🍓20

5.5K 361 37
                                    

Jam menunjukkan pukul 3 pagi waktu korea. Sementara bambam tiba-tiba terbangun dengan nafas yang memburu. Entah apa yang dimimpikannya, kini ia terduduk diranjang dan menyandarkan dirinya. Ia masih mengatur nafasnya, dan hal itu pula mengagetkan sang istri yang tertidur disebelahnya.

"Wae chagi..?" Tanya rose heran. Bambam menatap rose sambil masih mengatur nafasnya. Ia mengambil air putih diatas nakas dan menenggaknya hingga tandas.

"Ibu mendatangiku dimimpi.." ucap bambam membuat rose kaget.

"Jinjja...?" Bambam pun mengangguk,

"Ibu bilang aku harus menjaga hyung lim. Ayah dan noona ku juga ada." Ucap bambam sedikit panik. Rose pun mengusap lembut bahu suaminya.

"Tenanglah chagi, mungkin ayah, ibu dan lisa unnie merindukanmu. Bagaimana jika kita berkunjung kemakam mereka..?" Saran rose. Namun bambam menggeleng.

"Anni, aku rasa bukan karna itu." Ucap bambam lagi. Ia kembali terdiam memikirkan maksud mimpinya tadi.

"Aku akan menelfon hyung lim," ucapnya cepat dan langsung mengambil ponselnya.
Beberapa kali bambam menelfon namun belum juga terangkat membuat bambam semakin khawatir.















"Yeoboseo bam..." jawab lim dari seberang sana membuat bambam bernafas lega. Setelah hampir setengah jam ia mencoba menelfon lim akhirnya dijawab juga.

"Ah hyung, mian menelfonmu." Ucap bambam gugup.

"Ne... gwaenchana. Ada perlu apa hmm..? Sampai berulang kali menelfonku..?" Tanya lim dari sana. Bambam langsung menatap rose dan rose menggeleng. Ya, dia mendengar semua percakapan kakak beradik itu. Rose hanya tak mau membuat lim berfikiran macam-macam.

"Ani hyung, hanya ingin menanyakan kabar hyung dan jennie nuna.." jawab bambam sedikit gugup.

"Ah chal chinaeyo. Kalian bagaimana hmm..?" Tanya lim balik.

"Baik hyung..." jawab bambam singkat.

"Mian lama mengangkat telfonmu. Aku sedang meeting tadi." Ucap lim dari sana.
Bambam lega mengetahui hyungnya baik-baik saja.

"Geurae... kalau begitu aku tutup dulu hyung. Salam untuk jennie nuna..." ucap bambam mengakhiri telfon mereka setelah lim menjawabnya. Ia tersenyum lebar kearah rose yang juga tersenyum padanya.

"Benar kan. Ayah, ibu dan noona sedang merindukanmu.." ucap rose menenangkan suaminya. Bambam pun mengangguk lalu mengajak rose tidur kembali.

"Cha, kita lanjut tidur nee." Ajak bambam dan rose mengangguk.





Usia kandungan jennie kini sudah menginjak 3 bulan. Perutnya sudah kelihatan sedikit membuncit. Sesi mengidamnya masih dirasakannya. Tapi tak seextreme dulu, sekarang ia hanya suka mengidam makanan pada lim. Setiap melihat iklan makanan, rasa laparnya seketika muncul membuat lim harus bersedia membuatkan atau membelikannya.

Saat ini,  lim mengantar jennie untuk memeriksa kehamilan sang istri. Mereka rutin mengecek kandungan ke dokter memastikan bahwa janinnya baik-baik saja.

"Kondisi bayinya normal. Semuanya baik-baik saja tuan, rajin terus berolahraga ya nyonya. Makanlah makanan yang sehat, dan hindari makanan cepat saji." Ucap sang dokter. Jennie mengangguk mengerti karna hal itu juga ia lakukan sehari-hari.

Lim dan jennie kini keluar dari ruangan sang dokter. Lim hari ini tak bekerja, ia merasa harus memprioritaskan jennie yang sedang hamil. Bahkan ia sudah menolak untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan asal brazil karna ia tak bisa visit kesana. Ia benar-benar tak ingin meninggalkan jennie yang kondisi kehamilannya semakin membesar.

Perfect Soul 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang