30. Almost There

558 45 0
                                    

Red's PoV

"Apa ada yang mau lo tanyain ke gue?" Tanya Harry menatap mataku lekat-lekat. Aku menggeleng gugup. "Ayolah. Apa aja!" Mohonnya. Sebenarnya aku punya satu pertanyaan yang membuatku begitu penasaran pada Harry.

"Lo pake parfum apa?" Tanyaku polos yang lantas saja membuatnya tersenyum manis. Mungkin ia kaget dengan pertanyaanku yang konyol. Tapi entahlah aku tertarik.

"Kalo gue kasih tau, tar lo beli dan gak mau deket gue lagi?" Godanya. Kenapa malam ini Harry menjadi penggoda? Tapi aku tergoda. Eh.

Aku menggelengkan kepalaku. "Enggak lah! Itu kan parfum cowok. Cuma mau tau aja." Alibiku. Ia menatapku dan tersenyum "Black Code." Ucapnya. Aku mengangguk puas. Entah kenapa aku begitu senang tidak lagi penasaran dengan bau apa yang selalu membuatku nyaman jika berada di dekat Harry. "Gue bakal pake terus kalo lo seneng!" Tambahnya. God! Aku blushing!

"Lo?" Tanyaku tiba-tiba. "Lo apa?" Tanyanya. "Lo ada yang mau ditanyain sama gue?" Tanyaku. Ia menggeleng. "Sebenernya ada. Tapi gue udah tau jawabannya!" Katanya membuatku bingung. Bagaimana bisa ia mengetahui jawaban yang belum sama sekali ia tanyakan?

"Gue gak ngerti!" Kataku.

Dia..

Dia..

Dia..

Oh my God.

Dia..

Mendekat.

Dia melingkarkan lengan kekar itu ke pinggangku dan menarik mendekatinya.

Tidak, aku tidak menatapnya kembali. Aku menyembunyikan wajah merahku ke permukaan dada bidangnya yang baru kurasakan sangat kekar dan hangat.

Ia menunduk memaksaku menatapnya. Perlahan aku mendongak dan menemukan wajahnya tak berjarak dengan wajahku.

"Stoner.."

"Iya Styles.."

"Gue.."

"Harry, Red!" Teriak Aubrey membuat kami sama-sama terperanjat. Harry refleks melepaskan pelukannya. Semoga Aubrey tidak memergoki kami.

Akhirnya ia menemukan kami. Ia menepuk dahinya dan berjalan ke arah kami.

"Kalian ke mana aja? Semua udah siap take! Sana cepetan!!!" Perintah Aubrey membuat Harry geram. Aubrey yang tidak mengerti mengirimku kode. Kenapa Harry?

**

"Red, tadi lo ngapain sama Harry?" Introgasi Aubrey. Aku membersihkan make-up ku bercermin. "Gak ngapa-ngapain. Ngobrol doang!" Jawabku sederhana. "Padahal gue ngarep kalian lebih loh!" Kata Aubrey yang lantas saja mendapat lemparan tatapan aneh dariku ke arahnya. "Kok gitu?" Aku mengahampirinya ke ranjang. "Gak tau. Gue suka aja ngeliat kalian berdua. Cocok." Komentarnya. Aku tersenyum mendengarkan tanggapan Aubrey.

"Ngomong-ngomong, lo udah siap kan sama adegan kissing lo sama Harry besok?" Tanyanya. Aku menghela napas. Entah harus memulai dari mana. "Gue sebenernya gak mau dan gak siap!" Kataku membuat Aubrey terkejut. "Kenapa?" Tanyanya. "Itu berarti ciuman pertama gue sama Harry bakal di publikasi. Dan gak tau kenapa gue gak suka aja." Jelasku. Tapi penjelasanku malah membuat Aubrey mengerenyit heran. "Ciuman pertama lo?" Tanya Aubrey. Aku mengangguk. "Loh. Niall bilang kalian udah pernah kissing?" Kata Aubrey membuatku kaget tentu saja. Kapan?

"Loh. Emang Niall bilang apa sama lo?" Tanyaku keheranan. Melihat reaksiku, Aubrey tidak mau lagi meneruskan pembicaraannya. Kenapa?

Aubrey's PoV

"Gue ngantuk." Ucapku menyisakan ribuan tanda tanya di benak Red. Kenapa aku jelaskan ini padanya? Niall sudah mewanti-wantiku jika Harry tak tau apa Red sadar atau tidak hari itu.

"Loh kok gitu sih? Gue penasaran! Ceritain dong!" Rengeknya dengan manja khas Red. Aku tidak bisa. Bagaimana beralasan ini?

"Besok deh kita bahasnya. Ceritanya kan panjang benget gitu. Yah? Gue ngantuk banget nih." Alasanku membuat Red bungkam. Aku tahu Red pelupa, dan besok ia takkan menagih apapun padaku. Red mengangguk dan mulai menarik selimutnya terbaring di sebelahku.

Harry's PoV

"Yes!!!" Aku berteriak di hadapan Zayn ketika menghadapi kertas skenario yang kugenggam. "Tau deh yang besok ada adegan hot bareng Red!" Ledek Zayn. Sudah biasa memang, aku selalu ingin tidur bersama Zayn dari pada dengan the boys lainnya. Karena Zayn terhitung paling rapi dan susah dibangunkan. Entahlah, mambuatku nyaman.

Aku duduk di sampingnya yang sedang memandangi foto Perrie. "Lagi kangen yah?" Tanyaku. Zayn mengangguk. "Gak enak banget rasanya! Kalau aja di dunia ini dikasih pilihan antara jatuh cinta atau enggak, gue lebih milih enggak! Ya gini nih. Kalo marah sait hati, kangen juga sakit hati. Segala sakit hati lah!" Jelasnya panjang lebar. Kalau Zayn tidak ingin jatuh cinta, kenapa aku justru mengejar cinta?

"Emang gitu ya Zayn?" Tanyaku serius. Zayn mengangguk. "Gak usah didengerinlah! Cinta itu indah!" Timbrung Niall yang tiba-tiba saja menghampiri kami. Yaah gagal deh tidur tenang bersama Zayn.

"Lo udah jadian sama Aubrey?" Tanya Zayn. "Udah dong!"

"Ah serius lo?" Aku menanggapinya dengan kaget. "Serius dong!" Niall semakin membuatku kepanasan. "SMS Aubrey ah! Mau nanyain, bener dia udah jadian sama Niall?" Ancamku. Niall merebut iPhone-ku dan mencegahku melakukan itu. "Jangan! Ya udah deh belom. Tapi kan lagi proses?" Niall mengakui. Aku dan Zayn tersenyum geli.

Kami lalu terpejam bersama. Tak bisa menunggu hingga besok.

*skip

"Aah syukurlah!" Kataku Red yang menunduk di punggungku, menenggak lalu aku pun berjalan menuju gua itu.

Aku masuk masih dengan menggendong tubuh Red yang ringan. Aku menurunkan Red perlahan membuatnya langsung duduk tersimpuh di situ. Lalu..

Aku membuka bajuku dan memeras airnya di depan Red. Aku tahu ia begitu gugup memperhatikanku begitupun aku.

"Ini. Pakai baju aku. Belum terlalu basah kok!" Aku menawarkannya. "Terus lo?" Tanyanya. "Udah pake aja!" Jawabku memaksa. Red pun mengambilnya. Aku langsung menghadap keluar ketika Red mengganti bajunya. Ingin sekali aku melihat. ??

Red menaruh baju basahnya di belakang setelah diperas. Sehabis itu ia langsung duduk di sebelahku.

Rambutku menjadi sedikit lurus dan panjang karna kebasahan dan itu menutupi dahi dan mataku. Sengaja dibuat agar Red kesulitan melihat wajahku. Ia pun serupa, rambutnya basah dan berantakan.

Red menggesek-gesek tangan dengan telapak tangannya secara menyilang karena kedinginan. Aku melihatnya. Maksudku memperhatikannya dan membuang lagi tatapanku ketika ia memergokiku sedang menatapnya. Entah kenapa saat ini suhu memang dingin. Aku tak mengenakan sehelai kain pun ditubuhku. Aku tertunduk dengan kedua lengan yang memeluk kedua lututku sambil bergetar membelakangi Red.

"Harry.." Panggilnya. Kenapa suara paraunya sangat indah dan membangkitkanku? Ia menatapku sambil menyentuh pundakku. Aku pun berbalik dan.. "Eemmhh?"

"Kamu baik-baik aja?" Tanyanya, aku pun membalikkan tubuhku ke arahnya dan mengangguk sambil tersenyum. Kenapa ia terbelakak melihatku? Seingatku tak ada adegan ini dalam skenario.

Red pun membalas senyumnya sama-sama bergetar kedinginan. Akting Red benar-benar bagus.

"Jaket kita basah juga!" Kataku tertawa membuatnya ikut tertawa.

Aku lalu bergeser ke tempatnya duduk hingga sekarang lengan kami bersentuhan.

Bagaimana bisa aku menunggu momen ini tapi aku sendiri sekarang kewalahan menangani senyum Red.

Kami bertukar tatap lalu membuangnya lagi. Dan begitu seterusnya beberapa kali. Mungkin Red pun merasakan hal yang serupa.

Jalan satu-satunya menghilangkan rasa dingin ini adalah bersentuhan. Dan mungkin ini yang Red maksud dengan 'panas'.

"Bolehkah?" Tanyaku sesuai skenario sambil menatapnya bergetar. Red terdiam sesaat.

Kenapa harus aku yang agresif sih?

Tanpa menunggu jawabannya, aku langsung menggeser Red ke ujung untuk membuatnya hangat lalu aku menaruh lengan kiri di pinggangnya dan lengan kanan di punggungnya. Lenganku kini membungkusnya dengan hangat.

Red pun membalasnya. Memelukku.

My Wattpad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang