Malam ini adalah malam minggu. Asatya masih betah berada di kediaman Aditama. Terbukti, saat ini ia tengah duduk santai ditemani Rere sambil menonton acara kartun di televisi ruang keluarga.
Biasanya, di malam minggu seperti ini Alex akan mengajak Rere dinner atau jalan-jalan mengelilingi kota. Mengingat Alex yang sudah menyukai dan mengejarnya sedari mereka duduk di bangku SMP.
Alexander Junio. Nama lengkap lelaki berumur 18 tahun itu. Dia selalu mengejar Rere tanpa lelah, meskipun Rere menolaknya lebih dari seratus kali. Tapi, pria itu tidak pernah putus asa.
Namun, Rere tidak pernah menolak permintaan Alex untuk berjalan-jalan berdua dengannya. Karena Rere hanya menghargainya saja. Tidak lebih.
Tapi untungnya malam ini Alex tidak datang ke rumahnya. Kalau datang habislah ia.
Rere tertawa ketika si tokoh utama dalam kartun terjatuh. Asatya hanya tersenyum simpul.
"Assalamualaikum!" suara itu berasal dari ruang utama. Lebih tepatnya ada seseorang yang baru masuk ke rumah.
"Waalaikumsalam," jawab Rere dan Asatya.
"Loh, ada nak Asatya? Udah lama?" suara itu milik Fenita yang baru saja tiba."Sudah tante," jawabnya.
"Dari kapan?" tanya Fenita kembali sambil mendudukan bokongnya di sebelah Rere.
"Dari kemarin."
"Hah?!"
"Jangan salah paham ma. Kemarin pak Asatya kesini. Ehh dia malah pingsan dan besoknya dia sakit karena kelamaan berdiri di bawah hujan jadinya pak Asatya nginep disini," jawab Rere.
"Tapi Rere gak ngapa-ngapain nak Asa kan?" kali ini Gumilar yang bertanya.
"Gak om, Rere merawat saya dengan baik sampai saya sembuh seperti sekarang," jawab Asatya membuat Gumilar tersenyum.
"Baguslah. Kalau begitu, malam ini nak Asa tidak boleh pulang dulu,bermalamlah di kamar tamu kami," ujar Gumilar lalu tersenyum.
"Tidak perlu om. Niat saya tadi hanya menemani Rere sampai Om dan Tante pulang setelah itu saya akan segera pulang," jawab Asatya.
"Nak Asatya belum pulih total. Tidak baik juga terkena angin malam. Nanti masuk angin dan akan memperparah kondisi nak Asatya."
"Tapi om--"
Gumilar memotong perkataan Asatya dengan menepuk bahunya pelan. Lalu ia tersenyum padanya sambil berbisik, "besok, setelah kau pulih, kau bisa mengajak Rere pergi kemanapun. Saya sudah memberi izin, tenang saja."
Detik selanjutnya, Gumilar melenggangkan langkahnya menuju kamar utama yang terletak di lantai dua. Diikuti oleh Fenita di belakangnya.
"E-eh malah ditinggal. Padahal Rere mau nanya sesuatu," ucap Rere berupaya menghentikan langkah salah satu dari orang tuanya itu.
"Tanya apa?" Fenita menolehkan wajahnya.
"Mama sama Papa habis dari mana? Ninggalin Rere sendirian ish! Kak Vano juga gak ada. Pada kemana sih kalian kemarin?" tanya Rere dengan nada kesal.
"Kamu kan gak sendirian sayang?--- Ehm Mama sama Papa habis dari Villa kita di Bogor. Sedangkan kakakmu Vano, dia lagi jalan-jalan sama nak Vero di Bandung," jawab Fenita membuat raut wajah kesal Rere semakin menjadi.
"Ishh! Kok Rere gak diajak sih Ma?!" tanya nya tak terima.
"Mama sama Papa juga gak ada niat mau nginap di Villa. Tapi, karena pekerjaan Papa yang menghabiskan waktu sampai tengah malam dan kebetulan pekerjaannya itu di dekat Vila kita. Jadinya yaa Mama sama Papa nginap disana. Maaf ya," jelas Fenita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Guru Killer
Fiksi RemajaApa jadinya kalau seorang Revinka Aditama yang dikenal memiliki sifat badung dan di cap sebagai badgirl dijodohkan dengan guru baru disekolahnya yang dikenal killer dan menyeramkan? _______________________ "Lo boleh jadi calon suami gue, tapi lo gak...