Setelah menghabiskan waktu hampir empat jam, kedua nya memutuskan untuk pulang karena sudah merasa letih di tambah Rere yang terus merengek pulang karena terus terbayang sosok hantu dari film horor yang mereka berdua tonton tadi.
Tapi ketika melewati butik favortinya, ia terdiam sejenak dan memandangi semua baju yang terlihat di luar.
"Ada apa?" tanya Asatya heran.
"A-ah, enggak. Yaudah ayo pulang aja pak," jawab Rere.
"Yakin? Padahal tadinya saya mau bilang kalau papa kamu sudah mentransfer sejumlah uang lewat rekening saya. Jika kamu mau, belanja lah" ucap Asatya lembut.
"Oh ya?" wajah kusam Rere seketika menjadi sumringah ketika mendengar kata 'transfer' dan 'uang'
"Yaudah, ayo pak!" Rere mengajak Asatya masuk dengan sangat antusias. Asatya mengangguk dan menuruti permintaan Rere.
Ketika sampai di dalam, Rere langsung berlari menuju beberapa baju yang digantung rapi sesuai dengan warna. Biasanya, Rere berbelanja di butik ini bersama Risya dan Andin. Tapi, tak jarang juga Sandy, Alex, Anton dan Leon ikut sebab di lantai dua terdapat beberapa pakaian khusus pria.
Dalam beberapa menit, beberapa gantung baju telah ada di genggamannya. Rere memang tidak suka berdandan tapi Rere sangat suka dengan fashion. Saking suka nya, Rere bahkan membeli beberapa fashion terbaru dengan edisi terbatas untuk ia koleksi.
Rere menghampiri Asatya ketika belanjaannya dirasa cukup. Ia lantas menunjukan baju-baju yang ia pilih kepadanya. Asatya hanya mengangguk lalu berjalan menuju meja kasir untuk membayarnya.
"Loh, Rere?" suara yang tak asing itu membuat Rere menoleh.
"Risya?" ucap Rere terkejut.
"Loh, ada pak Asatya juga?" tanya Risya dengan ekspresi terkejut.
Beberapa saat kemudian Andin, Sandy, Alex, Anton dan Leon datang dengan beberapa baju pilihannya masing-masing di genggaman.
"Loh, Rere? pak Asatya? Kalian lagi ngapain?" tanya Andin.
Rere terdiam.
"Re, jawab ih," ucap Andin.
"Ja-jadi, gue tadi di suruh aunty buat beli junkfood tapi pas gue lewat ke butik ini pak Asatya manggil terus nyuruh gue buat pilihin beberapa baju buat tunangannya, katanya sih dia gak bisa pilih baju takut selera nya beda," alibi Rere membuat keenam sahabatnya itu mengangguk-anggkuan kepalanya.
"Coba liat," ucap Risya sembari menelaah seluruh baju yang ada di genggaman Rere.
"Tapi kan Re, lo kok masih pake seragam. Belum pulang kayak kita ya?" tanya Andin.
Deg.Rere bingung mau menjawab apa. Walaupun Andin itu polos dan sering di panggil dengan sebutan 'telmi' (telat mikir) tapi dia tergolong orang yang cerdas. Buktinya, ketika Risya malah sibuk dengan pakaian, Andin justru menanyakan hal yang mungkin tidak akan mereka sadari.
"Ta-tadi dari sekolah, aunty kirim pesan ke gue suruh beliin dia beberapa belanjaan buat sebulan plus junkfood jadi gue belum sempet pulang," jawab Rere dengan gugup.
"Tapi kan Re--"
"Udah lah Ndin, mungkin yang Rere bilang itu bener. Lo gak usah tanya-tanya bebeb gue, kasian dia pasti kecapean," sergah Alex membuat Andin terdiam seketika.
"Yaudah pak, ini baju tunangan bapak. Sekarang tinggal bayar," Rere menyerahkan baju-baju nya pada Asatya.
"Terimakasih," ucap Asatya dengan nada datar. Dibalas dengan Rere yang tersenyum kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Guru Killer
Ficção AdolescenteApa jadinya kalau seorang Revinka Aditama yang dikenal memiliki sifat badung dan di cap sebagai badgirl dijodohkan dengan guru baru disekolahnya yang dikenal killer dan menyeramkan? _______________________ "Lo boleh jadi calon suami gue, tapi lo gak...