat yang cukup mewah.

Hotel?

Ya, ini hotel. Meski matanya ditutup Khadijah yakin ini hotel dari bebauan lilin dan harum bunga yang tercium.

Kain yang menutup mata Khadijah di lepas dengan kasar. Wajah yang sangat dikenalnya sudah nampak.

"Apa yang akan kalian lakukan??!!"

Kerudung Khadijah dijambak hingga kepalanya ikut tertarik ke belakang. "Kau bisa memekik juga rupanya? Kenapa dari awal tak lakukan itu supaya lebih seru, jalang?!!"

Khadijah hanya bisa pasrah. Tak ada yang bisa ia lakukan dengan tangan yang terikat sempurna.

Apa yang lebih mengejutkan adalah tentang siapa yang baru saja datang.

Tiga lelaki muda yang diperkirakan lebih tua setahun atau dua tahun dari mereka masuk ke kamar hotel ini.

Ya allah, semoga apa yang Khadijah pikirkan tidak benar.
Khadijah menggeleng, menolak pikiran buruknya agar segera hilang.

Namun, sepertinya apa yang terjadi akan lebih buruk dari pikirannya.

Dua buah kamera sudah dihidupkan di depannya. Apa yang akan sebenarnya mereka lakukan.

Ya allah, aku tahu kau selalu bersama hamba-Mu, sebesar apapun kesalahan yang pernah aku buat, aku yakin kau selalu melindungiku ...

"Hahahaha!!  Sudah selesai berdoa?"

"Dari awal aku sangat penasaran, seberapa cantik wajah dibalik kain ini hingga mampu membuat seorang Lee Jeno jatuh cinta?"

Khadijah memalingkan wajahnya ketika cadarnya disentuh, dan sepertinya berkemungkinan akan dilepaskan.

"Kenapa tidak mau dibuka?!! Kau sudah pasti pernah membukanya di depan Lee Jeno, kan?!!" pekik salah satunya.

Tidak! Demi allah! Khadijah tidak akan pernah berniat melakukan itu!

"Buka saja, hanya ada kita disini. Ahh dan juga mereka yang akan bermain malam ini."

Tawa mereka sangat menyakitkan bagi telinga Khadijah, secara otomatis air matanya mengalir sebab takut.

Apa ini Ya Allah? Tapi aku masih yakin akan perlindunganmu.

Seberapa banyak pun Khadijah melakukan perlawanan ia tetap kalah. Air matanya mengalir deras serta tidak sama sekali berani mengangkat kepalanya.

Satu helai kain pelindungnya sudah dibuka. Hatinya begitu sakit.

"Wahh cantik juga rupanya," kagum salah satu dari mereka. "Hei! Tatap kamera, siapa tau ada lebih banyak orang yang menyukaimu!" Dagu Khadijah ditarik dengan kasar, mau tidak mau kepalanya ikut terangkat.

Ya allah ...

"Kalian akan diam saja disana?" Salah satu dari mereka berbicara pada lelaki yang masih berdiri tak jauh dari pintu.

"Tidak akan melakukannya? Sudah aku berikan secara gratis, bahkan aku memesan kamar mewah untuk kalian."

Tidak! Ya allah selamatkan Khadijah!!

Langkah kaki para lelaki semakin dekat, semakin dekat pula rasanya Khadijah di jurang neraka.

Ia mulai memberontak sebab ketakutan akan gambaran yang sungguh tidak pernah tersaji di kepalanya. Air matanya terus mengalir, matanya memohon segenap hati pada gadis-gadis yang dengan kuat menahan tubuhnya.

Ngilu dan nyeri di tubuhnya tidak lagi terasa, semua terbunuh oleh rasa malu, juga takut.

Ya allah ... Aku tidak akan putus berharap, aku akan terus berharap sedekat apapun aku pada jurang ini, aku masih berharap ya allah ...

Jikalau pun semua ini harus terjadi, maka ini tidak menjadi salah-Mu sebab tak melindungiku, tapi semua ini merupakan salahku yang melabuhkan hati pada seorang hamba dan menduakan cinta-Mu ...

Semesta patut menghukumku ...

Ashadualla ilaha illallah ...
Wa ashaduanna muhammad rasulullah ...

.
.
.
.

Terima kasih atas apresiasi yang diberikan kepada author author senang jika ada yang nunggu cerita ini.

Author sengaja up lama dan berjangka supaya bisa sambil ngumpulin pembaca, serta vote dari kalian, soalnya kalo semakin cepat di up kayaknya jumlah pembaca semakin sedikit huhuhu :)

Please, vote dan komennya ya supaya author lebih semangat up nya :)

Saranghae kalian banyak-banyak ❤️❤️

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang