DGK:32

29.7K 1.6K 9
                                    

Rere berlari menyusuri lorong dengan harapan pria ber-hoodie itu masih ada di kantin, walaupun ia tahu hanya kecil kemungkinan. Tapi, apa salahnya mencoba?

Ketika ia sudah sampai di kantin, hal yang pertama ia lihat adalah kerumunan orang. Ada yang tengah mengantre, makan, hanya mengobrol, mengerjakan tugas, bermain gitar dan yang lainnya.

Hufh.

Susah. Satu kata yang Rere lontarkan setelah melihat kerumunan orang tersebut.

Memang sih sangat sulit, apalagi tadi Jo bilang dia hanya sebentar disini. Oke, ia tak boleh gampang menyerah. Langkah selanjutnya yang ia lakukan adalah berjalan menuju gerobak dan lapak mang Uji.

Nihil. Jo tidak ada disana.

Rere akhirnya memutuskan untuk mendekati mang Uji dan menanyakan keberadaannya. Untunglah mang Uji tahu dan ia pun menjawab.

Rere mengangguk dan berterimakasih lalu dengan segera menyusul Jo di tempat yang mang Uji beritahukan.

Tap

Tap

Tap

"Hah~hah~ kak Jo!"

Pria itu menoleh. Rere berlari menghampirinya.

"Rere? Kau tidak istirahat?"

"Hah~ gak kak. Rere kan tadi udah makan siomay. Umm... kak, Rere ada yang mau dibicarain. Penting banget nih," ucapnya to the point.

"Duduklah," ucapnya lembut. Rere duduk disebelahnya.

"Ceritakan ada apa."

"Huh~ jadi gini kak, ada yang salah paham sama kita. Dia marah sama Rere. Mm... kakak tau kan maksud Rere. Maaf sebelumnya udah repotin kakak."

"No problem. Dia marah berkat saya. Jadi saya yang harus meluruskan masalah ini. Baiklah, apa rencanamu?"

"Mm.. Rere boleh minta no kakak? A-ah, gini maksudnya, Rere minta no kakak buat share lokasinya jadi... " Rere tidak melanjutkan ucapannya.

"Saya mengerti. Baiklah, 08xxxxxx."

"Oke udah Rere simpan. Nanti Rere kabari kak Jo, makasih ya kak!"

Jo tersenyum lebar "sama-sama."

"Nanti Rere kasih tau rencananya di whatsapp. Kakak harus online ya!" Jo mengangguk.

___________

Rere berjalan mendekati Asatya yang tengah berdiri sembari menggosok rambutnya yang basah. Setelah itu, ia melingkarkan tangan dilehernya hingga membuat Asatya kaget.

Rere menatap matanya lekat. Halisnya mengangkat-angkat. Asatya hanya menatapnya balik dirinya yang sudah rapi dan juga wajah yang dipolesi make-up dengan tatapan datar. Tidak ada senyuman kecil, ataupun suara yang keluar dari mulutnya.

"Bapak," panggilnya dengan lembut.

Asatya hanya menaikkan satu halisnya

"Rere udah cantik belum?" Asatya tidak menjawab.

Dear Guru Killer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang