Berkenalan

448 49 9
                                    

Pertanyaan Anna membuat alis Haikal terangkat. Dia mengangkat bahu sambil tertawa. "Mana kutahu."

Anna mendengkus kesal, membanting punggung ke sandaran kursi. Wajah putus asanya membuat Haikal merasa kasihan. "Apa sebenarnya yang mengganggu pikiranmu?" ia mengajukan tanya dengan sikap penuh perhatian.

"Hanya ada satu kebenaran," ucap Anna tajam, "jika Maryam adalah Maria, dan Isa adalah Yesus, maka tak mungkin ada dua waktu kelahiran, kan?"

"Hmm," Haikal mengangguk-angguk, "hanya ada satu kebenaran."

"Menurutmu mana yang benar?"

"Ah, kamu salah nanya sama aku," Haikal memberi jawaban yang menurutnya paling aman, "jawabanku udah pasti sangat bias."

"Trus aku musti nanya sama siapa?" keluh Anna kesal. "Aku sampe berdebat panjang sama Andre semalam. Aku udah tanya sama Suster Lucia, sama Romo Markus, sama siapa lagi aku harus nanya?"

Haikal mengangguk-angguk. "Jawabannya?"

Anna menarik napas antara kesal dan putus asa. "Itu adalah sesuatu yang harus kita imani." Pandangannya beralih pada Haikal. "Apa kamu ngga penasaran, Kal? Mana yang benar? Keimanan kita dipertaruhkan, loh."

Haikal menggeleng. "Karena bukan tanggal kelahiran Nabi Isa yang penting. Itu sebabnya Alqur'an ngga pernah menyebut tanggal dengan tepat. Karena yang penting bukan kapan peristiwa itu terjadi, tapi apa dampak dari peristiwa itu. Itulah yang penting."

Anna tak terima. "Tapi itu hari Natal, satu hari yang dirayakan besar-besaran. Kalau untuk hari sepenting itu saja salah menetapkan, apalagi kesalahan yang sudah kita lakukan?"

"Kita?" Haikal tertawa kecil, "aku ngga pernah ngerayain Natal."

"Ya, maksudku kami," suara Anna melunak.

Anna mulai meragu. Imannya mungkin mulai goyah. Sembunyi-sembunyi Haikal bersorak di dalam hati. "Ngga mungkin ada dua kebenaran. Kenapa kamu ngga mencarinya di sumber yang asli?"

"Kamu ngga pernah baca Alkitab dalam bahasa aslinya, kan?" Haikal melanjutkan, "apa kamu ngga pengen tahu, kaya gimana Alkitab dalam bahasa aslinya? Kamu lulusan sastra Indonesia, pasti tahu banget bahwa yang namanya terjemahan ngga pernah bisa persis membawa makna yang dimaksud dalam teks aslinya."

Anna tertegun. Ide yang ditawarkan Haikal sangat menarik. Mempelajari bahasa Aram, bahasa asli yang digunakan Yesus, mungkin akan jadi tantangan tersendiri. Namun bukan berarti tidak mungkin. Apalagi setelah memahami lagu J-Pop dan Alqur'an tanpa kesulitan, dia hampir yakin bahwa Raisa adalah seorang polyglot. Jika perkiraannya benar, mempelajari satu bahasa baru tidak akan terlalu sulit.

***

Sore ini parkiran ramai seperti biasa. Motor dan mobil mengantri keluar area Mayartha Bank. Beberapa orang tampak berdiri di lobby drop off sambil menggenggam ponsel, mungkin sedang memesan ojol untuk ke stasiun atau bahkan sampai ke rumah sekalian.

Haikal mengambil helm yang dititipkan di pos satpam dekat parkiran. Dari sana ia melihat Maryam sedang berjalan terburu-buru di trotoar. Wajahnya terlihat tidak tenang, malah lebih tepat disebut panik. Di sisinya, sebuah mobil sedan hitam bergerak pelan mengikuti. ketika tiba-tiba ia berbalik, pengemudi mobil itu seketika keluar dan mengikutinya.

"Itu kenapa, Pak?" tanya Haikal pada satpam. Pandangannya tidak teralih dari Maryam yang tampak gusar diikuti si pengemudi mobil.

"Ngga tahu, Pak. Biasanya tu mobil parkir doang di situ sampe diusir gara-gara bikin macet. Tapi sekarang malah ngejar-ngejar Mbak Maryam gitu. Apa mungkin selama ini tu mobil nungguin Mbak Maryam, ya Pak?"

Jurnal HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang