11 - Kejadian Luar Biasa

476 65 25
                                    

Gadis dengan cadar berwarna senada dengan gamis menjuntai yang menutup kakinya itu duduk menatap ponsel.

Entah sudah berapa lama ia berada dalam posisi ini.

Ingin. Ada sesuatu yang ingin ia lihat muncul dari benda persegi berwarna merah maroon itu.

Saat suara pintu kamar tempat Husnah dirawat berdecit, Khadijah berdiri sambil membungkuk membusur, mengucap mohon maaf sekaligus terima kasih pada sosok lelaki yang ia tebak lebih tua dari kakak lelakinya.

"Terima kasih," ucapnya santun dalam bahasa korea fasih. Juga, Zayla membungkuk mengucap kata yang serupa.

Selepas kepergian lelaki itu, Khadijah kembali duduk kemudian menatap ponselnya.

Satu saja. Tolong satu kalimat saja kirimkan padaku.

"Neng?"

"Iya, Mba?"

"Mba beli sarapan dulu, kamu jaga Husnah ya?"

Khadijah mengangguk dalam hening. Menurut apa yang dikatakan oleh Zayla, Khadijah masuk ke dalam, mendapati Husnah yang sedang tidur dengan selang di tangan kiri.

"Astagfirullah ..." keluh Khadijah, memijit kepalanya yang tiba-tiba pening.

Layar ponselnya menyala. Langsung disergapnya ponsel itu kemudian memfokuskan matanya.

"Sama-sama Khadijah, tidak masalah. Tapi maaf aku tidak bisa datang, jadi aku mengirim manajerku kesana. Oh ya, apa Husnah sudah baik-baik saja?"

Khadijah mengelus dadanya, ia sedikit lebih tenang setidaknya Lee Jeno membalas pesannya.

Tidak ada lagi yang muncul di pikirannya selain nama Lee Jeno. Nama itu terlalu indah untuk dilupakan, hingga Khadijah lupa siapa Lee Jeno itu.

"Ya, dia sudah lebih baik. Aku yang ingin meminta maaf, aku lupa bahwa kau bukan orang yang bisa aku hubungi dengan sembarangan."

Selepas itu, tidak ada lagi balasan, hingga petang pun, sebanyak apapun Khadijah menunggu. Tidak ada lagi balasan.

---------

"Itu semua yang selama ini kau lakukan?!!"

Ruang yang didominasi oleh kaca itu menjadi saksi bisu seorang remaja lelaki yang tengah dimarahi habis-habisan.

Meski bagaimanapun ia menyangkal, ia memang salah baginya. Jadi, ia putuskan untuk mendengarkan hingga akhir.

Baru saja ia menyelesaikan latihannya, dan sedetik setelah musik selesai ia harus menerima hukuman ini.

"Jen, memang apa yang terjadi? Kenapa manajer hyung melarangmu keluar? Itu artinya kau juga harus cuti kuliah?" tanya seorang yang berjalan bersisian dengannya.

"Hanya sebulan," sahutnya ringan.

"Sebulan itu waktu yang sangat lama, jika tidak pergi latihan selama sebulan badanmu bisa kaku. Kau yakin mampu melakukan itu?"

Jeno menarik nafas panjang. "Sebulan ya? Entahlah, aku tak yakin aku mampu. Sekarang saja, aku sudah sangat merindukannya."

Setelah bunyi air dari kamar mandi yang mengucur mati, seorang remaja dengan balutan handuk keluar dari sana.

"Jen, ada panggilan untukmu? Tapi ..." Laki-laki yang sedang bermain dengan konsol game menyampaikan hal yang terjadi saat dirinya sedang mandi.

"Kau angkat??!!"

"Ya, tapi--"

"Jaemin! Siapa yang memberimu ijin menyentuh ponselku?!"

"Kenapa kau marah? Biasanya juga kau menyuruhku untuk mengangkat panggilan di ponselmu."

Ya, benar. Kenapa Jeno harus memekik. Siapa yang ia harapkan menelpon dirinya hingga sahabat dekatnya tak boleh mengangkat.

"Maaf, aku terlalu pusing memikirkan segala hal. Memangnya siapa yang menelpon? Chenle? Jisung?"

Lelaki yang kerap dipanggil Jaemin memiringkan kepalanya tak yakin. "Dia mengatakan namanya tapi aku lupa," katanya seraya tersenyum tanpa merasa bersalah.

"Cihh!!" sahut Jeno. Tak ada untungnya bertanya pada Jaemin ketika sudah memegang konsol game, tak ada yang akan masuk ke otaknya.

Baiknya Jeno periksa sendiri saja. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur dan ...

Melemparkannya kembali!

"Di-dia sungguh menelponku?!" ucapnya tak percaya, masih mematung beku dan tidak bisa bergerak.

.
.
.
.
.
.

Assalamualaikum, Chinguya~~
Annyeong~~
Hari ini Kak Er sengaja publish dua chapter sebagai ucapan gomawo Kak Er ke readers karena sudah dengan senang hati mendukung karya ini 🥰

Oh ya, kalau kalian ada kritik saran gak papa lho dituangkan entah di kolom komentar atau di kotak pesan, Kak Er akan dengan senang hati menerima saran itu 🥰🤧

Sekali lagi, Maaciww ya chingudeul~~ jangan bosen untuk terus baca tulisan yang belum sempurna ini ❤️❤️

Calanghaee banyak-banyak❤️

Syahadat & Seoul | Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang