5 - Ketika Allah bercanda

635 91 18
                                    

Para gadis yang sudah berada di ruang luas dengan meja yang beraturan rapih berisikan penghuni yang memang sudah tempat mereka itu membulatkan mata dengan sempurna. Dua diantaranya sangat bahagia dan terasa seperti mimpi, dan satu diantara mereka sedang melakukan olahraga jantung.

Khadijah sangat terkejut dengan siapa yang ada di depan mereka. Anehnya jantung itu berdegup kencang entah karena apa. Wanita dengan cadar yang diterpa dengan angin lembut itu mengutuk jantungnya yang sedang menggila.

"Lee Jeno," kata lelaki berperawakan tinggi dengan badan atletis yang terlihat dari balik kaos putihnya itu memperkenalkan diri dengan senyum yang seratus persen mirip milik Khadijah Amayyah Al - Arsyid.

Mata bulat Husnah masih menatap lekat sosok yang ada di depannya itu. Tak berkedip sama sekali serta tak mampu mengontrol jantungnya yang gembira. "I-Ini enggak mimpi kan, Zay?" Husnah menarik tangan Zayla memerintahkan secara tidak langsung untuk membuktikan bahwa saat ini bukan bagian daripada mimpi indah.

"I-Ini bukan mimpi kan, Neng?" kata Zayla meneruskan pertanyaan Husnah yang tidak bisa ia jawab juga kepada Khadijah yang berdiri di sampingnya.

Karena bagi mereka, mungkin hanya Khadijah yang waras saat ini. Namun, sayang pada kenyataannya hati wanita itu juga menggila sama seperti kedua sahabatnya.

Setelah memperkenalkan diri kepada mahasiswa dari Indonesia itu. Lee Jeno dipanggil oleh seorang dosen wanita yang terlihat sangat muda. Lebih cocok dipanggil seorang pacar daripada dosen.

Dosen itu berbincang kepada Lee Jeno, percakapan yang tak dapat didengar oleh ketiganya. Namun, mereka sudah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Lee Jeno yang bakal jadi guide kita?" kata Husnah masih tak mempercayai apakah dirinya masih ada di dunia atau sudah di surga. "Aku masih hidup, kan?"

Angin yang berhembus cukup kuat dipertengahan musim semi sesekali mengelus lembut separuh wajah Khadijah yang tertutup cadar. Ia yakin ia sedang di uji oleh Allah, yang menyayanginya.

Ujian yang mungkin adalah ujian terbesar selama hidupnya. Cinta. Ujian yang bisa membawa petaka bagi dirinya. Dan mungkin ia tak akan mampu mengatasinya.

"Mba, aku sedang diuji."

Zayla, gadis hidung mancung dan kulit putih bersih itu terlalu bersemangat hingga tak mendengar kalimat singkat Khadijah yang mencurahkan ketakutan itu. Alhasil Khadijah hanya merenung seorang diri, memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia sungguh sudah jatuh cinta pada lelaki yang tak seiman dengannya. Astagfirullah...

Langkah kaki para gadis setia mengekor di belakang lelaki yang menjadi idol di salah satu universitas di Korea, Lee Jeno. Lelaki yang memiliki senyum memikat serta jiwa pemimpin yang menghangatkan. Siapa sangka ia adalah seorang duta siswa. Tak hanya pandai di dunia entertainer ternyata lelaki yang menjadi idola Zayla dan Husnah sejak SMA ini juga ahli di bidang akademik.

Secara tiba - tiba Lee Jeno memutar balik badannya. Menghadap kepada ketiga wanita yang saling mengaitkan tangan satu sama lain.

Sontak saja mata mereka kembali membulat. Debaran jantung sudah tak bisa diatasi lagi. Jiwa halu kembali melayang - layang di udara, terbang bebas tak dapat dikendalikan.

"Aku sudah memperkenalkan namaku, bagaimana dengan kalian?" Dengan suara rendah dan menawan itu bagaimana mungkin hati wanita tak luluh. Satu patah kata saja sangat menghangatkan jiwa. "Selanjutnya kita akan sering bertemu, jadi setidaknya aku harus tau nama kalian, bukan?"

Zayla dan Husnah saling bergandeng tangan, saling membantu untuk menahan jantung mereka agar tak meloncat keluar. "Aku Zayla," sahut Zayla lebih dulu.

"Aku Husnah," sambung Husnah.

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang