DDK:04

47.2K 2.7K 16
                                    

"Pak Asatya, kenapa bapak ada disini?!"

_____________________________________

Rere membelalakan matanya lagi. Jawaban Gumilar sangat sangat membuatnya terkejut dan hampir pingsan kalau badannya tidak seimbang.

Flashback onn

"Mari kita duduk, pembicaraan ini tidak baik bila kita berdiri," ajak Gumilar sambil memegang pundak sang putri yang tengah mematung ditempat.

Rere mengikuti Gumilar. Ia memilih duduk di antara Gumilar dan Fenita. Di sebrang sudah ada pak Asatya, pak Alkavino-ayahnya- dan bu Daniar-ibunya-

"Pa, ini sebenarnya ada apa sih? Rere bingung tau!" bisiknya pada Gumilar,matanya ia edarkan pada kedua orang asing beserta orang yang telah membuatnya malu dan kesal,pak Asatya.

Gumilar hanya mengelus lembut jari-jemari sang putri dan hanya tersenyum.

"Baiklah, kita mulai saja," suara Gumilar mulai terdengar. Membuat semua orang menoleh padanya.

"Nak Asatya apakah siap?" tanya Gumilar

"Siap."

"Rere, apa kau sudah siap?"

"Siap apa pa?"

"Nurut aja kata Asatya."

"O-oke, si~ap!" jawab Revinka dengan terpaksa.

"Baiklah acara selanjutnya adalah tukar cincin," ucap Gumilar membuat mata Rere membelalak sempurna.

"Tunggu, maksud kalian apa?!" tanya Rere kemudian

"Kami akan menjodohkan kamu dengan nak Asatya," jawab Gumilar dengan entengnya

"Apa?!"

Flashback Off

Tok..

Tok..

Tokk..

Gumilar, Fenita, Alkavino dan Daniar saat ini tengah berada di depan pintu kamar Rere. Gumilar mengetuk pintu dengan keras berharap putri bungsunya itu keluar dan menerima keadaan.

Sedangkan Asatya, pria itu hanya berdiri dari kejauhan sembari menyilangkan kedua tangan di dadanya.

"Rere, sayang, dengerin Mama dan Papa dulu. Bukain pintunya," bujuk Fenita

Rere tidak bergeming, ia lebih memilih untuk menyelusupkan wajahnya ke dalam bantal seraya menutup telinganya dengan kapas berharap suara di luar tidak terdengar.

"Oke. Ini kesempatan kamu yang terakhir buat bukain pintu. Kalau tidak, mobil kuning mu itu akan kami buang ke laut," ancam Gumilar.

Tentu saja aksi membujuk plus mengancam itu berhasil. Rere membukakan pintu membuat keempat orang itu bernafas lega termasuk Asatya. Mungkin.

Rere hanya menampilkan ekspresi datar. Ia terlalu malas untuk menemui mereka kalau boleh jujur. Apalagi melihat wajah Asatya, mengingatkan nya pada hukuman-hukuman yang membuat nya malu setengah mati.

"Ayo ikut kami ke ruang keluarga lagi. Papa bakal jelasin kenapa kamu harus kami jodohkan dengan nak Asatya," ajak Gumilar sembari merengkuh bahu nya.

"Gak! Rere gak mau!" tegas Rere sambil berusaha melepas tangan Gumilar di bahu nya.

"Harus mau. Kalau tidak, kamu tau sendiri apa yang selanjutnya papa lakuin!"

Dear Guru Killer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang