Di London

732 62 22
                                    

Haikal tertegun. Tiba-tiba ia berada di tempat asing. Diedarkannya pandang ke sekeliling. Sebelah kirinya jendela persegi selebar jengkal tangan. Dia mengenali jendela serupa ini. Pesawat!

Jantung Haikal berdegup kencang. Ia seperti baru saja berteleportasi dari kamar villa di Solo. Dicarinya sosok Raisa. Tak ada. Kerinduan tiba-tiba menghadang. Ke manakah istri yang semalam lekat dalam dekapan?

Seorang lelaki berambut keemasan mendengkur di sebelah kanannya. Kulit kuning langsat dan alis hitamnya menunjukkan bahwa pria itu bukan berasal dari ras kaukasia. Di sebelah kanan si rambut emas, tepat berbatasan dengan jalur lalu lintas pramugari, seorang perempuan tidur dengan penutup mata warna hitam. Mulutnya terbuka sedikit meski tak ada suara dengkur yang terdengar. 

Seorang pramugari muncul dari ujung koridor. Haikal berusaha menguras memori tentang seragam yang ia kenakan. Kebaya batik biru hijau dengan motif bunga-bunga merah muda, rasanya ia belum pernah menaiki maskapai yang memiliki seragam seperti ini. 

Mata si pramugari awas meneliti satu persatu penumpang yang kebanyakan sedang terlelap. Saat bersirobok dengan pandangan Haikal, gadis dengan rambut hitam tergelung rapi itu tersenyum sopan. Label nama yang melekat di dadanya memperlihatkan lambang Malaysian Airlines.

Haikal menarik napas, berusaha mencerna yang sedang dialaminya. Dinyalakannya layar persegi yang menempel di sandaran kursi depan. Segera muncul tampilan menu hiburan dalam pesawat yang bisa dipilih. Ditekannya tombol "My Trip", layar segera memperlihatkan peta perjalanan. 

Simbol pesawat menunjukkan posisinya secara real time. Dia sedang bergerak menuju Kuala Lumpur. Diperkirakan tiba di bandara tujuan pukul tujuh pagi waktu setempat.

Kepala Haikal menjadi pening seketika. Getar ponsel di saku celana mengalihkan perhatian. Sebuah pengingat dari aplikasi kalender, "Buka Laptop!"

Alisnya mengernyit. Laptop?

***

Informasi dari video My Life So Far membuatnya terhenyak. Perjalanan hidup yang sama sekali tak pernah diperkirakan. Empat tahun berlalu sejak ia menikahi Raisa. Perempuan itu kini bukan lagi istrinya.

Langit di luar jendela mulai meloloskan cahaya matahari. Hamparan awan putih halus memberi pesona kelengangan pagi. Dari video dia tahu bahwa perjalanan kali ini adalah demi menemani Raisa. 

Dirinya dalam video yakin sekali bahwa sang mantan istri sedang mengalami depresi. Entah apa yang jadi penyebab. Apa pun itu, sama sekali tak penting. Yang penting adalah berada di dekatnya agar dapat membantu gadis itu kapan pun dia butuh.

Logika yang aneh. Mengingat mereka sama sekali tak punya hubungan apa pun. Idealnya Bang Randi atau Papi-lah yang melakukan itu, bukan si mantan suami yang harusnya sudah melanjutkan hidup, keluar dari bayang-bayang mantan istri.

Mantan istri, dua kata yang membuat Haikal tertawa pedih. Beberapa waktu lalu, dia begitu merindukan Raisa. Tak sampai setengah hari, kini harus berhadapan dengan fakta bahwa mereka sudah berpisah.

Suara announcer mengalihkan Haikal dari lamunan. Sebentar lagi pesawat yang ditumpanginya akan mendarat di Kuala Lumpur International Airport. Dia akan transit selama dua setengah jam sebelum melanjutkan perjalanan ke London.

Haikal menegakkan kursinya. Untung saja dia juga punya tujuan lain ke kota itu. Virtue Bank berniat membuka divisi syariah untuk memperluas segmen konsumennya. London memang sedang bergerak menjadi pemimpin dalam jasa keuangan Islami di dunia. Saat ini sudah lebih duapuluh bank di Inggris memiliki divisi syariah untuk melayani kebutuhan masyarakat terhadap jasa keuangan yang beretika. Konsumen mereka bukan hanya beragama Islam, namun banyak juga yang nonmuslim. 

Jurnal HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang