DGK:25

35.2K 1.9K 32
                                    

21.15

"Mama!" pekik Rere sembari berlari menemui Fenita yang berjarak sekitar limapuluh meter dari tempatnya tadi.

Fenita, Gumilar, Alkavino dan Daniar sudah tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta. Beberapa jam yang lalu, Asatya menelpon dan meminta mereka untuk pulang dengan segera karena besok, ia akan melaksanakan akad nikah.

Mereka jelas saja bergembira dan sangat excited ketika mendengar kabar yang sangat baik tersebut. Mereka terbang dari Lombok International Airport pada pukul 20.20 dan tiba sekitar lima menit yang lalu.
Rere memeluk tubuh Fenita dengan sangat erat sampai tubuhnya hampir saja terjatuh.

"Aih Rere, hati-hati. Nanti mama jatuh," ucap Fenita.

"Rere kangen banget Ma."

"Kangen-kangenan nya di rumah aja ya sayang. Sekarang kita pulang dan beristirahat. Besok adalah acara mu. Jadi, kau tidak boleh kecapekan," ajak Daniar sembari mengelus bahu Rere dengan lembut.

_____________

Rere menuruni anak tangga dengan sangat hati-hati. Fenita dan Veronika berada di sebelah kanan dan kirinya sebagai pendamping mempelai wanita.

Dengan balutan kebaya modern berwarna putih yang dibelikan oleh Daniar di Lombok dan polesan make-up yang tidak terlalu berlebihan yang menghiasi wajahnya membuat tingkat kecantikannya bertambah berkali-kali lipat.

Kini hanya ada suara high heels yang memenuhi ruangan membuatnya menjadi objek perhatian para sanak keluarga dan teman yang menghadiri acaranya hari ini.

Rere hanya bisa tertunduk malu. Sebelumnya, ia tak pernah se malu ini ketika menghadapi orang banyak. Tapi sekarang, rasanya sangatlah jauh berbeda. Hati nya berdebar dengan kencang serta bibir yang mendadak sangat kelu untuk sekedar berkata satu kata pun.

Sama halnya dengan Asatya. Hatinya berdebar beberapa kali lipat. Pandangannya juga tertunduk. Bahkan hanya untuk sekedar melihat calon isttinya saja rasanya sangatlah berat.

Asatya juga tak sadar bahwa kini orang yang sebentar lagi menyandang status sebagai istrinya itu sudah duduk di sampinya dengan gaya yang sangat feminim. Dan tentu saja gaya itu tidak mencerminkan seorang Rere sama sekali.

Lamunannya tersadar oleh Gumilar yang segera menjabat tangannya. Asatya refleks mengucap kata 'sah!' yang mengundang gelak tawa semua orang.

"Fokus, Asa!" Kevin menyemangati putranya itu sembari menepuk bahunya pelan.

"Baiklah, acaranya akan segera kita mulai. Kepada calon mempelai pria dan wanita, apakah kalian sudah siap?" Rere dan Asatya mengangguk.

"Bismillahirahmanirahim. Saudara Asatya Felixian, saya nikahkan engkau dengan putri saya Revinka Aditama binti Gumilar Aditama. Dengan maskawin seperangkat alat shalat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Revinka Aditama binti Gumilar Aditama. Dengan maskawin tersebut dibayar tunai," ucap Asatya dengan sangat mantap.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya pak penghulu

"Sah!"

"Alhamdulillah."

Pak penghulu memimpin doa. Dan setelah selesai, mereka kompak mengaminkannya.

Setelah itu, Rere dan Asatya menandatangani buku nikah.

Kini, Revinka Aditama telah resmi menjadi Nyonya Revinka Felixian. Dan, jika sebelumnya status Asatya Felixian hanyalah sebatas guru, maka sekarang statusnya bertambah menjadi suami dan juga teman hidup bagi Revinka Felixian.

Asatya yang gugup dan canggung menyempatkan diri untuk mengecup kening sang istri walaupun dengan gemetaran. Rere hanya diam bahkan nafasnya itu mendadak tidak beraturan.

"Ciee.. tangan suaminya cium juga dong Re," goda para sahabat Rere.

Rere terunduk malu ketika Asatya baru saja selesai mengecup keningnya. Dan setelahnya, tangan kekar itu ia pegang dan segera menyalimi nya.

Dan acara selanjutnya adalah sungkeman.

"Maafin Rere ya pa, ma. Rere belum bisa banggain mama sama papa. Rere cuma nyusahin kalian terus," ucapnya sembari menangis di pelukan Fenita.

"Kamu selalu jadi kebanggan kita berdua kok. Pesan mama, jadilah istri yang baik, selalu nurut sama suami, dan jangan buat Asatya menyesal karena telah menikahimu. Ya?" Rere hanya mengangguk.

"Dan untukmu nak Asa, pesan Mama jaga selalu Rere dan buat dia bahagia," ucap Fenita pada Asatya. Asatya hanya mengangguk.

"Tanggung jawab saya kini telah berpindah padamu nak Asa. Jadi, tolong jaga dan ubahlah perilaku putriku menjadi lebih baik," ucap Gumilar

"Saya akan menjaga Revinka dengan sekuat tenaga saya," jawab Asatya.

Setelahnya, Asatya dan Rere giliran bersungkem pada Alkavino dan Daniar.

Beberapa jam kemudian...

Acara sudah selesai. Gumilar dan Fenita sudah pulang ke rumah mereka. Sedangkan Rere kini tinggal sementara di kediaman Kevin Felixian alias ayah mertuanya.

Rere sementara tinggal di kamar Asatya. Kamar yang tadinya bernuansa monokrom itu berubah menjadi bak taman bunga dalam sekejap. Namun, Asatya tidak marah ataupun tidak suka dengan dekorasi sang Mama.

Dan saat ini, pengantin baru itu sedang terduduk di tempat tidur milik Asatya. Keduanya saling diam membuat suasana menjadi hening dan canggung.

"E-mm pak, Rere mandi duluan ya. Rere gerah nih," ucap Rere memecahkan suasana yang hening.

"Tunggu"

"Kenapa pak?"

"Maaf."

"Buat?"

"Kamu pasti sangat tertekan dengan perjodohan ini kan? Apalagi dengan keputusan sepihak saya kamu jadi menikah di usia yang masih sangat muda. Saya betul-betul minta maaf karena telah merusak masa depan kamu."

"Rere gak ngerti apa yang bapak omongin."

"Saya hanya berusaha melindungi kamu dari ancaman bahaya. Dan satu-satunya cara adalah menikahi kamu. Maafkan saya yang telah menikahimu secara mendadak. Maaf impian pernikahan yang kamu tulis di diary kamu tidak sempurna. Tapi, saya usahakan bila sudah waktunya, saya akan memenuhi impian kamu."

"Diary? Diary apaan pak? Ngomong apa sih? Rere kagak ngarti. Udah ah, Rere mau ke kamar mandi. Gerah banget tau. Bye!" ucap Rere yang langsung berjalan menuju kamar mandi.

Tak berlama-lama di kamar mandi, Rere pun keluar dengan mengenakan baju tidur berwarna kuning kesukaannya dan berjalan menuju cermin yang ukurannya besar. Sampai di depan cermin, Rere menyisir rambutnya.

Dalam pantulan cermin, Rere bisa melihat wajah Asatya yang sedang menatap kearahnya sembari tersenyum kecil namun terlihat sangat manis. Jujur saja, hati Rere saat ini sangat tenang dan gugup secara bersamaan entah mengapa. Tapi, Rere berusaha menutup rasa gugupnya itu dengan tidak menatap balik wajahnya.

Tanpa diduga, Asatya berjalan mendekatinya membuat suasana hatinya semakin aneh.

"Masih capek?" tanya Asatya.

Rere menggeleng.

"Bagus. Besok, kamu masuk sekolah seperti biasa. Karena satu bulan lagi ujian nasional akan dilaksanakan," ucapnya membuat sisir yang sedang ia gunakan refleks terjatuh.

"Aih, si bapak mah. Yang tadi ralat aja, Rere sekarang udah capek lagi sumpah. Hoaam ini juga mau tidur. Badan Rere pegel-pegel," jawabnya sembari berpura-pura meregangkan otot-ototnya.

"Revinka."

"Aduh bapak Asatya yang baik hati tapi bohong, kasih Rere cuti satu hari dong. Ya? Oke?" ujar Rere dengan puppy eyes nya.

"No. Ini perintah suami. Tidak boleh ada bantahan, dosa tau," bisiknya tepat di telinganya.





Dear Guru Killer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang