🍓31

5.7K 446 36
                                    






Mereka semua terdiam, bahkan mario sudah sangat gugup. Dirasanya umurnya sudah tidak lama lagi dihadapkan oleh orang-orang besar yang menatapnya.

"Kkau...?" Tuan Kim yang terbata-bata sambil menunjuk mario.

"Appa, ini bukan lim. Lim yang sebenarnya ada didepan appa. Dan pria ini adalah mario." Ucap kim, sementara ayah mertuanya itu masih kebingungan. Kim pun menjelaskan semuanya pada mertuanya. Menjelaskan bagaimana lim dan mario bisa berada disini dan semuanya dijelaskan detail oleh kim agar ayah mertuanya itu tak salah paham. Setelah mendengar semua pernyataan kim, appa jennie masih tak percaya juga.

"Ini semua pasti ulah kalian agar aku memaafkan dia kan..?" Ucapnya sambil menunjuk lim. Ia tertawa remeh lalu hendak pergi meninggalkan mereka semua.

"Apa yang mereka bilang semuanya benar tuan. Maafkan aku, aku hanya dibayar. Aku... aku terpaksa agar semua hutangku lunas. Nona Joy bersedia membayarku asal aku mengikuti perintahnya." Jelas mario yang kini membuka suaranya. Tuan kim pun mengurungkan niatnya dan kini menatap tajam mario. Ingin sekali saat ini ia menghajar mario yang jelas sudah mengasari anaknya didepan mata Tuan Kim.

"Kau tau, betapa sakit hatiku sebagai seorang ayah menyaksikan anaknya disakiti oleh orang sepertimu. Sementara sejak kecil dia selalu kujaga dan aku  membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Lalu kau seenaknya menyakitinya baik fisik maupun batinnya." Tuan kim meninggikan suaranya menatap kesal pada mario.

Masih sangat diingatnya bagaimana ia menampar jennie didepan dirinya dan berkata kasar pada jennie tanpa merasa berdosa saat itu.

"Maafkan aku tuan..." hanya itulah kata yang bisa diucapkannya, berharap ia akan dimaafkan oleh pria paruh baya itu dan membiarkannya terbebas.

"Dan kau lim.." ucapnya kini menatap lim.

"Karna kejadian ini anakku seperti orang depresi. Seandainya kau mendengarkanku dulu untuk tak kembali ke florida, semuanya tidak akan seperti ini." Diingatkan kembali masalah yang pernah mereka bahas. Namun lim hanya diam,  dia tak mengingat jika mereka pernah berdebat masalah tempat tinggal seperti ini.

"Appa, lim tidak mengingat apapun. Jangan dulu dibahas terlalu jauh." Kim mengingatkan ayah mertuanya yang sudah termakan emosi. Masih dengan keadaan genting, tiba-tiba ponsel kim berdering dan langsung dilihatnya jisoo menelfon.

"Yeoboseo babe..." sahutnya, mendengar ucapan jisoo raut wajahnya langsung berubah. Panik, itulah yang dirasakannya sekarang. Melihat ekspresi kim membuat ayah mertuanya penasaran apa yang disampaikan jisoo. Begitu juga dengan lim yang sebenarnya sedari tadi perasaannya tak enak. Seperti khawatir dan terbayang wajah bidadari yang ada dicover majalah lama yang selalu dilihatnya setiap saat.

"Ada apa kim...?"

------------------------------------------------------------------










"Tolong lebih cepat chang...." ucap eomma jennie panik. Ia memburu sopirnya untuk cepat menuju rumah sakit karna jennie mengeluh perutnya sakit. Sepertinya hendak melahirkan, membuat eomma jennie dan jisoo panik bukan main.

Sampai dirumah sakit, jennie langsung dibawa menuju ruang bersalin. Didalam dokter memeriksa keadaan jennie yang ternyata benar hendak melahirkan.

"Masih pembukaan keempat dok.." jelas sang perawat.

"Kita tunggu sampai posisi bayi benar-benar siap." Ucap sang dokter. Sementara jennie sudah merasakan perutnya nyeri membuatnya selalu meringis kesakitan.

"Sabar jen... kamu yang kuat ya nak.." ucap eomma jennie menenangkan. Namun nampaknya tak berarti untuk jennie,

"Popoo sakiitt...." lirihnya merasakan perutnya yang semakin sakit. Mendengar jennie memanggil lim, eomma jennie langsung keluar mencari jisoo.





Perfect Soul 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang