12. Your Lips so Kissable

891 50 0
                                    

Dan..

Keluarlah cairan menjijikan itu. Ia muntah di hadapanku. Dengan mengernyit sedikit jijik aku segera menghampirinya. Aku mengangkat tubuhnya yang lemas dan memaksanya keluar dari mobilnya.

Aku menopang tubuhnya. Dan mengantarnya ke mobilku.

Setelah menidurkannya ke kursi belakang, aku langsung mengambil tisu dan melap mulutnya dengan lembut dan melap tubuhnya yang terciprat muntahan itu. Kenapa mendadak aku ingin sekali menjadi tisu?

Setelah selesai, aku membuang asal tisu itu dan kembali ke mobil Red. Menutup atap mobilnya dan mencabut kuncinya. Menutup juga mengunci mobilnya. Lalu kembali ke mobilku dan menyetir.

"Harry?" Panggilnya dengan suara parau. Aku melirik sebentar ke arah spion lalu bergumam.

"Hm?"

"Mobil Aubrey di mana?"

"Gue tinggal. Nanti gue suruh orang buat anterin mobilnya lo tenang aja."

"Tapi, itu mobil Aubrey!"

"Tenang aja. Gue langsung suruh sekarang."

Red's PoV

Kepalaku terasa berputar dan kehilangan keseimbangan. Aku tahu, akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dan tak tahu waktu untuk terus bekerja dan membangun namaku sebesar mungkin.

Aku mulai duduk meski masih bersandar dengan manja. Karna bisa ku lihat Harry terus memperhatikanku dari kaca spion-nya dan aku tak ingin memperlihatkan kelemahanku padanya. Aku berusaha bangun.

"Makan yang pedes enak kayaknya." Kataku polos. Lagi-lagi Harry melirikku. "Boleh. Mau beli cabe berapa kilo?" Tanyanya sambil tertawa garing. Dan aku tak sedikitpun tertawa.

"Oke. Mau beli apa?" Tanyanya. "Gak jadi." Tolakku yang keburu bosan.

Aku menguap dan menggeliat. Ada apa dengan si keriting ini? Ia terus memperhatikanku, membuatku..

Takut.

"Apa lo liat-liat?" Teriakku sewot. Ia memalingkan pandangannya dan kembali fokus. "Muntahnya belom bersih tuh. Bau! Jangan geer lo!" Cetusnya membuatku kesal.

"Heh iting! Kalo mau bilang gitu dari tadi kek! Pake ngatain lagi!!!"

"Lagi mens yah?"

"Styles!!"

"Stoner!!!"

Balas bentaknya. Aku langsung terdiam kaget dan menunduk. Kenapa Harry jadi kasar sih?

"Gak suka kan di teriakkin orang? Diem aja deh di belakang sana! Repot banget. Duduk manis dan tutup mulut!" Katanya. Aku terdiam lagi-lagi dibuat takut olehnya.

Belum lama setelah itu ia kembali melirikku.

"Sorry." Bisiknya ragu. "Its okay." Balasku. Ia menghela napas dan menoleh ke arahku. Bukan melirik.

"Pindah ke depan bisa? Gue udah kayak supir aja sih." Sewotnya. Aku mengangguk dan melangkah ke depan dengan masih memegang kepalaku yang terus berputar ini. Masih diam dan tersinggung.

Harry lalu menepi ke sebuah kedai malam. Aku melotot, mau apa dia membawaku ke tempat remang-remang seperti ini? Hatiku bertanya-tanya.

"Harry?"

Teriakku. Namun ia tak me-respon.

Aku turun dari mobil dan menyusulnya dengan kesal. Saat masuk, Harry sedang membungkus sesuatu lalu membayarnya. Setelah itu ia menuntunku keluar dan memberikanku bungkusannya.

"Nih. Saosnya cukup?" Katanya menyodorkanku fish and chips yang baru ia beli tadi. Lagi-lagi dugaanku meleset. Kenapa aku selalu berpikir buruk padanya?

Aku mengangguk puas lalu mulai menyantap fish and chips yang ia berikan dengan lahap. Ia tersenyum geli melihatku. Manis sekali. Senyumnya sangat manis.

Kami kembali masuk ke mobil dan meneruskan perjalanan.

**

"Kalau gak salah ini kan?" Tanya Harry sambil mendongak mencari tulisan 'Civil War' yang tertera di sana. Aku mengangguk dengan sesendok ice cream yang Harry belikan di dalam mulutku. "Emang ini. Lo sih lama nyetirnya! Jadi tutup deh.". "Gak kebalik ya? Kalo aja lo gak nyelakain diri lo sendiri dan banyak mau perutnya pasti daritadi kita nyampe!" Sangkalnya. Aku terdiam dan cemberut.

"Kebiasaan! Marah. Marah." Goda Harry. Aku masih memalingkan wajahku. "Heh Merah! Mau ke mana kita sekarang?" tanyanya. "Kita? Lo balik aja sendiri." Kataku dengan pede.

"Yaudah!!"

"Yaudah!"

"Turun tulalit!"

"Kok gitu?"

"Gue disuruh balik kan? Ya udah turun sana! Cari taksi terus balik deh." Ancam Harry. Aku menatapnya dengan marah.

"Apa?" Tantangnya.

"Anterin gue balik!"

"Males."

"Harry!!!" Bentakku dengan keras. Tapi dia menyodorkanku pipi dimple-nya itu. Oh god. Kok deg-deg-an?

"Sun dulu dong!"

"Gak mau!"

"Ya udah." Lagi, ancamnya. Karena muak, baiklah aku turun.

Saat hendak membuka pintu dengan kesal, Harry menarik tanganku.

"Bercanda. Sensi amat sih. Iya gue anterin ah elaaah!" Keluhnya. Aku kembali duduk. Aku juga hanya mengancamnya. Mana berani aku turun malam-malam seperti ini dan pulang sendiri?

**

"Besok lo ke sini lagi yah?"

Pintaku dengan lembut. Ia mengerenyit.

"Enak banget lo nyuruh-nyuruh gue. Lo pikir Birmingham-London deket?" Tolaknya. "Ini menyangkut mimpi gue Harry, please." Mohonku. Ia menatapku menerawang. Tidak, ia menatap bibirku. Aku menarik bibirku dengan lidahku dan menyembunyikannya kedalam mulutku.

Aku mendehem dan dia pun terperanjat kaget. Ia menghela napas dan mengurut kedua matanya membelakangiku.

"Sorry." Katanya masih membelakangiku. Aku menyentuh pundaknya dan ia pun menoleh. "Sorry kenapa? Bisa bantuin gue?" Tanyaku pura-pura tak tahu dan berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Bisa. Gue nginep aja di sini."

"Apa?"

Asal sekali bicaranya.

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang