🍓37

5.5K 386 23
                                    



Menghabiskan waktu 1 minggu di swiss, kini keluarga Kim kembali ke korea dan menjalani aktifitas masing-masing. Somi yang berharap dapat melahirkan di swiss ternyata hanya angan-angan saja.

Ia sempat kecewa karna ingin melahirkan di swiss tapi tak kesampaian membuat suho bingung. Suho mencoba memberi pengertian pada somi mengenai tempat kelahiran buah hati mereka kelak.

"Nggak apa-apa sayang. Nggak harus di swiss kan melahirkannya. Yang penting kamu dan anak kita sehat." Ucapnya memberi pengertian. Somi hanya bisa pasrah menuruti keinginan suho, jika suho sudah berbicara melemah ia tak bisa memaksa lagi.




Lain halnya dengan jisoo, anak sulung Tuan Kim itu masih saja menagih janji untuk berlibur ke italy pada suaminya. Namun naasnya saat akan berlibur, perusahaan Daddy kim di Thailand mengalami masalah sehingga ia harus turun tangan membantu menyelesaikannya. Dan karna itu juga yang membuat jisoo merajuk pada suaminya.

"Sabar babe. Nanti setelah pulang dari Thailand aku bakalan ajak kamu dan jihoo ke italy.." ucapnya mencoba membuat jisoo mengerti. Namun sang istri masih tetap merajuk dan kini malah membiarkan kim pergi ke thailand.

"Nggak peduli. Pokoknya nggak ada jatah buat kamu sebulan.!" Ucap jisoo penuh penekanan. Kim mencoba menenangkan dirinya dengan ancaman jisoo yang padahal ia sangat takut akan ancaman mengerikan itu.

"Yaudah kalo nggak mau. Aku juga gak akan pulang lagi ke korea." Balasnya santai lalu menarik kopernya hendak pergi. Jisoo diam, ia tak bisa berbicara lagi hingga ia hanya bisa menangis mendengar ancaman kim.

Kim berhenti di depan pintu, berharap jisoo akan menahannya untuk pergi. Namun yang didengarnya hanya isakan tangis sang istri membuatnya menghela nafas lalu berbalik mendekati istrinya.

Ditatapnya wajah cantik sang istri yang kali ini membuat dirinya juga hendak menangis. Ia sudah berjanji takkan membuat istrinya menangis, tapi kali ini malah air mata tumpah dipipi sang istri dan rasa bersalah yang melanda dirinya.

Ia pun berjongkok, menyamakan dirinya dengan sang istri yang tengah duduk ditepi ranjang. Sedikit mendongak lalu tangannya menangkup wajah istrinya dan menghapus air matanya.

"Aku sudah bilang bahwa aku benci melihatmu menangis. Aku juga pernah bilang bahwa aku akan menghukum orang yang membuatmu menangis. Dan kali ini aku yang membuat kamu menangis. Hukuman apa yang pantas untukku kali ini hmm..?" Tanyanya pada jisoo. Jisoo membuka matanya menatap kim yang wajahnya terlihat menyesal.

Ia sadar akan keegoisannya yang sudah membuat sang suami bingung.

"Apa aku harus menjadikan diriku makanan buayaku sendiri agar bisa menebus kesalahanku..?" Tanyanya pelan namun menyakitkan untuk jisoo. Sang istri langsung menggeleng cepat dan langsung memeluk suaminya erat-erat.

"Mian. Mianhe babe... aku salah.." ucapnya dengan tangis sesegukan. Kim mengurai pelukan mereka dan menangkup kembali wajah jisoo. Lalu dikecupnya dengan lembut bibir sang istri yang refleks membuat jisoo langsung membalasnya. Setelah beberapa saat, kim pun melepas pagutan mereka dan mengusap pipi jisoo dengan sayang.

"Aku janji, janji akan pulang secepatnya. Setelah itu kita akan pergi ke Italy sesuai keinginan kamu." Ucap kim membuat jisoo mengangguk. Jisoo kembali memeluk kim dan sang suami membalasnya,

"Saranghe babe." Ucapnya Lirih tepat ditelinga kim.

"Nado." Balas kim lalu mengecup pipi jisoo tanpa melepas pelukan mereka. Dan setelah beberapa menit jisoo tak juga melepas pelukan mereka hingga kim melirik jam tangannya.

"Babe, 30 menit lagi aku berangkat." Ucap kim, namun jisoo menggeleng dalam pelukan kim.

"Tunda.! Peluk mommy sampai tidur baru daddy boleh pergi." Ucapnya dengan nada manja. Kim sampai heran sendiri mengapa jisoo sangat manja dengannya hari ini. Langsung saja pria itu mengurai pelukan mereka dan kembali melucuti jas dan kemejanya.

Perfect Soul 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang