🍓23

4.7K 365 68
                                    







Seminggu lim dirawat dirumah sakit, namun kondisinya masih belum ada perubahan sama sekali. Ia masih koma, membuat bambam mengurungkan niatnya untuk kembali ke korea.

Mereka semua masih berkumpul di florida untuk menemani jennie, dan mansion lim terlihat ramai dengan berkumpulnya keluarga mereka disana.

Bambam benar-benar bingung, pasalnya sebentar lagi memasuki bulan ke 9 kehamilan rose yang artinya kelahiran bayi mereka sudah didepan mata. Kim menghampiri bambam yang tengah duduk di ruang tunggu depan ICU.

"Aku tau perasaanmu bam. Sebaiknya kau pulanglah ke korea. Biar lim aku yang jaga. Disini kan juga ada suho dan somi nantinya. Juga ada appa dan eomma ku, jika nanti ada yang darurat aku akan segera menghubungimu." Jelas kim, bambam hanya tersenyum tipis dan kini menyandarkan tubuhnya dikursi tunggu.

"Tak apa hyung. Aku akan menjaga hyung lim setidaknya sampai sadar. Hanya dia satu-satunya keluarga yang aku punya hyung. Aku harus memastikan bahwa ia mendapat perawatan terbaik dan penanganan terbaik." Ucap bambam dengan menatap kedepan.

"Iya aku tau. Kau tidak sendirian bam, kami juga keluargamu kau harus ingat itu. Kami juga takkan membiarkan lim berjuang sendirian. Perawatan dan penanganan terbaik pasti akan ia dapatkan dan aku pastikan itu.!" Ucap kim. Bambam hanya diam saja, menurutnya meninggalkan lim saat ini bukanlah tindakan yang tepat. Ia benar-benar ingin melihat langsung perkembangan kesehatan lim.

"Kau harus ingat, rose juga tengah hamil tua bam. Jika nanti melahirkan dia butuh kau untuk mendampinginya."

"Rose sudah bilang tak masalah jika aku tetap disini sampai hyung lim sadar biarpun nanti dia melahirkan tanpa aku menemaninya." Ucap bambam membuat kim geram.

"Haish kau ini. Kau tau wanita yang akan melahirkan itu butuh sosok suami untuk mendampinginya. Sementara kau malah tak mendampingi istrimu," ucap kim lagi..

"Percaya padaku bam, lim akan tetap mendapat semua yang terbaik. Kami akan tetap membantunya berjuang untuk kesembuhannya. Kau jangan khawatir." Ucap kim lagi, bambam akhirnya mengangguk patuh dengan kim membuat kim tersenyum lega.

"Aku akan pulang besok." Ucap bambam. Kim pun mengangguk menyetujui usul bambam.

Seminggu lim dirumah sakit selama itu pula jennie selalu menemaninya. Sampai ia memaksa untuk menginap disitu, jika tidak dipaksa jisoo dan kim ia tetap kekeh tidur bersama lim diruang ICU. Sekarang jennie berada dirumah sakit dari pagi hingga sore hari.

Ia selalu berada disamping suaminya, menggenggam tangannya berharap tangan itu balas genggamannya, mengecup dahi suaminya berharap saat ia melepas kecupannya ia melihat suaminya tersadar, berharap suaminya terbangun dari tidurnya dan memeluknya dengan erat seperti yang biasa suaminya lakukan saat dulu masih sehat.

"Popoo, ini waktunya momoo cek kehamilan loh... popoo gak mau bangun temenin momoo kayak biasanya hmm..? Biasanya popoo semangat kalau waktunya cek kehamilan momoo supaya bisa liat baby kita didalem lagi ngapain.." ucap jennie pelan yang kini berada disamping suaminya, kembali air matanya menetes jika mengingat semua yang lim lakukan untuknya.

"Popoo bangun dong sayang, momoo janji popoo boleh beli mobil yang popoo mau kalo popoo bangun, momoo janji gak akan sering minta gendong lagi, janji gak akan kelewat manja lagi, janji akan turutin mau popoo yang penting popoo bangun sayang..."

"Momoo pengen dicium popoo lagi, udah seminggu popoo gak bangun, momoo tidurnya juga udah seminggu nggak dipeluk popoo..." lirihnya dengan tangisan yang tak kunjung reda, diciumnya tangan lim yang ada digenggamannya. Hanya dengan cara itulah ia menyalurkan rasa rindunya pada lim kini, dia tak bisa berbuat banyak, hanya bisa berharap lim segera sadar dan kembali seperti dulu.

Perfect Soul 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang