DGK:19

34.8K 2K 37
                                        

"Btw, bonyok gue lagi ke Bekasi nih. Pulangnya tengah malem. Gue takut sendirian di rumah. Mm gue boleh kan main dulu ke rumah aunty lo, secara kan kalo di rumah Andin gue takut sama nyokapnya," tutur Risya.

"A-aduh. Gimana ya jelasinnya. Mm..jadi gini, sebenernya tuh gue gak tinggal di rumah aunty gue," ungkapnya dengan kikuk.

"Lah, terus di rumah siapa dong?" kompak mereka berlima.

"Mm.. gue.. tinggal di rumah pak Asatya. Hehe," ucapnya diakhiri dengan cengiran canggung.

"Apa?! Jadi bener dong kata si Vio. Lo udah begitu--"

"Hush! Diem! Bukan itu aelah. Lu pada negative thinking mulu sih. Jadi gini loh para sahabatku yang berbudiman. Gue di titip bonyok di rumah pak Asatya tuh biar gue ada yang jagain. Secara kan, abang gue si kulkas itu gak tau rimba nya. Boro-boro gue gituan sama si bapak, kamar nya aja beda lantai," jelasnya.

"Yaudah deh, gue ikut. Gue pengen lihat rumah si bapak. Mobilnya aja bagus-bagus apalagi rumahnya. Kayaknya bakalan lebih bagus deh. Ah penasaran gue," ujar Andin.

"Iya gue juga!"

"Yaudah, deh iya. Gue izin dulu ke si bapak. Takutnya dia gak izinin atau apa."

"Di whatsapp emang gak bisa Re?"

"Gak bisa. Ponselnya selalu mati. Yaudah deh gue cabut ya!"

Tanpa menunggu persetujuan para sahabatnya itu, Rere melangkahkan kaki menuju ruang Asatya yang jaraknya kebetulan cukup dekat dari tempat sebelumnya. Untunglah teman-temannya itu tidak mengolok-olok atau merasa jijik padanya karena telah tinggal dalam atap yang sama dengan Asatya.

Tak terasa, ruang Asatya yang berada di ruang guru pun ada di depan mata. Untunglah para guru sudah pulang.

Tapi, wait!

Rere membulatkan matanya dengan penuh. Mulutnya ia tutup dengan tangan supaya tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Apa-apa an Asatya! Beraninya berciuman dengan seorang wanita yang sama seperti waktu itu. Apalagi dilihat dari raut wajahnya, sepertinya Asatya sangat menikmati tiap sentuhan wanita itu. Ck, menjijikan!

Cukup! Rere tak sanggup melihat pemandangan itu lebih lama lagi!

Dengan langkah gontai dan segala perasaan aneh yang bercampur aduk, ia berjalan menuju teman-temannya yang sudah menunggu dengan harapan yang tinggi.

"Udah Re? Gimana katanya?"

"Di izinin. Kalian bisa ke rumahnya."

"Horray! Yaudah deh ayo kita cabut!"

_____________

"Aduh Re, makasih lo jamuan yang sangat spesial ini. Ditambah lagi dengan arsitektur rumah yang manjain mata gue banget. Ahh gue betah banget! Rumah ini tuh bener-bener gede. Rumah si Andin mah kalah sama rumah ini," puji Risya. Rere hanya tersenyum mendengarnya.

"Widih! Busett! Game yang gue incer selama ini ada! Wahh gila. Kalian tau gak harga per kaset nya?  semua menggeleng "tujuh juta anjay! Dan si bapak punya beberapa! Wadaww! Kagak nyangka selain tajir melintir, si bapak juga gamers sejati. Kapan-kapan gue boleh dong kesini lagi. Mabar sama si bapak, siapa tau dia kasih salah satunya"

"Lebay banget dah si singa!" omel Sandy.

"Eh, lo nemuin kaset itu dimana? Perasaan gue belum pernah liat sebelumnya" tanya Rere.

"Tuh, di lemari yang ada di pojokan sana!" jawab Leon sembari menujukkan letaknya.

"Oh ya, ngomongin si bapak. Dia kemana ya? Kok belum pulang sih. Ini kan udah jam sepuluh lebih loh Re!"tanya Risya menyadarkan Rere.

Dear Guru Killer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang