14. I Will Get Her

847 45 0
                                    

Aubrey berteriak kaget sambil melemparku bantal sofanya. Secara reflex aku langsung berdiri.

"Ini gak seperti yang lo liat!" Balas teriakku. Ia masih menatapku tajam dan terengah kaget. Begitupun aku. Seketika Red bangun.

Ia menatap Aubrey. Lalu menatapku.

"Kenapa sih kalian? Udah pagi yah?" Tanya Red. Aku dan Aubrey bertukar tatap lalu kami berdua menggeleng membuat Red teraneh.

Tanpa banyak bertanya dia kembali tidur membelakangiku. Aku dan Aubrey kembali saling tatap.

"I'll watching you curly!" Ancamnya. Aku mengangguk sambil pergi dari hadapannya menuju kamar.

Ya Tuhan. Apa yang baru saja terjadi?

Sambil bercermin aku mengusap wajahku beberapa kali.

Kenapa aku harus berpikir beberapa kali untuk mencium Red? Harry bodoh!

Astaga! Apa yang aku pikirkan? Tidak Harry.

Tapi, bibir itu? Aarrgghh!!!

*skip

"Styles! Wake up!!!"

Suara yang ku abaikan sedaritadi itu semakin keras. Aku menggeliat dan menguap.

Memakai pakaianku dan membuka pintu kamar.

"Ada temen lo!"

Kata Red dengan jutek seperti biasanya.

Itu Niall. Aku menyuruhnya mengantar mobil Aubrey ke sini. Niall dan Aubrey sedang mengobrol.

Kheem..

Niall menoleh.

"Eh Hazz. Noh! Mobilnya udah gue bawa. Gue balik yah?" Pamitnya terburu-buru. Aku mencegahnya.

"Kok gitu? Nemenin gue bisa dong?" Pintaku. Niall menggelengkan kepalanya sambil mengerut halis. "Enggak ah! Gak mau ganggu." Katanya sambil melangkah pergi.

Saat hendak keluar, Niall melewatiku dan berbisik.

"Gimana? Udah lo cium?" Tanyanya sambil menatap nakal. Aku membelakakan mataku takut Red mendengarnya. Aku langsung menimpuk Niall.

"Belom!"

"Ah cemen! Gue yang bilang!"

"Jangan oon!"

"Kenapa?"

Red mulai melirik kami berdua.

"Hahahah lo lucu banget sih Niall!!" Ejekku. Aku melirik Red dan dia menghampiri kami membawa dua gelas kopi.

"Awas lo kalo ngomong macem-macem!" Ancamku berbisik. Niall tidak menjawab lalu ia menyambut Red.

"Wow. Thanks." Katanya dengan membawa gelas itu lalu meneguknya seperti belum minum selama dua tahun. Hingga habis.

"Ahh. Enak! Red, Capuccino buatan mu?"

"Ya?"

"Numero uno!"

Niall tertawa disaat kami teraneh melihat tingkahnya. Red berlalu masih dengan langkah juteknya. Aku memperhatikannya dari atas sampai bawah. Kembali ke atas lalu ke bawah. Kembali ke..

"Woy!"

Niall membuyarkan lamunanku. "Yang bule itu buat gue yah?" Pintanya. Aku mengernyit. "Aubrey?" Tanyaku. Dia mengangkat halisnya beberapa kali sambil menyeringai. "Udah sana mau balik balik aja." Usirku. Ia kembali tertawa.

"Awas lo jangan godain yang pirang ya? Gue titip. Nanti gue ke sini lagi!" Katanya sambil melangkah pergi.

"Red. Gue balik! Dan nona Aubrey, aku pergi dulu!" Godanya. Aubrey tersipu disaat Red menatap Niall dengan jijik.

Kurasa akan sangat sulit mendapatkan Red.

Saat Red mandi..

"Kalian mau kuliah?" Tanyaku pada Aubrey yang bersandar di tembok rumah sambil meneguk wine. Dia mengangguk. "Ini gue lagi nungguin dia! Dia suka mandi lama, tapi gak pernah bersih!" Ejeknya. "Terus ngapain dia lama-lama di toilet? " Tanyaku penasaran. Aubrey meneguk lagi wine-nya lalu menjawab. "Gue juga gak pernah ngerti. Dia bilang cari inspirasi. Entahlah! Kadang gue juga gak ngerti sama jalan pikirannya. Tapi, itu yang bikin gue sayang banget sama dia. Dia selalu ngehibur gue dan bikin gue ngerasa jadi lebih dewasa dengan tingkah kekanak-kanakannya." Jawabnya. Aku tersenyum kagum.

"Eh. Tadi malem lo mau nyipok Red ya?" Tanya Aubrey frontal. "Ssshhh!!" Aku menyuruhnya bungkam. Sambil melihat ke sana kemari takut Red menguping.

"Red yang minta!" Alibi-ku. "Oya? Gue tanyain ke Red nih!" Ancamnya. Lagi-lagi aku mencegahnya. "Jangan! Red-nya lagi ngigo!" Kataku. "Udah tau dia ngigo, kenapa lo layanin?" Tanya Aubrey. Aku terdiam sambil cemberut. Aubrey lalu menertawaiku.

"Gue tau kok lo suka sama dia. Ngaku aja deh!" Godanya sambil menyenggol bahuku. Sambil tersipu, aku menggaruk kepalaku. "Kayaknya sih." Aku mengakui. Aubrey tersenyum.

"Mau bantuin gue gak?" Tanyaku. Aubrey mendongak dan mendengarkanku.

"Lo pergi duluan ke kampusnya. Biar Red gue yang anter. Plis!" Mohonku. "Kalo ntar dia marah sama gue gimana?" Tanyanya. "Gak akan. Gue bakal bikin dia senyaman mungkin jalan sama gue. Gue pengen banget deketin dia. Mumpung gue di sini." Pintaku sedikit memaksa. Aubrey menimbang-nimbang dan akhirnya dia setuju.

Dia pergi. Aku bersiap. Setampan mungkin.

*skip

"Aubrey mana?" Tanyanya dengan sibuk memasang bracelet merahnya. Jika ku perhatikan, ia selalu memakai bracelet butut itu.

"Dia udah duluan. Katanya mau ngerjain tugas." Jelasku sambil menghampirinya. Dia menganga.

"Gimana bisa? Dia kan sekelas sama gue? Seinget gue semua tugas udah dikerjain kok!" Katanya. "Aduh. Gue gak tau! Emang kenapa kalau Aubrey duluan?" Tanyaku sambil mengambil tangannya berniat memasang bracelet itu. Namun dia menolaknya dan bersikeras memasangnya sendiri. Aku menghela napas.

"Ya, gue gak ada tumpangan." Alasannya. "Gue anter aja." Tawarku. "Gak usah lah! Gue naik taksi aja." Tolaknya sambil berlalu dari hadapanku.

Aku menarik lengannya hingga wajahnya berhadapan denganku. "Jangan sok bisa hidup sendiri kalo lo gak bisa!" Bisikku mencoba membuatnya memerah.

Benar saja. Dia terlihat sangat gugup ketika aku menyentuh lengannya. Lalu..

"Masangin gini aja gak bisa. Apalagi berangkat ke kampus?" Ledekku setelah memasang bracelet-nya. Red menghela napas lega.

"Ya udah cepet!" Katanya sambil menyembunyikan wajah itu. Wajah salah tingkah.

Aku tersenyum puas dan mengikutinya keluar. Setelah di luar, aku melangkah menuju mobil sementara Red mengunci rumahnya.

**

Karena aku tahu dia suka lagu lama, aku memutar radio dengan saluran khusus lagu lawas.

"Let's rock! Everybody, let's rock! Everybody in the whole cell block was dancin' to the Jailhouse Rock." Gumamnya tak jelas saat mendengar lagu Elvis Presley ini mengabaikanku sambil berkutat dengan iPhone-nya. Juga menikmati lagu hingga tubuhnya tak bisa berhenti bergerak.

"Lagi ngapain sih?" Tanyaku. Dia menoleh sambil tersenyum. Sepertinya mood-nya mulai membaik.

"Lagi nge-post cerita." Jawabnya simpel namun penuh keceriaan.

Lalu aku bertanya..

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang