Jangan Menyesal!

485 47 17
                                        

"Pulang sama siapa tadi?"

Hapus. Sama sekali tak punya hak untuk ingin tahu. Dengan siapa pun pulang, jelas itu urusan dia.

"Gimana progress ta'aruf-nya?"

Hapus. Pertanyaan ini malah jauh lebih buruk level intervensi urusan pribadi-nya.

"Eh, kamu digosipin para jomblo sekantor, loh.

Attach file, cari gambar yang tadi dikirim di grup karyawan. Gambar Haikal sedang berboncengan dengan Maryam. Sebenarnya wajah si pengendara tertutup oleh helm full face yang dikenakannya tapi tetap saja, siapa yang tidak tahu pakaian dan tas milik the cool director.

Kirim gambar?

Jempol Anna berputar-putar di depan layar. 

Batal. Dia merasa tak pantas mencampuri urusan pribadi orang lain.

"Gosip apa?" Anna terduduk membaca balasan dari Haikal. Sepertinya tanpa sengaja dia telah memijit tombol kirim begitu selesai menuliskan pesan.

Kepalang basah, dia tak bisa mengelak lagi. "Katanya kamu punya cewek baru sekarang."

"Oya? Sama siapa sekarang?" cepat sekali balasannya diterima.

"Maryam. Ada yang liat kamu pulang sama dia tadi." Akhirnya gambar yang tadi batal dikirim pun dilampirkan juga. Sebenarnya tanpa ada gambar ini, Anna sendiri telah melihat mereka tadi sore. Benar-benar pemandangan yang membuat jantung berhenti sejenak.

Haikal membalas dengan emoji Meh. Tak ada jawaban apa pun lagi setelah itu.

"Ta'aruf-nya lancar, ya?" Anna tak tahan untuk tak bertanya.

"Lumayan."

"Kamu suka sama dia?" Anna menggigit bibir setelah mengirim pesan. Kalimatnya terasa terlalu vulgar.

Pesan itu langsung terbaca begitu terkirim. Balasannya muncul tak lama kemudian. "Ditanya begini jadi berasa ABG," ditambah emoji mengakak hingga terguling-guling.

Anna membalas dengan emoji yang sama. Kondisi sebenarnya, ia memarahi diri sendiri karena menulis tanpa berpikir. Siapa yang disukai Haikal, jelas bukan urusannya. Bukankah mereka sudah tak punya hubungan apa-apa selain persahabatan?

"Waktu itu jawabannya, yang kusuka cuma kamu, wkwkwkwk."

Jauh di lubuk hatinya, Anna memang menginginkan jawaban itu. Tapi keinginan itu menerbitkan rasa bersalah di dada. Dia sudah punya Andre. Sama sekali tak pantas memikirkan lelaki lain sementara hari pemberkatan tinggal hitungan bulan.

Jempol Anna mengetikkan pesan, "ABG banget!" disertai emoji mengakak hingga terguling-guling.

"Yeah! Itu pertama kalinya jadian, hahaha!"

"Haikal," ragu-ragu Anna mengetikkan chat.

"Ya?" cepat sekali Haikal membalas. Mungkin dia memang sedang tak punya pekerjaan lain selain chatting dengan Anna.

"Apa kamu sama sekali udah ngga ada rasa lagi sama aku?" akhirnya apa yang menjadi inti kegelisahan Anna muncul juga dalam bentuk tulisan.

Tak ada jawaban. Padahal pesan yang dikirimkan telah dibaca. Hingga cahaya padam dari layar ponsel, tetap saja tak ada jawaban.

Anna menelungkupkan ponsel di atas kasur. Dia tahu, pertanyaan itu tak layak diajukan oleh seorang sahabat. Harusnya dia bisa turut bahagia melihat Haikal telah menemukan seorang tambatan hati. Tapi, seolah ada dinding tinggi yang menghalanginya dari turut mendoakan kebahagiaan mereka. 

Jurnal HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang