Hari ini, Jum'at. Hari kerja terakhir dalam sepekan. Secepat itu semua berakhir. Anna menyelesaikan morning routine bersama anak-anak sebelum mendelegasikan tugas pada kedua staf day care nan cekatan.
"Semangat, Bu. Saya mendukung Bu Anna," Nayla mengucapkan kalimat ini sembari mengepalkan tangan. Matanya berkaca-kaca. Dia tahu Anna sama sekali tidak bersalah dan tak pantas mendapat hukuman berupa pemecatan atau apa pun semacam itu.
Anna tersenyum lembut. "Makasih. Tolong jaga anak-anak, ya," katanya pada dua gadis yang telah menjadi rekan kerja terbaik sejak day care berdiri.
Telah banyak yang terjadi sejak protes para orangtua dua pekan lalu. Tim Mayartha Day Care akhirnya memutuskan untuk menghentikan kegiatan berkisah untuk meredam gejolak. Agar atmosfer iman dapat tetap terjaga, maka kegiatan pagi diubah menjadi pembacaan kitab suci.
Sayangnya, ini malah memperparah keadaan. Anak-anak ternyata lebih penasaran terhadap Alkitab yang dibacakan Anna daripada ayat Alqur'an beserta terjemahnya yang dituturkan oleh Salsa atau Nayla. Pada akhirnya, mereka tidak hanya memisahkan ruangan, namun memisahkan lantai. Anak-anak kemudian bergantian melaksanakan morning routine di roof top dan di ruang day care.
Namun api telanjur besar dan melebar. Ini tidak lagi hanya tentang Mayartha Day Care tapi meluas hingga jadi permasalahan muslim dan nonmuslim di Mayartha. Gadis itu bergidik. Tak pernah ia membayangkan akan terlibat permasalahan sebegini rumit.
"Ready?" satu kata dari Andre masuk ke aplikasi messenger ketika Anna keluar menuju elevator.
Gadis itu tersenyum mengetikkan balasan. "Siap!" tulisnya mantap. Sejak kasus dongeng ini merebak, dia kembali menjadi dekat dengan Andre. Menjadi lebih dekat malah. Anna merasa lebih nyaman untuk mengutarakan keluh dan kesah pada pemuda itu.
Hubungannya dengan Haikal malah agak merenggang. Ia tahu betapa kuat lelaki itu menggenggam iman. Tanpa harus bertanya, Anna bisa memahami jika mereka berada di pihak yang berseberangan. Maka agar tak menimbulkan kesalahpahaman, gadis itu tahu diri. Ia mengurangi interaksi dengan sang direktur. Cukup sebatas menyediakan makanan selama di kantor saja.
Pintu elevator membuka mengiringi satu kali bunyi denting. Tampak Haikal dan Andre sedang berdiri dalam ruang dua kali dua itu. Anna mengangguk sopan pada sang direktur kemudian mengambil posisi di samping kiri Andre.
"Deg-degan?" tanya Andre santai.
"Sedikit," jawab Anna dibarengi dengan senyum yang agak dipaksakan
"Apa pun yang terjadi nanti," Haikal menimpali tanpa diminta, "beranilah dan jangan merasa bersalah." Dia menoleh, mencari wajah Anna dari balik pundak Andre. "Kamu sudah lakukan yang terbaik untuk day care," katanya lagi begitu berhasil mengadu tatap dengan gadis yang dirindukan.
"Nyantai aja," Andre menambahkan. Tangannya merangkul pundak Anna penuh sayang. "Kita lakukan ini demi kamu." Dia tersenyum, mengusap lengan gadis itu lembut.
Pintu elevator terbuka. Haikal keluar lebih dulu meninggalkan pasangan itu beberapa langkah. Skenario yang dirancangnya berjalan mulus. Sayang, dia lupa mengantisipasi bahwa isu perbedaan agama yang meruncing menjadikan hubungan dengan Anna memburuk. Di sisi lain, memberi kesempatan bagi Andre untuk masuk dan menjalankan peran sebagai pelindung si gadis kesayangan di garis terdepan.
Dia mengembus napas keras. Sekali lagi lelaki itu dipaksa berbesar hati. Berkali-kali diucapkannya dalam hati, ini semua demi kebahagiaan Anna, titik!
Ruang rapat direksi baru dihadiri sekretaris yang menyiapkan berkas-berkas pembahasan hari ini. "Terimakasih, Bu Layla," kata Haikal setelah dipersilakan duduk di tempat yang telah disiapkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/190805003-288-k501947.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Haikal
عاطفيةIngatan Haikal hanya bertahan selama 24 jam. Setelah itu, ia akan kembali pada hari yang tak ingin diingat selamanya. *** Cerita ini merupakan lanjutan dari Bulan Madu. Silakan membaca kisah Haikal dan Raisa di Bulan Madu untuk mendapatkan pengalama...