🍓38

6K 379 21
                                    

Setelah terbangun dari tidur mereka karna mendengar tangisan key dipagi hari, jennie dan lim bergegas menyiapkan semuanya. Mandi secara bergantian, mengurus key, dan setelah rapi mereka turun kebawah dan melihat rose tengah sarapan sambil menyuapi woojin.

Ya, bayi rose yang sebentar lagi menginjak satu tahun itu memang rajin bangun pagi. Tidak seperti bambam appanya, bambam sedikit susah untuk bangun pagi hingga membuat rose sedikit kewalahan menghadapinya.

"Pagi rose, dan sitampan woojin.." sapa jennie sambil mencolek pipi woojin. .

"Pagi unnie, oppa, ayo key makan bareng woojin." Ajak rose dengan ramah dan mereka pun memulai sarapan bersama. Namun tak nampak batang hidung bambam pagi ini membuat lim bertanya-tanya.

"Kemana bam rose.? Mengapa belum sarapan.?" Tanya lim penasaran.

"Ah itu oppa, bam pergi florida tadi pagi-pagi sekali. Ada urusan pekerjaan katanya jadi tak sempat berpamitan pada oppa dan unnie." Jawab rose yang masih fokus menyuapi woojin. Mendengar bambam pergi ke florida untuk masalah pekerjaan, lim pun kembali terdiam dan kini menunduk lesu.

Merasa bersalah lagi karna membebankan pekerjaan pada bambam. Jika dulu ia tak membuka perusahaannya sendiri di florida dan sampai membuka cabang dijepang, mungkin semuanya tidak akan seperti ini fikirnya.

Ia merasa tidak enak pada rose, gara-gara bambam membantunya mengurus perusahaan adik iparnya menjadi sering ditinggal pergi oleh suaminya.

Sadar lim yang diam sambil menatap kosong kelantai, jennie membuyarkan lamunan lim agar tidak melamun.

"Popoo kenapa..?" Tanya jennie heran, lim menatapnya kemudian menggeleng sambil tersenyum.

"Nggak apa-apa. Cha, kita makan." Ajak lim lalu mengambil sarapannya. Jennie masih penasaran, namun ia kembali fokus memberi makan key sambil ia sarapan.

Beberapa menit kemudian mereka selesai sarapan dan duduk bersama diruang keluarga. Tampak disitu jennie dan rose berbincang sambil menjaga bayi-bayi mereka. Sementara lim hanya memperhatikan mereka yang kelihatan akrab baik ipar maupun sepupu itu.

"Ah iya unnie oppa, aku nanti pamit pulang kerumah appa dan eomma ya. Mungkin sampai bam pulang, unnie dan oppa tidak apa kan..?" Tanya rose pada mereka. Jennie melihat kearah lim dan sejenak lim juga menatap balik sang istri.

Ia lalu tersenyum lalu mengangguk pada rose.

"Ne, sampaikan salam pada semuanya dari kami ya." Ucap lim dan rose mengangguk mengerti.

Supir pribadi keluarga Park datang untuk menjemput rose dimansion manoban. Rose pun berpamitan pada lim dan jennie lalu masuk ke mobil setelah barang bawaanya dimasukkan kemobil oleh supirnya.

Setelah rose meninggalkan mansion manoban, tampak keadaan mansion menjadi sepi karna tak ada celotehan woojin seperti biasa. Lim pun masuk ke ruangan kerja lamanya, melihat-lihat lagi isinya kedalam dan kondisinya masih sama.

Dibacanya kembali berkas-berkas kerjanya sambil mencoba mengingat-ingat kembali masa lalunya. Ia duduk dikursi kebanggaannya, ingin kembali rasanya ia merasakan bekerja seperti biasa. Melihat dirinya yang hanya berdiam diri dirumah, membuatnya merasa seperti orang yang tidak ada gunanya.

Seharusnya lelaki bekerja keras untuk membahagiakan anak istrinya bukan.? Dan seorang ayah juga harus bekerja keras untuk kelangsungan masa depan anaknya dan keluarganya kelak. Tapi yang dilakukannya hanya berdiam diri dirumah membuatnya merasa tidak berguna.

Ia duduk bersandar dikursi kerjanya sambil menghempaskan nafasnya kasar. Dipejamkannya matanya berharap dapat jalan keluar untuk masalahnya kali ini.

Perfect Soul 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang